Perempuan, Pusat
Perhatian
1 Korintus 11:2-12
Pendahuluan
Perempuan
merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang kompleks. Hal ini yang menyebabkan banyak
topik-topik pembahasan mengenai wanita mulai dari ujung rambut hingga ujung
kaki. Termasuk bagaimana wanita juga dibicarakan khusus dalam surat paulus
untuk jemaat di korintus ini. Dimana tak berbicara mengenai hal-hal yang
sungguh besar, namun berbicara mengenai sesuatu yang sangat sederhana di zaman
sekarang. Salah satu contohnya menurut saya adalah penutup kepala wanita yang merupakan
sesuatu yang diperingatkan oleh paulus dalam suratnya.
Bukan
tidak beralasan saya memilih topik ini, saya memilihnya yang pertama karena
saya juga perempuan. Saya sedikit heran dengan Paulus mengapa penutup dan
kepalanya wanita saja menjadi sesuatu yang penting. Sebagai perempuan bukannya
saya menghindari, namun malah mendekati dan ingin mengerti teks ini. Saya
mendekati teks ini dengan kritik Historis dan Kritik bentuk. Mencoba melihat
teks dengan konteksnya zaman dahulu dan bagaimana teks ini dipakai dalam
kehidupannya.
Kehadiran si Pertanyaan
Memunculkan
pertanyaan-pertanyaan dari teks merupakan sesuatu yang penting dalam dunia penafsiran
sehingga mengetahui ia memakai kendaraan apa dalam mencapai tujuannya. Seperti
yang sudah terungkap diatas, dimana teks ini menarik perhatian saya karena
paulus membicarakan hal yang kecil namun dianggap penting dalam kehidupan
berjemaat. Namun saya kemudian bertanya, penutup kepala yang seperti apa yang
dimaksudkan oleh paulus dalam surat nya ini apakah hal fisik atau hanya sebuah
metafor? ketika memang metafor sepertinya ada sesuatu yang ingin dihubungkan
dengan sesuatu yang bersifat rohani, apa? dan ketika merupaka sesuatu yang
fisik maka apa hubungannya dengan sesuatu yang rohani? Hal apa yang ingin diberitahukan oleh Paulus
sebenarnya, dan apa hubungannya dengan penutup kepala?
I.
Pengantar
Si Paulus
Sebelum mengenal tulisan dan
teologi paulus, ada baiknya menurut saya untuk berkenalan dengan paulus. Paulus
lahir di Tarsus, sebuah kota Kilikia.[1]Ia mengakui
dirinya sebagai orang ibrani, orang israel dari keturunan Abraham.[2]Ia
berasal dari suku Benyamin lebih tepatnya lagi.[3] Sebagai
orang yang mengikuti budaya dari sukunya ia disunat pada hari kedelapan.[4] Ayahnya
telah memperoleh kewarganegaraan Romawi, sehingga Paulus adalah seorang Romawi
dari segi hukum, sehingga hukum-hukum romawi berlaku atas dirinya, seperti
hukum itu berlaku pada ayahnya.[5] Awalnya
ia tidak memiliki nama yang dipakai dalam suratnya, awalnya ia bernama Saulus.[6] Dikenal
sebagai Saulus kepada orang Yahudi, seperti Paulus kepada bangsa-bangsa.
Tindak tanduk Paulus menentukan
siapa dirinya. Dari segi riwayat
hidupnya Paulus yang awalnya bernama saulus merupakan seseorang yang menjadi
musuh umat Kristiani. Jelas hal ini dikarenakan ia merupakan orang yang
berusaha membinasakan jemaat,[7] Ia
mengancam dan membunuh murid Tuhan,[8]
membinasakan barang siapa yang memanggil nama Yesus.[9] Namun
Paulus mengalami pertobatan, kata ini dipakai oleh Toms Jacobs karena ia
melihat peralihan dalam riwayat hidup paulus. Peralihan dari seorang penganiaya
menjadi seorang yang beriman Kristiani. Hal ini juga terlihat dari kata-kata
Paulus menilai dirinya, ia menyadari bahwa ia seorang penganiaya dan pembinasa
jemaat. Hingga pertobatan itu terlihat ketika ia berkata “walaupun dahulu saya memfitnah
dan menganiaya serta menghina Dia. Tetapi Allah mengasihani saya, karena pada
waktu itu saya belum percaya, jadi saya tidak tahu apa yang saya laku”[10] Ia melihat bahwa ia tidak bisa dipersalahkan akan
tindakan-tindakan yang ia lakukan karena ia tidak memiliki iman dan masih
berpikir dengan keyakinan hati nuraini
subjektif saat itu.[11]
Di Korintus
Setelah mengetahui siapakah seorang Paulus, baiklah
untuk mengetahui bagaimana keadaan Korintus sendiri.
