Rabu, 15 Februari 2012

Islam bersama Kristen "MUNGKINKAH KITA BERIBADAH BERSAMA?"


          
         MUNGKINKAH KITA BERIBADAH BERSAMA?



Pendahuluan
Ibadah merupakan sebuah kegiatan yang cenderung diartikan dengan ritual keagamaan atau upacara. Puasa juga diartikan sebagai ekspresi formal dari penghormatan terhadap dewa atau sesuatu yang dianggap sakral. Dari perngertian ini dapat terlihat bahwa ibadah merupakan sesuatu yang tidak mungkin tidak ada dalam sebuah agama hingga kepercayaan sekalipun. Ibadah juga terdiri dari berbagai penamaan, pemaknaan dan juga pelaksanaannya.
Dalam penamaannya, ada salah satu ibadah yang konsepnya terdapat di hampir semua agama dan kepercayaan yaitu puasa. Dalam paper ini akan menjelaskan bagaimana konsep puasa di agama Kristen dan Islam, yang dimana akan diakhiri dengan mendialogkan kedua konsep ini untuk melaksanakan ibadah bersama-sama. Namun pertanyaan yang muncul adalah, “mungkinkah???”.

Latar Belakang
Puasa merupakan topik yang dipilih oleh penulis didalam paper ini. Hal ini dilatar belakangi oleh kesadaran penulis, bahwa hampir setiap agama memiliki konsep mengenai puasa. Dan penulis ingin melihat mulai dari bagaimana konsep yang dimiliki oleh agama Islam dan Kristen hingga pelaksanaannya. Dan juga penulis sedang mencari celah,mungkin ada konsep mengenai ibadah yang sama antara kedua agama ini, sehingga suatu saat nanti bisa melakukan ibadah puasa bersama-sama.

Pengertian Puasa
Puasa merupakan suatu ibadah yang sama tuanya dengan agama yang ada didunia, karena setiap agama memiliki konsep dan ajaran mengenai puasa.[1]
Berikut merupakan pengertian-pengertian puasa secara umum,
1.      Puasa adalah terutama tindakan sukarela berpantang dari beberapa atau semua makanan , minuman , atau keduanya, untuk periode waktu.Sebuah cepat absolut biasanya didefinisikan sebagai berpantang dari semua makanan dan cairan untuk periode tertentu, biasanya satu hari (24 jam), atau beberapa hari. Puasa lain mungkin hanya sebagian membatasi, membatasi makanan tertentu atau substansi. Cepat juga dapat intermiten di alam . Puasa dapat mencegah praktek-praktek hubungan seksual dan aktivitas lainnya serta makanan.[2]
2.      Menghindari makan, minum, dsb dng sengaja (terutama bertalian dng keagamaan); (arti)[3]

