Pendahuluan
Ibadah
merupakan sebuah kegiatan yang cenderung diartikan dengan ritual keagamaan atau
upacara. Puasa juga diartikan sebagai ekspresi formal dari penghormatan
terhadap dewa atau sesuatu yang dianggap sakral. Dari perngertian ini dapat
terlihat bahwa ibadah merupakan sesuatu yang tidak mungkin tidak ada dalam
sebuah agama hingga kepercayaan sekalipun. Ibadah juga terdiri dari berbagai
penamaan, pemaknaan dan juga pelaksanaannya.
Dalam
penamaannya, ada salah satu ibadah yang konsepnya terdapat di hampir semua
agama dan kepercayaan yaitu puasa. Dalam paper ini akan menjelaskan bagaimana
konsep puasa di agama Kristen dan Islam, yang dimana akan diakhiri dengan mendialogkan
kedua konsep ini untuk melaksanakan ibadah bersama-sama. Namun pertanyaan yang
muncul adalah, “mungkinkah???”.
Latar Belakang
Puasa
merupakan topik yang dipilih oleh penulis didalam paper ini. Hal ini dilatar
belakangi oleh kesadaran penulis, bahwa hampir setiap agama memiliki konsep
mengenai puasa. Dan penulis ingin melihat mulai dari bagaimana konsep yang
dimiliki oleh agama Islam dan Kristen hingga pelaksanaannya. Dan juga penulis
sedang mencari celah,mungkin ada konsep mengenai ibadah yang sama antara kedua
agama ini, sehingga suatu saat nanti bisa melakukan ibadah puasa bersama-sama.
Pengertian Puasa
Puasa merupakan suatu ibadah yang sama tuanya
dengan agama yang ada didunia, karena setiap agama memiliki konsep dan ajaran
mengenai puasa.[1]
Berikut merupakan pengertian-pengertian puasa
secara umum,
1.
Puasa adalah terutama tindakan sukarela berpantang dari beberapa atau semua makanan , minuman , atau keduanya, untuk
periode waktu.Sebuah cepat absolut biasanya didefinisikan sebagai
berpantang dari semua makanan dan cairan untuk periode tertentu, biasanya satu
hari (24 jam), atau beberapa hari. Puasa
lain mungkin hanya sebagian membatasi, membatasi makanan tertentu atau
substansi. Cepat juga dapat intermiten di alam . Puasa dapat
mencegah praktek-praktek hubungan seksual dan aktivitas lainnya serta makanan.[2]
Puasa
dalam Kristen
Dalam pelaksanaannya, agama diluar Kristen
khususnya Islam melihat bahwa Kristen tidak mengenal adanya puasa. Hal ini
dikarenakan agama Kristen yang tidak memiliki waktu khusus secara universal
dalam berpuasa, dan juga tidak ada penandaan sebelum dan sesudah puasa. Namun
bagaimana puasa di mata agama Kristen?
Dalam perjanjian lama puasa sendiri berasal
dari kata sum dalam bahasa ibrani
yang sebanding dengan shoum dalam
bahasa Arab. Pemakaian Sum sering
berjalan dengan kata innah nefesy yang
berarti merendahkan diri, juga diartikan sebagai kegiatan dimana seseorang
tidak makan roti dan tidak minum air.
Dalam Alkitab, banyak kisah, tokoh dan zaman
yang melaksanakan puasa itu sendiri. Puasa yang dimulai dari agama Yahudi ini
dimulai dari bangsa Israel. Pada dasarnya puasa dilaksanakan ketika Hari Raya
Perdamaian, yang bertujuan untuk menghapus dosa-dosa manusia. Tetapi sesuai
dengan perkembangannya, didalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru orang-orang
atau umat berpuasa karena alasannya masing-masing.[4]
Pada pelaksanaannya puasa memiliki berbagai bentuk dan tujuan dari pelaksana
itu sendiri. Bentuk dari puasa yaitu dijalankan perorangan dan ada juga yang
dijalankan seluruh bangsa. Contohnya pada Ulangan 9:9 “Saya mendaki gunung itu untuk menerima batu perjanjian
yang dibuat TUHAN dengan kamu. Empat puluh hari dan empat puluh malam lamanya
saya tinggal di atas gunung itu tanpa makan atau minum.” Dari ayat ini terlihat seseorang yang
berpuasa untuk mempersiapkan sesuatu secara perseorangan. Dalam ayat “Kumpulkanlah semua orang Yahudi yang ada di Susan untuk
berdoa bagiku. Janganlah makan dan minum selama tiga hari dan tiga malam. Aku
sendiri dan gadis-gadis pelayanku akan berpuasa juga. Setelah itu aku akan
menghadap raja, meskipun itu melanggar undang-undang. Kalau aku harus mati
karena itu, biarlah aku mati!”