Dari Peta diatas terlihat bahwa Koritus berada di
daerah yang sangat strategis dan tepat berada di lintas perdagangan. Hal
tersebut yang membuat Korintus menjadi salah satu pusat perdagangan dan
perniagaan terbesar di dunia kuno. Hal ini yang membuat kota ini cukup kaya dan
makmur di masanya.
Korintus sendiri berasal dari bahasa Yunani Korinthiazesthai yang berarti
bermabuk-mabukan dan penyelewrngan asusila yang tak terkendali.[13] Dari
asal kata ini juga menunjukkan kehidupan orang-orang di Korintus, yang bukan
hanya memiliki reputasi makmur dibidang perdagangan namun juga reputasi
memiliki kehidupan yang jahat.
Si Paulus
di Korintus[14]
Paulus berada di korintus
merupakan bagian dari
perjalanannya yang ke dua pada tahun 49. Ketika itu ia mengumpulkan jemaat di
sana bersama dengan Silvanus dan Timotius.[15]
Paulus berada di
sana kurang lebih satu setengah tahun dan ia mencari nafkah sendiri untuk memenuhi
kebutuhannya.[16]
Jemaat yang
berada di Korintus mayoritas berasal
dari kalangan kafir dan dari orang kecil. Surat yang ditulis ini berisi jawaban
Paulus berdasarkan pertanyaan umat sendiri.
Dimana barangkali pertanyaan
- pertanyaan tersebut disampaikan
kepada Paulus oleh
utusan jemaat Stefanus, Fortunas dan Akhaius.
Kemungkinan lain adalah bahwa ada
kabar yang didapat Paulus dari keluarga Khloe dan mungkin juga melalui Apolos.[17] Berita yang disampaikan kepada Paulus lebih banyak
mengenai sesuatu yang buruk misalnya mengenai sex, dan pandangan-pandangan yang bertentangan tetapi yang menjadi persoalan pokok adalah mengenai
perpecahan dalam jemaat itu sendiri.Data-data yang tertulis dalam Alkitab ini
bisa saja menjadi data yang membenarkan asal kata Kota Korintus sendiri.
Surat
Si Paulus
1 dan 2 Korintus
merupakan surat Paulus kepada jemaat di Korintus. Dalam hal ini 1 Korintus
menurut saya masuk dalam ragam literer
surat-surat kiriman. Hal ini bisa terlihat dari dimana beberapakali dalam
tulisan ini, ditulis bahwa ia menulis surat. tiga diantaranya
Dan
saya menulis surat ini bukanlah juga dengan maksud supaya hal-hal itu dilakukan
sekarang terhadap saya. (1Co 9:15 BIS)
Itu
sebabnya saya menulis surat itu kepadamu. (2Co 2:3 BIS)
Saya
menulis surat itu kepadamu dengan maksud untuk menguji kalian, apakah kalian
selalu mau menuruti petunjuk-petunjuk dari saya. (2Co 2:9 BIS)
Selain itu, ketika menggolongkan sebuah nats kita juga harus melihat juga
isinya. Dalam hal ini literer surat-surat kiriman berkemungkinan berisi
tentang tradisi liturgis atau paranetis
yang dimana berkenaan dengan nasihat susila.[18]
II.
Pembahasan
1 Korintus
11:2-3 ini merupakan ayat yang berada dalam sub bab yang membahas tentang
masalah-masalah ibadah bersama. Sub bab ini terdiri dari pasal 11 hingga 14
yang membentuk sebuah kesatuan. yang terbagi atas tiga masalah yaitu 1) pakaian
serta tindakan laki-laki dan perempuan ketika beribadah, 2) Hal melaksanakan
perjamuan Tuhan, 3) penggunaan karunia-karunia rohani. Jelas dalam hal ini 1
Korintus 11 berisi mengenai pakaian serta tindakan laki-laki dan perempuan
ketika ibadah.