Puasa dalam Kristen

Dalam pelaksanaannya, agama diluar Kristen khususnya Islam melihat bahwa Kristen tidak mengenal adanya puasa. Hal ini dikarenakan agama Kristen yang tidak memiliki waktu khusus secara universal dalam berpuasa, dan juga tidak ada penandaan sebelum dan sesudah puasa. Namun bagaimana puasa di mata agama Kristen?
Dalam perjanjian lama puasa sendiri berasal dari kata sum dalam bahasa ibrani yang sebanding dengan shoum dalam bahasa Arab. Pemakaian Sum sering berjalan dengan kata innah nefesy yang berarti merendahkan diri, juga diartikan sebagai kegiatan dimana seseorang tidak makan roti dan tidak minum air.
Dalam Alkitab, banyak kisah, tokoh dan zaman yang melaksanakan puasa itu sendiri. Puasa yang dimulai dari agama Yahudi ini dimulai dari bangsa Israel. Pada dasarnya puasa dilaksanakan ketika Hari Raya Perdamaian, yang bertujuan untuk menghapus dosa-dosa manusia. Tetapi sesuai dengan perkembangannya, didalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru orang-orang atau umat berpuasa karena alasannya masing-masing.[4] Pada pelaksanaannya puasa memiliki berbagai bentuk dan tujuan dari pelaksana itu sendiri. Bentuk dari puasa yaitu dijalankan perorangan dan ada juga yang dijalankan seluruh bangsa. Contohnya pada Ulangan 9:9 “Saya mendaki gunung itu untuk menerima batu perjanjian yang dibuat TUHAN dengan kamu. Empat puluh hari dan empat puluh malam lamanya saya tinggal di atas gunung itu tanpa makan atau minum.” Dari ayat ini terlihat seseorang yang berpuasa untuk mempersiapkan sesuatu secara perseorangan. Dalam ayat “Kumpulkanlah semua orang Yahudi yang ada di Susan untuk berdoa bagiku. Janganlah makan dan minum selama tiga hari dan tiga malam. Aku sendiri dan gadis-gadis pelayanku akan berpuasa juga. Setelah itu aku akan menghadap raja, meskipun itu melanggar undang-undang. Kalau aku harus mati karena itu, biarlah aku mati!” Terlihat bagaimana puasa tersebut dilakukan secara komunal demi tujuan yang akan dicapai demi kepentingan sebuah bangsa.
Contoh-contoh ayat Alkitab yang berbicara mengenai maksud puasa, misalnya;
1.      Ketika menyembah Tuhan (Kisah Para Rasul 13:2) 
2.      Ketika mengirimkan misionaris (Kisah Para Rasul 13:3);
3.      Ketika tetua terpilih (Kis 14:23); 
4.      Ketika orang percaya berada dalam bahaya (Ester 4:16); 
5.      Ketika doa-doa khusus dipanggil untuk (Mazmur 35:13).
Secara umum puasa dilakukan dari pagi hingga sore hari –mirip dengan pelaksanaan di agama Islam. Tetapi ada juga yang melaksanakannya tiga hari tiga malam. Dalam melaksanakan puasa, yang ingin dibangun adalah batin dari seseorang itu. Seseorang mampu berefleksi dari kesulitan-kesulitan jasmani yang ia alami selama berpuasa. “Lututku gemetar karena berpuasa, badanku menjadi kurus kering.” dimana dalam Mzm 109: 24 seseorang mengalami kesulitan dan semacam cobaan.
Dalam perjanjian baru, sum yang berasal dari bahasa yunani berbunyi neestia/nistia dalam bahasa yunani di perjanjian baru.[5] Konsep dan pelaksanaan puasa masih ada dalam kehidupan umat. Yesus sendiri sendiri melakukan puasa empat puluh hari di padang gurun. Yesus sendiri tidak memberikan keterangan secara mendalam bagaimana seharusnya dan hakikat dari puasa itu. Namun ia sempat berbicara mengenai puasa dalam Lukas 2 : 37 “.... Siang malam ia berbakti di situ kepada Allah dengan berdoa dan berpuasa.” Terlihat bagaimana Yesus mengandaikan dengan iman orang percaya dan ibadahnya. Dan juga didalam Mat 6:16 Kalau kalian berpuasa, janganlah bermuka muram seperti orang yang suka berpura-pura. Mereka mengubah air mukanya supaya semua orang tahu bahwa mereka berpuasa. Ingatlah, itulah upah yang mereka sudah terima.
Namun murid-murid Yesus tidak mendapat ketentuan apa-apa mengenai puasa itu sendiri. Hanya murid-muridnya baru melakukan puasa setelah kenaikan Yesus ke surga.(Markus 2:18)Dan hal ini diikuti oleh jemaat Kristen yang pertama dan juga para nabi. Misalnya dalam kisah Barnabas dan Saulus. Namun pada masa kini, makna puasa itu sendiri telah diperdangkal oleh umat. Arti dari puasa yang sesungguhnya adalah untuk perendahan diri dihadapan Tuhan menjadi hanya sekedar mencari pahala dan kesalehan saja. Kemungkinan hal ini yang menyebabkan puasa tidak lagi terlihat menjadi sesuatu yang wajib lagi bagi umat kristen. Penurunan pelaksanaan membuat pendangkalan makna puasa disana-sini.
Oleh tokoh reformator, juga memberi pendapat mengenai puasa. John Calvin berbicara tentang puasa Kristen di 1V Institut: X11 :14-18. Ia mengatakan salah satu harus berpuasa untuk tiga alasan:
1.      Untuk menghindari yang dikuasai oleh daging (tubuh manusia itu sendiri);
2.      Untuk doa dan meditasi;
3.      Sebagai bagian dari pertobatan dan pengakuan dosa.
Dia menekankan khususnya bahwa waktu doa dan puasa harus disebut untuk setiap kali berdoa untuk suatu hal yang penting adalah diperlukan.
John Wesley menceritakan tentang sebuah hari nasional doa dan puasa dicanangkan oleh Raja Inggris pada 1756 karena serangan yang akan datang oleh Perancis. Gereja-gereja penuh sesak, bagi semua orang menyadari bahaya. Doa-doa mereka telah dijawab, dan serangan itu dihindari.
Namun ini tidak bisa digeneralisasikan. Pada agama katolik, eksistensi puasa masih terlihat. Menurut agama Katolik, puasa memiliki dua dimensi, pertama meningkatkan, memperbaiki, meluruskan, menyegarkan hubungan pribadi manusia dengan TUHAN dimensi ini disebut dimensi vertikal. Kedua adalah dimensi horizontal yaitu menyumbangkan perbaikan bagi sesama manusia misalnya terlihat dalam Aksi Puasa Pembangunan.