Terlihat bagaimana puasa tersebut dilakukan secara komunal demi tujuan yang
akan dicapai demi kepentingan sebuah bangsa.
Contoh-contoh ayat Alkitab yang berbicara mengenai maksud
puasa, misalnya;
1.
Ketika menyembah Tuhan (Kisah Para Rasul
13:2)
2.
Ketika mengirimkan misionaris (Kisah Para
Rasul 13:3);
3.
Ketika tetua terpilih (Kis 14:23);
4.
Ketika orang percaya berada dalam bahaya
(Ester 4:16);
5.
Ketika doa-doa khusus dipanggil untuk
(Mazmur 35:13).
Secara umum puasa dilakukan dari pagi hingga sore hari
–mirip dengan pelaksanaan di agama Islam. Tetapi ada juga yang melaksanakannya
tiga hari tiga malam. Dalam melaksanakan puasa, yang ingin dibangun adalah
batin dari seseorang itu. Seseorang mampu berefleksi dari kesulitan-kesulitan
jasmani yang ia alami selama berpuasa. “Lututku
gemetar karena berpuasa, badanku menjadi kurus kering.” dimana dalam Mzm 109: 24 seseorang mengalami kesulitan
dan semacam cobaan.
Dalam perjanjian baru, sum yang berasal dari bahasa yunani berbunyi neestia/nistia dalam bahasa yunani di perjanjian baru.[5]
Konsep dan pelaksanaan puasa masih ada dalam kehidupan umat. Yesus sendiri
sendiri melakukan puasa empat puluh hari di padang gurun. Yesus sendiri tidak
memberikan keterangan secara mendalam bagaimana seharusnya dan hakikat dari
puasa itu. Namun ia sempat berbicara mengenai puasa dalam Lukas 2 : 37 “.... Siang malam ia berbakti di situ kepada Allah dengan
berdoa dan berpuasa.” Terlihat
bagaimana Yesus mengandaikan dengan iman orang percaya dan ibadahnya. Dan juga
didalam Mat 6:16 “Kalau kalian berpuasa, janganlah bermuka muram seperti
orang yang suka berpura-pura. Mereka mengubah air mukanya supaya semua orang
tahu bahwa mereka berpuasa. Ingatlah, itulah upah yang mereka sudah terima.”
Namun murid-murid Yesus tidak mendapat ketentuan apa-apa
mengenai puasa itu sendiri. Hanya murid-muridnya baru melakukan puasa setelah
kenaikan Yesus ke surga.(Markus 2:18)Dan hal ini diikuti oleh jemaat Kristen
yang pertama dan juga para nabi. Misalnya dalam kisah Barnabas dan Saulus. Namun
pada masa kini, makna puasa itu sendiri telah diperdangkal oleh umat. Arti dari
puasa yang sesungguhnya adalah untuk perendahan diri dihadapan Tuhan menjadi
hanya sekedar mencari pahala dan kesalehan saja. Kemungkinan hal ini yang
menyebabkan puasa tidak lagi terlihat menjadi sesuatu yang wajib lagi bagi umat
kristen. Penurunan pelaksanaan membuat pendangkalan makna puasa disana-sini.
Oleh tokoh reformator, juga memberi pendapat mengenai puasa. John Calvin berbicara tentang puasa Kristen di 1V Institut: X11
:14-18. Ia mengatakan salah satu harus berpuasa untuk tiga alasan:
1.
Untuk menghindari yang dikuasai oleh
daging (tubuh manusia itu sendiri);
2.
Untuk doa dan meditasi;
3.
Sebagai bagian dari pertobatan dan
pengakuan dosa.
Dia menekankan khususnya
bahwa waktu doa dan puasa harus disebut untuk setiap kali berdoa untuk suatu
hal yang penting adalah diperlukan.
John Wesley menceritakan
tentang sebuah hari nasional doa dan puasa dicanangkan oleh Raja Inggris pada
1756 karena serangan yang akan datang oleh Perancis. Gereja-gereja penuh
sesak, bagi semua orang menyadari bahaya. Doa-doa mereka telah dijawab,
dan serangan itu dihindari.