Si Paulus “nyindir”
Dalam ayat 2
menimbulkan sebuah pertanyaan akan pendapat paulus, apakah ia menutupi sesuatu
dan hanya memperhalus untuk menjaga keadaan? atau malah paulus ingin menyindir
dengan halus tapi mengena? Hal ini dipertanyakan karena emnurut saya Paulus menulis
suratnya dengan ambigu.
Saya memuji kalian sebab kalian selalu mengingat saya dan menuruti
pelajaran yang saya berikan kepadamu. (1Co 11:2 BIS)
Ketika melihat kata-kata diatas apakah memang
sesungguhnya jemaat di Korintus benar-benar menuruti pelajaran yang diberikan
oleh Paulus?. Padahal dalam suratnya sendiri ia juga mencantumkan bahwa Gereja
ini tidak mengingat
kata-kata Paulus dan
tidak mengikuti ajarannya.[19]
Dalam ayat ini ajaran
yang dimaksudkan oleh paulus mungkin hanya berupa jawaban-jawabannya akan
pertanyaan-pertanyaan jemaat korintus yang berguna untuk kehidupan berjemaat
saat itu. Atau hanya berupa pemberian ajaran –bukan ajaran pribadi dari
sumber-sumber yang didapat oleh Paulus, misalnya:
- Khotbah-khotbah Stefanus (Kis 7)
- Orang-orang Kristen yang ia aniaya (Kis 8:1-3; 9:1-2; 22:4,19)
- Ananias (Kis 9:10-18)
- Saat di Arabia bersama dengan Kristus (Gal 1:11-17)
- Saat di Yerusalem bersama dengan Petrus dan Yakobus (Gal 1:18-19)
- Barnabas (Kis 9:20-27; 11:25-26)
Hal ini juga terlihat dari perkataannya : “..... kamu tetap mengingat akan aku dan teguh berpegang pada
ajaran yang kuteruskan kepadamu.” (1Co 11:2 ITB). Kata “kuteruskan” yang diterjemahkan oleh ITB sedikit
banyak membuat sebuah kemungkinan bahwa Paulus hanya meneruskan ajaran yang kebanyakan informasi mengatakan bahwa ajaran itu tentang
Yesus diteruskan secara lisan dari
individu ke individu sampai hal tersebut ditulis sekitar 30 sampai 60
tahun setelah kematian-Nya.
Si
Paulus “beda”
Tetapi saya ingin kalian mengetahui satu hal lagi, (1Co 11:3 BIS)
Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, (1Co 11:3 ITB)
But I would have you know,
(1Co 11:3 KJV)
Paulus
menurut saya tak seperti biasanya. Bagian
ini ia memulai tulisannya dengan “aku
ingin supaya kamu mengetahui”.
Dalam tulisan Paulus, ungkapan ini
tidak terlihat bahwa ia ingin menyampaikan sebuah
teguran yang keras seperti teguran-teguran sebelumnya di Rom 1:13 dan Kol 2:1. Paulus sepertinya hanya
ingin menginformasikan sesuatu yang menurutnya menjadi informasi yang sangat
penting.
Ungkapan pada awal ayat ini berbeda
dengan dua ungkapan
lain yang juga
sering digunakan Paulus, yaitu
“tidak tahukah kamu?”
(3:16; 5:6; 6:2,
3, 9, 15,
16; 9:13) dan
“aku tidak ingin supaya
kamu tidak mengetahui” (10:1;
12:1) . Dua ungkapan
ini biasanya muncul
dalam konteks Paulus
sedang memberikan peringatan atau
teguran yang keras, sehingga pada ayat ini tidak terlihat sifat teguran dari
paulus. Sikap Paulus yang cenderung lembut di 11:3 sesuai dengan pendekatan di
11:2, dimana ia ingin menyoroti sisi
positif yang ada terlebih dahulu.
Alasan lain mungkin berkaitan dengan sifat
persoalan yang ada. Dalam hal penampilan perempuan di ibadah, jemaat Korintus
mungkin belum pernah melakukan kesalahan ini, sehingga Paulus hanya perlu
menginformasikan sesuatu yang perlu mereka ketahui.