Puasa dalam Islam
Agama Islam juga merupakan agama yang memiliki konsep mengenai puasa. Namun memang ketika di lihat bahwa puasa yang ada di agama islam merujuk kepada konsep puasa yang ada di agama yahudi. Tetapi beberapa pedapat mengatakan bahwa agama Islam mengambil konsep puasa agama yahudi dan mengubahnya sedemikian rupa sehingga menjadi ibadah yang menunjukkan kekhasannya. Tetapi hal ini mendapat kritisan dari beberapa pihak, dimana mereka mengatakan seperti pendapat kebanyakan orang. Tidak pernah ada perkataan dari agama Islam yang mengklaim bahwa puasa adalah kekhasan agama mereka. Agama Islam berpuasa seusia dengan kebiasaan orang dahulu pada tradisi Ibrahim.
puasa berasal dari bahasa Arab dari kata shaum atau shiyam yang berarti menahan. Dari kata ini, puasa dapat diartikan sebagai tindakan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa[6].
Puasa merupakan salah satu ibadah yang dilaksanakan dalam lima Rukun Islam, dimana dalam pelaksanaannya muslim harus memiliki tingkah laku tang menciptakan penyerahan diri.[7]
Sesuai dengan pelaksanaannya puasa terdiri dari empat macam[8], yaitu;
1.      Puasa wajib merupakan jenis puasa yang dimana setiap muslim harus melaksanakannya. Dalam puasa ini terdiri dari puasa fardhu (puasa ketika ramadhan), puasa afarat(melanggar hukum islam), puasa nazar.
2.      puasa sunat atau yang disebut juga puasa sunnah, dimana puasa ini adalah puasa yang apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila tidak dilakukan dan ditinggalkan tidak akan menjadi dosa.[9]
3.      puasa makruh merupakan puasa pada 30 Sha’ban.
4.      puasa haram merupakan puasa ketika hari-hari perayaan khusus. Misalnya Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Haji, Idul Adha.
Dalam melaksanakan ibadah puasa, ada syarat atau aturan dalam berpuasa. Orang yang berpuasa wajib berakal dimana ia tidak gila. Balig bagi anak-anak yang sudah mendapat tanda kedewasaannya.kuat berpuasa dimana puasa dilakukan oleh orang-orang yang sanggup dan kuat berpuasa.
Selain menjalankan perintah Allah untuk berpuasa sebagai seseorang yang beriman(S 2:186), puasa juga memiliki manfaat bagi manusia itu sendiri dalam kehidupannya.
1.      Mensyukuri nikmat Allah dan memelihara amanatNya
2.      Mengendalikan sikap serakah dan rakus yang merupakan cerminan sikap duniawi
3.      Mengendalikan nafsu seksual agar terjaga dari godaan perzinahan
4.      Memenuhi kebutuhan jasmani yang wajar, tidak berlebihan dan tidak boros
5.      Menambah kepekaan terhadap sosial, dengan merasakan lapar seperti yang dirasakan fakir miskin.
6.      Menambah daya kerja dengan tidak hanya memperhatikan kepada isi perut saja, tetapi kepada pekerjaan lainnya
7.      Menambah dan menanamkan sikap sabar, sehingga tidak terpancing kekacauan di sosial
8.      Kesanggupan untuk menguatkan jiwa, sehingga tidak terjerumus pada kezaliman agama, kultural dan struktural
9.      Mengurangi aktifitas organ tubuh, terlebih pencernaan sehingga mengoptimalkan kesehatan.
Dari sisi orang yang melakukan puasa dan hasilnya, derajat puasa dalam Islam dibagi atas tiga derajat. Yaitu ;
1.      Puasa Umum. Puasa ini adalah melakukan puasa hanya untuk menciptakan rasa haus dan lapar, sehingga mampu menahannya. Selama dan setelah puasa tidak memperhatikan aspek rohani nya sama sekali.
2.      Puasa Khusus. Dimana dalam puasa ini, seseorang menuruti setiap aturan dan syarat dalam puasa. Hal ini dikarenakan seseorang berharap puasanya menjadi amal soleh.
3.      Puasa Khususil Khusus. Dimana dalam puasa, seseorang melakukan hal yang sama dengan puasa khusus. Namun dalam puasa ini, seseorang mampu mengambil hikmah dari puasa tersebut. hal ini terlihat dari perbedaan gaya hidup dan sikap seseorang sebelum dan setelah puasa.
Bagaimana dengan Beribadah Bersama?
Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang dulu ada ketika gereja-gereja terpacah. Bagaimana dengan beribadah bersama?. Namun pada masa kini telah ada ibadah oikumene yang dimana dua denominasi melakukan ibadah, kebaktian bersama. Bagaimana dengan agama?
Masa sekarang ini dialog antar agama sudah merupakan hal yang biasa, dan sudah tak asing lagi. Dimana dialog ini merupakan cara untuk saling mengerti, menghargai dan menghormati. Bila Allah dipercayai oleh Islam dan Kristen merupakan Allah yang sama, satu dan Esa, mengapa tidak mencoba beribadah dengan cara dan waktu yang sama?. Mengapa ketika ada acara-acar tertentu, berdoa untuk makan saja dibeda-bedakan? walau dilakukan berbeda, kenapa agama yang satu harus mengikuti dan menyesuaikan?.
Menurut saya salah satu ibadah yang bisa dilakukan dengan cara dan saat yang sama oleh agama Islam dan Kristen adalah puasa. Hal ini dikarenakan konsep puasa ada pada kedua agama ini. Konsep yang dimiliki juga tidak jauh berbeda. Ketika dilakukannya puasa, kedua konsep ini bisa saja di kolaborasikan. Misalnya ketika ingin dilakukan puasa bersama tujuan dari puasa itu bisa saja untuk mendoakan pemimpin yang terpilih seperti yang ada di konsep kristen pada masa Paulus. Ketika sebelum dan masa puasa, syarat dan aturan-aturan puasa bisa saja memakai cara Islam. Hal ini lebih baik menurut saya dibanding agama Kristen ikut berpuasa dengan agama Islam atau sebaliknya.
Hal ini bisa saja menjadi sebuah langkah awal, untuk melakukan ibadah-ibadah berikutnya. Sehingga ketika diperhadapkan dengan pertanyaan “apakah mungkin islam dan kristen beribadah bersama?”, saya dengan pasti menjawab “mungkin”