Namun ini tidak bisa digeneralisasikan. Pada agama
katolik, eksistensi puasa masih terlihat. Menurut agama Katolik, puasa memiliki
dua dimensi, pertama meningkatkan,
memperbaiki, meluruskan, menyegarkan hubungan pribadi manusia dengan TUHAN
dimensi ini disebut dimensi vertikal. Kedua
adalah dimensi horizontal yaitu menyumbangkan perbaikan bagi sesama manusia
misalnya terlihat dalam Aksi Puasa Pembangunan.
Puasa dalam
Islam
Agama Islam juga merupakan agama yang memiliki konsep
mengenai puasa. Namun memang ketika di lihat bahwa puasa yang ada di agama
islam merujuk kepada konsep puasa yang ada di agama yahudi. Tetapi beberapa pedapat
mengatakan bahwa agama Islam mengambil konsep puasa agama yahudi dan
mengubahnya sedemikian rupa sehingga menjadi ibadah yang menunjukkan
kekhasannya. Tetapi hal ini mendapat kritisan dari beberapa pihak, dimana
mereka mengatakan seperti pendapat kebanyakan orang. Tidak pernah ada perkataan
dari agama Islam yang mengklaim bahwa puasa adalah kekhasan agama mereka. Agama
Islam berpuasa seusia dengan kebiasaan orang dahulu pada tradisi Ibrahim.
puasa berasal dari bahasa Arab dari kata shaum atau shiyam yang berarti menahan. Dari kata ini, puasa dapat diartikan
sebagai tindakan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa[6].
Puasa merupakan salah satu ibadah yang dilaksanakan dalam
lima Rukun Islam, dimana dalam pelaksanaannya muslim harus memiliki tingkah
laku tang menciptakan penyerahan diri.[7]
Sesuai dengan pelaksanaannya puasa terdiri dari empat
macam[8],
yaitu;
1.
Puasa wajib
merupakan jenis puasa yang dimana setiap muslim harus melaksanakannya. Dalam
puasa ini terdiri dari puasa fardhu (puasa ketika ramadhan), puasa afarat(melanggar
hukum islam), puasa nazar.
2.
puasa sunat atau
yang disebut juga puasa sunnah, dimana puasa ini adalah puasa yang apabila
dilakukan mendapat pahala dan apabila tidak dilakukan dan ditinggalkan tidak
akan menjadi dosa.[9]
3.
puasa makruh
merupakan puasa pada 30 Sha’ban.
4.
puasa haram
merupakan puasa ketika hari-hari perayaan khusus. Misalnya Hari Raya Idul
Fitri, Hari Raya Haji, Idul Adha.
Dalam melaksanakan ibadah puasa, ada syarat atau aturan
dalam berpuasa. Orang yang berpuasa wajib berakal
dimana ia tidak gila. Balig bagi
anak-anak yang sudah mendapat tanda kedewasaannya.kuat berpuasa dimana puasa dilakukan oleh orang-orang yang sanggup
dan kuat berpuasa.
Selain menjalankan perintah Allah untuk berpuasa sebagai
seseorang yang beriman(S 2:186), puasa juga memiliki manfaat bagi manusia itu
sendiri dalam kehidupannya.
1.
Mensyukuri nikmat
Allah dan memelihara amanatNya
2.
Mengendalikan sikap
serakah dan rakus yang merupakan cerminan sikap duniawi
3.
Mengendalikan nafsu
seksual agar terjaga dari godaan perzinahan
4.
Memenuhi kebutuhan
jasmani yang wajar, tidak berlebihan dan tidak boros
5.
Menambah kepekaan
terhadap sosial, dengan merasakan lapar seperti yang dirasakan fakir miskin.
6.
Menambah daya kerja
dengan tidak hanya memperhatikan kepada isi perut saja, tetapi kepada pekerjaan
lainnya
7.
Menambah dan
menanamkan sikap sabar, sehingga tidak terpancing kekacauan di sosial
8.
Kesanggupan untuk
menguatkan jiwa, sehingga tidak terjerumus pada kezaliman agama, kultural dan
struktural
9.
Mengurangi
aktifitas organ tubuh, terlebih pencernaan sehingga mengoptimalkan kesehatan.
Dari sisi orang yang melakukan puasa dan hasilnya,
derajat puasa dalam Islam dibagi atas tiga derajat. Yaitu ;
1.
Puasa Umum. Puasa
ini adalah melakukan puasa hanya untuk menciptakan rasa haus dan lapar,
sehingga mampu menahannya. Selama dan setelah puasa tidak memperhatikan aspek
rohani nya sama sekali.