Arti Kepala
Tetapi saya ingin kalian
mengetahui satu hal lagi, yaitu bahwa yang menjadi kepala atas setiap orang
laki-laki adalah Kristus; yang menjadi kepala atas istri adalah suami, dan yang
menjadi kepala atas Kristus adalah Allah. (1Co 11:3 BIS)
Istilah kepala memang merupakan sesuatu yang banyak terdapat dalam
kehidupan sehari-hari. Namun dalam Alkitab, istilah ini dapat dipahami sebagai:
1. Yang setara PL Ibrani adalah rosh,
yang dapat berarti
a. Kepala
b. Kepala(chief)
c. Awal
d. Jumlah total
a. Kepala
b. Kepala(chief)
c. Awal
d. Jumlah total
2. dalam LXX rosh diterjemahkan oleh kata Yunani
a. Arche (Maz. 137:6.)
B. Prototokos (I Taw.. 5:12)
c. Kephale (kepala)
(1) kepala manusia
(2) kepala binatang
(3) puncak gunung
(4) atas sebuah menara (Mat. 21:42)
a. Arche (Maz. 137:6.)
B. Prototokos (I Taw.. 5:12)
c. Kephale (kepala)
(1) kepala manusia
(2) kepala binatang
(3) puncak gunung
(4) atas sebuah menara (Mat. 21:42)
3.
Di kephale PB
a. Kepala manusia ( 1Kor 11:4,5,7)
b. Kepala binatang
c. Idiom dari seluruh pribadi
d. Awal atau sumber (I Kor. 11:3)
e. Jumlah (Rom. 13:9)
f. Pemimpin
g. Suami ( Ef. 5:23)
a. Kepala manusia ( 1Kor 11:4,5,7)
b. Kepala binatang
c. Idiom dari seluruh pribadi
d. Awal atau sumber (I Kor. 11:3)
e. Jumlah (Rom. 13:9)
f. Pemimpin
g. Suami ( Ef. 5:23)
Kephalē di yang ada dikorintus dapat diartikan sebagai
pemimpin. Hal ini bertolak dari banyaknya penafsir yang memegang
pandangan ini, dengan memahami
kata kephalē dalam konteks kepemimpinan. Allah
menetapkan laki-laki sebagai
pemimpin perempuan, walaupun kepemimpinan ini
tidak berarti penguasaan.
Pandangan ini merupakan konsep
tradisional dan paling populer di
kalangan jemaat awam.
Pendapat ini menurut saya muncul karena munculnya kata ini dalam konteks
kepemimpinan. Orang-orang yang disebut
sebagai kepala adalah mereka
yang mengepalai sebuah
komunitas atau kelompok.
Misalnya saja Anak Remalya yang disebut sebagai
kepala Samaria (Yes
7:9), dalam arti
sebagai pemimpin wilayah Samaria. Argumen lain
didasarkan pada posisi
Kristus sebagai kephalē
jemaat (Ef 1:22;
4:15; 5:23; Kol 1:18;
2:10, 19). Sebutan
ini dalam beberapa
teks secara jelas
berkaitan dengan kekuasaan atau
kepemimpinan. Contoh: Kristus
sebagai kepala disejajarkan
dengan segala sesuatu diletakkan
di bawah kaki-Nya (Ef 1:22).
Kata kephalē memang
secara figuratif memiliki arti “pemimpin”
atau “penguasa”, tetapi
itu hanya dalam
konteks kepemimpinan komunal
(satu orang membawahi banyak orang). Tidak ada bukti yang menunjuk pada arti ini dalam konteks relasi satu
orang dengan satu
orang yang lain
(misalnya suami dan
isteri).
Kephalē juga memiliki konteks arti dalam hubungan suami istri.
Istilah "laki-laki" dan "perempuan"ayat ini mungkin dapat
berarti suami dan istri, jadi bukan terpisah-pisah. Konteks 11:3-16 sendiri menurut saya
menyinggung dua pihak yang menjadi kepemimpinan. Namun memang ini efek
dari penerjemahan saja. Dari segi laki-laki bisa terlihat ia menjadi pemimpin
perempuan.Sebab itu, untuk menyenangkan para malaikat, seorang wanita harus memakai
tutup kepala sebagai tanda bahwa ia di bawah kekuasaan suaminya.
(1Co 11:10 BIS) Terlihat bahwa laki-laki
memiliki kuasa terhadap istrinya.
Dari sisi perempuannya sendiri terlihat ketika
kata otoritas muncul,
kata ini justru
dikaitkan dengan perempuan. Sebab itu, perempuan harus
memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.
(1Co 11:10 ITB) Makna
kepemimpinan juga tidak
terlalu cocok dengan
sikap positif Paulus di 11:11-12. Kalau kepemimpinan ini memang
didasarkan pada urutan penciptaan (11:8-9),
mengapa Paulus perlu
menyinggung bahwa laki-laki
pun berasal dari
perempuan (11:11-12)? Apakah ini berarti bahwa perempuan dalam taraf
tertentu juga pemimpin laki-laki? Tentu saja tidak.