Penutup
Ketika hidup berdampingan dengan agama lain, banyak orang hanya melihat perbedaan yang ada dan hanya sekedar menghargainya. Namun jarang sekali orang mau melihat dari sisi persamaan yang ada. Padahal kita mampu berjalan bersama-sama tanpa mendahului dan didahului maupun mengikuti dan diikuti.

Daftar Pustaka

Kateregga, Badru D. dan David W. Shenk. Dialog Islam dan Kristen.Semarang:Pustaka Muria. 2009.
Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung Sinar Algensindo.2010
Pieternella,  dkk. Lima Titik Temu Agama-agama. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.2000.



[1]  Pieternella,  dkk. Lima Titik Temu Agama-agama. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.2000. hlm 151
[4] Pieternella,  dkk. Lima Titik Temu Agama-agama. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.2000. hlm 139
[5] Pieternella,  dkk. Lima Titik Temu Agama-agama. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.2000. hlm 162
[6] Pieternella,  dkk. Lima Titik Temu Agama-agama. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.2000. hlm 152
[7] Badru D Kateregga,. dan David W. Shenk. Dialog Islam dan Kristen.Semarang:Pustaka Muria. 2009.hal 127
[8]  fiqh 220
[9] Pieternella,  dkk. Lima Titik Temu Agama-agama. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.2000. hlm 153

Tidak ada komentar:

Posting Komentar