2.
Puasa Khusus.
Dimana dalam puasa ini, seseorang menuruti setiap aturan dan syarat dalam
puasa. Hal ini dikarenakan seseorang berharap puasanya menjadi amal soleh.
3.
Puasa Khususil
Khusus. Dimana dalam puasa, seseorang melakukan hal yang sama dengan puasa
khusus. Namun dalam puasa ini, seseorang mampu mengambil hikmah dari puasa
tersebut. hal ini terlihat dari perbedaan gaya hidup dan sikap seseorang
sebelum dan setelah puasa.
Bagaimana
dengan Beribadah Bersama?
Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang dulu ada ketika
gereja-gereja terpacah. Bagaimana dengan beribadah bersama?. Namun pada masa
kini telah ada ibadah oikumene yang dimana dua denominasi melakukan ibadah,
kebaktian bersama. Bagaimana dengan agama?
Masa sekarang ini dialog antar agama sudah merupakan hal
yang biasa, dan sudah tak asing lagi. Dimana dialog ini merupakan cara untuk
saling mengerti, menghargai dan menghormati. Bila Allah dipercayai oleh Islam
dan Kristen merupakan Allah yang sama, satu dan Esa, mengapa tidak mencoba
beribadah dengan cara dan waktu yang sama?. Mengapa ketika ada acara-acar
tertentu, berdoa untuk makan saja dibeda-bedakan? walau dilakukan berbeda,
kenapa agama yang satu harus mengikuti dan menyesuaikan?.
Menurut saya salah satu ibadah yang bisa dilakukan dengan
cara dan saat yang sama oleh agama Islam dan Kristen adalah puasa. Hal ini
dikarenakan konsep puasa ada pada kedua agama ini. Konsep yang dimiliki juga
tidak jauh berbeda. Ketika dilakukannya puasa, kedua konsep ini bisa saja di
kolaborasikan. Misalnya ketika ingin dilakukan puasa bersama tujuan dari puasa
itu bisa saja untuk mendoakan pemimpin yang terpilih seperti yang ada di konsep
kristen pada masa Paulus. Ketika sebelum dan masa puasa, syarat dan
aturan-aturan puasa bisa saja memakai cara Islam. Hal ini lebih baik menurut
saya dibanding agama Kristen ikut berpuasa dengan agama Islam atau sebaliknya.
Hal ini bisa saja menjadi sebuah langkah awal, untuk
melakukan ibadah-ibadah berikutnya. Sehingga ketika diperhadapkan dengan
pertanyaan “apakah mungkin islam dan kristen beribadah bersama?”, saya dengan
pasti menjawab “mungkin”
Penutup
Ketika hidup berdampingan dengan agama lain, banyak orang
hanya melihat perbedaan yang ada dan hanya sekedar menghargainya. Namun jarang
sekali orang mau melihat dari sisi persamaan yang ada. Padahal kita mampu
berjalan bersama-sama tanpa mendahului dan didahului maupun mengikuti dan
diikuti.
Daftar Pustaka
Kateregga, Badru D. dan David W. Shenk. Dialog Islam dan Kristen.Semarang:Pustaka
Muria. 2009.
Rasjid, Sulaiman. Fiqh
Islam. Bandung Sinar Algensindo.2010
Pieternella, dkk.
Lima Titik Temu Agama-agama. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.2000.
[1] Pieternella, dkk. Lima Titik Temu Agama-agama. Yogyakarta:
Duta Wacana University Press.2000. hlm 151
[2]http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Fasting,
4 Desember 2011, Pukul 23.05
[3] http://www.kamusbesar.com/31400/puasa
4 Desember 2011. Pukul 23.03
[4] Pieternella, dkk. Lima Titik Temu Agama-agama. Yogyakarta:
Duta Wacana University Press.2000. hlm 139
[5] Pieternella, dkk. Lima Titik Temu Agama-agama. Yogyakarta:
Duta Wacana University Press.2000. hlm 162
[6] Pieternella, dkk. Lima Titik Temu Agama-agama. Yogyakarta:
Duta Wacana University Press.2000. hlm 152
[7] Badru D Kateregga,. dan David W. Shenk. Dialog
Islam dan Kristen.Semarang:Pustaka Muria. 2009.hal 127
[8] fiqh 220
[9] Pieternella, dkk. Lima Titik Temu Agama-agama. Yogyakarta:
Duta Wacana University Press.2000. hlm 153
Tidak ada komentar:
Posting Komentar