Apabila dilihat dari
sisi konteks 1 Korintus
11-12. Terlihat dari pemakaian
kata dan pemaparan menunjukkan bahwa
Paulus sedang menyoroti keutamaan laki-laki.
Ia berbicara tentang laki-laki yang menyinarkan kemuliaan
Allah dan perempuan
yang memancarkan kemuliaan perempuan
(11:7). Pemilihan kata “kemuliaan”
ini pasti tidak
berkaitan dengan ide
tentang “sumber”. Kemuliaan
lebih menyiratkan sesuatu yang
tampak lebih terang
atau indah daripada
yang lain. Penjelasan
ini secara tidak
langsung menunjukkan bahwa kepala adalah bagian yang terhormat atau
terpandang.
Konsep tentang keutamaan ini tidak berarti bahwa
laki-laki bukan pemimpin perempuan. Ini
hanya masalah penekanan saja.
Yang dipentingkan adalah
keutamaan laki-laki, walaupun
keutamaan ini pasti
juga mencakup sisi
kepemimpinan. Keutamaan ini
juga tidak berarti penolakan terhadap
saling kebergantungan antara
keduanya. Laki-laki tetap
berasal dari perempuan (11:11-12). Keutamaan ini
harus dipahami dalam
konteks pengaturan ilahi
tentang relasi keduanya. Walaupun wanita tetap sebagai penolong yang
sepadan (Kej 2:18), tetapi dalam relasinya dengan laki-laki Tuhan sudah
menetapkan bahwa laki-laki lebih utama dari sisi waktu dan posisi daripada
perempuan (11:8-9).
Wanita di Yahudi
Sebelum melihat bagaimana peran
penutup kepala dalam kehidupan masyarakat dikorintus. Saya juga ingin melihat
bagaimana kehidupan atau posisi wanita pada kebudayaan yahudi yang juag
diangkat barclay untuk melihat konteksnya.
Dalam
sebuah kebudayaan, sebuah negara, dan juga sebuah daerah, sering sekali perempuan
merupakan sebuah topik yang jarang dibicarakan dan diperhatikan. Hal ini karena
perempuan merupakan bagian dari masyarakat yang dianggap merupakan tingkat
kelas dua dalam tingkat sosial. Istilah yang dipakai ketika melihat bahwa
laki-laki lebih menonjol ketimbang perempuan adalah patriakal. Patriakal
berarti mengacu pada hubungan kekuatan dimana kepentingan perempuan dianggap
lebih rendah dari pada laki-laki.[20]
Bukan hanya kepentingan yang tidak diutamakan, namun perempuan juga dianggap
menjadi “liyan” yaitu perempuan dianggap sebagai objek laki-laki.[21]
Dalam menjadi liyan, perempuan dibentuk dengan pemikiran yang dualistik
sehingga menjadi sosok yang lebih rendah dari laki-laki.
Hal
ini juga tidak berbeda dengan para perempuan di masyarakat Yahudi yang juga
menjadi manusia tingkat dua setelah laki-laki. Disini terlihat bagaimana peran
perempuan sangat dipandang rendah sejak ia lahir. Hal ini terlihat dari doa
yang dinaikkan sebagai doa pribadi yang dimana laki-laki bersyukur tidak
dilahirkan sebagai perempuan, hal ini terlihat bahwa status sebagai perempuan
merupakan status sosial yang rendah.
Sedikit
banyak saya setuju dengan pendapat Barclay mengenai perempuan di kalangan
yahudi.
“Ada satu hal yang dipandang benar namun tidak menguntungkan,
bahwa dalam hukum Yahudi seorang perempuan bagaikan sebuah barang dan merupakan
bagian dari harta milik suaminya, yang atasnya sang suami memiliki hak
sepenuhnya untuk mengatur.”[22]
Penutup
Kepala Wanita
Tiap-tiap laki-laki yang berdoa
atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya.
(1Co 11:4 ITB)
Kalau seorang laki-laki pada
waktu berdoa atau pada waktu menyampaikan berita dari Allah di hadapan banyak
orang, memakai tutup kepala, maka orang itu menghina Kristus.
(1Co 11:4 BIS)
Bertudung, Bertutup kepala, dan bertudung merupakan
kata yang dipakai untuk mengatakan tutup kepala wanita yang digunakan ketika
ibadah. Namun saya tidak mengerti mengapa LAI memberi judul perikop ini dengan
Hiasan Kepala Wanita. Mungkin buat saya tutup kepala ataupun kerudung adalah
sesuatu yang sangat sederhana, bahkan tidak terlalu penting. Mengapa paulus
sengaja menuliskan hal ini? Barclay mengingatkan akan konteks daerah dan budaya
dimana korintus itu berada. Korintus berada di dunia Timur, yang dimana
perempuan-perempuan menggunakan yashmak.
Pada zaman sekarang banyak yashmak yang mulai modis,
dan sudah mengikuti model-model. Misalnya memiliki motif tertentu. Namun
menurut Barclay pada zaman Paulus, yashmak
lebih tertutup lagi hampir-hampir
menutupi semua bagian tubuh kecuali mata.
Yashmak[23] merupakan pakaian sederhana telah
berubah dari waktu ke waktu. Seperti
apa yang sudah menjadi kebiasaan, apa yang dikenakan oleh wanita telah
mencerminkan praktek-praktek daerah dan posisi sosial pemakainya. Selubung itu sendiri mendahului Islam
oleh berabad-abad. Di Timur, raja Asyur pertama kali diperkenalkan dengan
pengasingan perempuan di istana dan juga kerudung. Pelacur dan budak,diminta untuk
tidak jilbab, memangkas jika mereka tidak taat hukum ini. Mungkin hal ini ingin
membedakan antara mana wanita yang turut akan peraturan dan tidak. Mungkin juga
berhubungan dengan kehormatan. Di
luar Timur, praktek menyembunyikan wajah seseorang dan sebagian besar hidup
dalam pengasingan muncul dalam Yunani klasik, di dunia Kristen Bizantium, di
Persia, dan di India.
Dalam
budaya Yahudi cadar digunakan sebagai tanda
1.
lepra, Im 13:45
2.
berkabung untuk orang mati, Yeh 24:17,22
3.
malu, Mik 3:7
4.
pernikahan, Kej 24:65
5.
prostitusi, Kej 38:14-15
Namun dalam hal ini, sepertinya Paulus tidak terlalu
condong bahkan tidak mengikuti budaya Yahudi. Hal ini dikarenakan Paulus hanya
menyoroti penutip kepala wanita saja, padahal apabila mau disadari ketika
beribadah, laki-laki juga menggunakan penutup kepala.
Mengapa sesuatu yang membudaya di Timur –yang menurut
saya semua orang sudah mengetahuinya harus dibawa-bawa Paulus dalam suratnya?
menurut saya kita harus mengingat lagi akan arti Korintus dan pemakaian yashmak yang sudah dijelaskan diatas.
Kemungkinan memang paulus ingin menambah lagi kesopanan dan mengurangi sex
bebas di Korintus. Ia ingin agar jemaat mampu beribadah dengan sopan.
Kemungkinan lain yang saya setujui adalah kemungkinan
yang ada di pendapat Barclay yaitu Paulus ingin memperbaiki pendangan orang-orang
non kristiani terhadap orang-orang kristen yang ada dikorintus. Memang tidak
ada nada keharusan memakai penutup kepala. Namun paulus ingin agar orang-orang
kristen tidak terlihat malah bersikap saling menggoda tanpa penutup kepala
ketika ibadah.
Rambut
Wanita
Tetapi jika bagi perempuan adalah
penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi
kepalanya. (1Co 11:6 ITB)
Bagi perempuan(dahulu), rambut adalah mahkotanya
sehingga banyak perempuan yang membiarkan rambutnya tumbuh dan memanjang. Dan
hal ini juga yang membuat para orang tua melarang anaknya memotong rambut.
Namun apakah ini juga membudaya pada umat yahudi? Sepertinya kata rambut
tidaklah bisa dipandang sebagai arti harafiah. Karena tidak mungkin paulus mau
mempermalukan wanita didepan-depan umum dengan memotong rambutnya. Sepertinya
ini hanyalah sebuah penegasan oleh Paulus bahwa jemaat harus menuruti ajaran
yang ia buat. Dan ingin mengatakan bahwa ketika ada ajaran yang tidak
dilakukan, layaklah mendapat konsekuensi atau akan ada konsekuensinya.
Segala
Sesuatu Berasal dari ALLAH
11 Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak
ada laki-laki tanpa perempuan.
12
Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki
dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.
(1Co 11:11-12 ITB)
Ayat-ayat ini
sepertinya ingin menekankan kebersamaan antara laki-laki dan perempuan.
Ayat ini seperti ingin kembali lagi mengingat konsep
penciptaan. Penggunaan kata "dari" (yaitu,
ek, yang secara
harfiah adalah "berasal dari")
dalam konteks ini
tampaknya ingin memperlihatkan lagi penggunaan "kepala"
sebagai "asal." Perempuan adalah berasal dari pria; pria adalah
berasal dari Allah. Dari ayat ini juga mengingatkan akan narasi Kejadian
juga menyediakan dasar
untuk "kepala" sebagai
suatu urutan yang
tepat dari penciptaan.
Namun saya melihat bahwa pemakaian tulisan adalah
pantas ketika kebaikan dari gereja adalah tujuan akhirnya. Dimana ayat ini
terlihat ingin membangun sebuah hubungan kemitraan antara pria dan perempuan.
Dimana yang keduanya tidak bisa hidup tanpa yang lainnya, dengan kata lain
saling membutuhkan.
III.
Penutup
Pada akhirnya, saya malah melihat bahwa memang perikop ini tidak bisa
dipakai dalam kehidupan kehidupan berjemaat saat ini. Karena menurut saya ini
hanya sebuah produk budaya dan produk sejarah. dan saya juga setuju dengan
pendapat Barclay bahwa perikop ini hanya bersifat lokal dan sementara.
Hal ini memang sering menjadi perdebatan oleh kalangan umat kristen maupun
diluar agama kristen. Namun menurut saya ketika ada orang yang memang ingin
melaksanakan seperti yang dituliskan oleh paulus dengan motivasi yang baik
menurut saya sah-sah saja. Namun apa bila ada orang yang tidak ingin
melakukannya karena satu dan lain hal, hal ini juga tidak perlu diperdebatkan
dan memperdebatkan argumentasi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Barclay,
Wiliam. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: 1
& 2 Korintus. Jakarta : BPK Gunung Mulia. 2008
Gamble , Sarah Feminisme dan Postfeminisme..Yogyakarta
: Jala Sutra.2010.
Jacob, Toms.
Paulus: Hidup, Karya dan theologinya.
Jakarta : BPK Gunung Mulia. Yogyakarta: Kanisius.1983
Sitompul,
A.A. dan Ulrich Benyer. Metode Penafsiran
Alkitab. Jakarta : BPK Gunung Mulia. 1999
[1] Kis
21:39; 22:03
[2] 2
Korintus 11:22
[3] Filipi
3:05
[4] Filipi
3:05
[5] Kis
16:37; 22:25-28
[6] Galatia
1:15
[7] Kis 8:3
[8] kis 9:1
[9] Kis 9:21
[10] 1 Tim
1:13
[11] Toms
Jacob, Paulus: Hidup, Karya dan theologinya. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Yogyakarta: Kanisius.1983 hlm. 50
[12] http://gerryindrapratamaatje.blogspot.com/2011/09/ii-korintus-81-15.html
12 Desember 2011 pukul 09.15
[13] Toms
Jacob, Paulus: Hidup, Karya dan theologinya. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Yogyakarta: Kanisius.1983. hal 11
[14] Toms
Jacob, Paulus: Hidup, Karya dan theologinya. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Yogyakarta: Kanisius.1983 hlm. 144-125
[15] 2 kor 1,19 kis 18,1-17
[16] 1 kor 4: 9
[17] 1 kor
16 :17-18, 1:11, 5:1-13
[18] A.A. Sitompul dan Ulrich Benyer.
Metode Penafsiran Alkitab. Jakarta : BPK Gunung Mulia. 1999. hal 246
[19] 1 Kor
11:17-22
[20] Sarah Gamble , Feminisme
dan Postfeminisme.(Yogyakarta : Jala Sutra.2010), 3.
[21] Sarah Gamble , Feminisme
dan Postfeminisme.(Yogyakarta : Jala Sutra.2010), 269.
[22]Wiliam Barclay. Pemahaman
Alkitab Setiap Hari: 1 & 2 Korintus. Jakarta : BPK Gunung Mulia. 2008 hlm.
178
[23] http://www.womeninworldhistory.com/essay-01.html
selasa, 13 desember 2011. pukul 10.10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar