Rabu, 15 Februari 2012

Liturgi Ibadah Minggu Palmarum




Pendahuluan
Liturgi merupakan sesuatu yang tidak bisa lepas dari sebuah ibadah. Tanpa liturgi, ibadah itu sendiri tidak akan mencapai tujuannya. Namun liturgi pada masa kini, sudah ditetapkan dan dibakukan di gereja-gereja hingga sinode-sinode. Liturgi yang sama akan terus di ulang-ulang tanpa ada perubahan didalamnya. Hal ini yang membuat ibadah terasa monoton dan biasa-biasa saja.
Dalam seni, kekreatifitasan sangat dibutuhkan dalam menampilkan dan membuat seni itu sendiri. Liturgi adalah seni sehingga juga membutuhkan sebuah kekreatifitasan didalamnya tanpa meninggalkan makna dari liturgi itu sendiri. Dalam paper ini juga akan menguji  kekreatifitasan penulis dan pembuat liturgi.
Latar Belakang
Dalam pelaksanaannya, gereja memiliki kalender gerejawi yang berisikan tentang perayaan-perayaan yang akan dilaksanakan di gereja. Namun seiring perjalanan waktu, ada saja perayaan yang kini terendapkan. Perayaan-perayaan tersebut dianggap tidak terlalu penting dan dianggap tidak terlalu bermakna. Selain itu kemungkinan untuk tidak meniru juga merupakan salah satu penyebab pengendapan dari perayaan-perayaan tersebut.
Salah satu perayaan yang terendapkan di sinode GBKP adalah Minggu Palmarum. Dalam pelaksanaannya, sinode GBKP memang tidak merayakan minggu palmarum. Hal tersebut terlihat dalam Kitab Liturgi GBKP yang menjadi pegangan majelis tidak tercantumkan liturgi perayaan minggu palmarum, sedangkan minggu-minggu lainnya tercantum disana. Tidak terlalu jelas memang penyebab yang pasti. Namun hal ini yang membuat saya ingin membuat sebuah liturgi ibadah Minggu Palmarum, sehingga perayaan ini tidak mengendap begitu saja.Sehingga pada paper ini saya membuat sebuah liturgi dalam ibadah Minggu Palmarum
Konteks Jemaat
Ibadah ini akan dilaksanakan di GBKP Klasis Riau Sumbar, dan lebih tepatnya di daerah Rokan Hulu. Jemaat yang ada disana bersuku batak karo dan berjumlah sekitar 50 kepala keluarga. Jemaat bekerja di pabrik kelapa sawit PTPN V, yang bertempat tinggal di kompleks perkebunan sawit dengan tingkat ekonomi menengah.

Tentang Liturgi
Warna liturgi ini adalah ungu, tetapi warna yang akan menjadi dominan adalah warna putih. Warna ungu akan muncul dari warna lilin, dan stola yang dipakai. Namun warna putih akan ada di salib dan juga taplak meja dan kain penutup mimbar. Warna ungu sebagai warna yang menandakan liturgi prapasakah, dan warna putih dikarenakan bahwa minggu palmarum menandakan masuknya kedalam pekan suci. Lilin yang mejadi simbol kehadiran roh kudus sudah akan menyala terlebih dahulu sebelum memasuki gereja. Hal ini dikarenakan prosesi dilakukan dari luar gereja. Sehingga ketika memasuki gereja, lilin sudah terpasang.
Liturgi di GBKP umumnya berbahasa karo, namun saya memakai dengan berbahasa indonesia, dengan pemikiran bahwa pada minggu ini akan mengundang juga gereja-gereja lain, sehingga supaya semua dapat mengikutinya saya menggunakan bahasa Indonesia.
Bahan-bahan bacaan mulai dari introitus, bacaan pertama hingga bahan khotbah akan mengikuti bahan yang ada dari sinode tanggal 17 April 2011.
Dekorasi
Sesuai dengan suasananya yang merupakan minggu palmarum, pada gapura hingga gereja akan banyak dekorasi menggunakan daun kelapa sawit. Disekitar mimbar akan ada bibit kelapa sawit setinggi setengah meter yang akan menggantikan tempat daun palem. Digapura, akan ada 2 buah guci berisikan air dan diletakkan daun kelapa sawit yang akan diambil oleh jemaat ketika masuk kedalam gapura. Selain itu di salib akan di letakkan dengan sedemikian rupa seperti gambar dibawah ini, namun salib tersebut adalah salib yang ada di belakang mimbar besar.







LITURGI IBADAH MINGGU PALMARUM

GBKP Ujung Batu – Maranatha Kabun

Riau

Perlihatkanlah Kehormatan dan Tinggikanlah Yesus

I.            Persiapan (dipimpin oleh majelis(M) dan dibantu oleh song leader di depan pintu gereja)
1.      Belajar Nyanyian  (Jemaat akan belajar beberapa lagu yang kira-kira tidak diketahui jemaat.)
2.      Penjelasan Ibadah (Akan dijelaskan kepada jemaat bagaimana liturgi ibadah pada hari ini, apa yang harus jemaat perhatikan selama jalannya ibadah. Misalnya sikap ketika prosesi pembuka dan penutup).
3.      Kata pengantar kedalam Ibadah Minggu Palmarum
      M   : Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa Minggu ini merupakan pekan suci yang akan mengantarkan kita kepada kematian dan kebangkitan Yesus. Untuk mengingat akan pengharapan yang hadir dengan kehadiran Yerusalem, marilah kita juga menghayati Yesus hadir di tengah-tengah kampung kita dan membawa pengharapan kepada kita. Ibadah pada minggu ini merupakan Minggu Palmarum yang bermakna bahwa ibadah ini mengingatkan kita akan Yesus yang hadir di Yerusalem seminggu sebelum hari kebangkitanNYA. Pada waktu itu orang banyak mengambil daun-daun palem dan menyongsong Dia sambil berseru-seru” “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel![1]
      M   : Saudara, Daun kelapa sawit yang menggantikan daun palem ini adalah lambang perdamaian, kehidupan kemenangan dan pengharapan akan pertolongan Tuhan dan juga sebagai daun yang dekat dengan kehidupan kita. Sebentar kita akan melambai-lambaikan daun kelapa sawit ini pada saat berseru “Hosana” (Majelis memperagakan) dan saat kita bernyanyi (Majelis memperagakan).Mari kita sambut peringatan masuknya Tuhan Yesus ke Yerusalem (Jemaat berdiri dan berseru sambil mengayunkan daun palem) Hosana, Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel! Hosana, Hosana!”
4.      Saat Teduh
M   : Dalam mempersiapkan diri kita memasuki ibadah ini, marilah mengambil saat teduh sejenak.
5.      Nyanyian Jemaat (KJ.161:1-2)
Jemaat bangkit berdiri sambil melambai-lambaikan daun kelapa sawit

II.            Ibadah
1.      Prosesi
Pada Prosesi ini akan diadakan di luar gereja yang mengingatkan mengenai kedatangan Yesus ke Kota Yerusalem. Gambaran Yerusalem dihadirkan didalam gereja dan kedatangan Yesus di hadirkan melalui prosesi. Pada ibadah Minggu Palmarum biasanya menggunakan daun palem yang berarti lambang perdamaian, kehidupan, kemenangan, dan pengharapan akan pertolongan Tuhan. Namun pada daerah ini sulit untuk mendapatkan daun palem karena memang tidak banyak penduduk menanam pohon palem. Hal ini yang membuat saya menggunakan daun kelapa sawit yang bentuknya tidak jauh berbeda dengan daun palem. Tanpa mengubah arti yang sesungguhnya, saya ingin mendekatkan lagi alam yang selama ini dekat dengan mereka, hari ini menjadi simbol perdamaan, kehidupan, kemenangan dan pengharapan. Arti dari simbol ini akan di jelaskan ketika khotbah.
Pada prosesi ini, daun kelapa sawit akan di letakkan di gapura depan, dan ketika jemaat hadir ia akan mengambil sendiri daun tersebut dan mengambil tempat yang sudah di sediakan. Di sepanjang jalan dari gapura hingga pintu gereja akan di sediakan tikar bagi jemaat yang datang lebih dahulu sehingga tidak merasa lelah dan juga tidak mengubah suasana yang ingin diciptakan. Selain itu ini juga bermakna sebagai penantian umat akan hadirnya Sang Juru Selamat, dengan merendahkan diri duduk diatas tikar. Selain itu, tikar merupakan benda yang tidak bisa lepas dari jemaat suku karo. Mulai dari adat dan kehidupan sehari-hari pasti menggunakan tikar, namun benda ini akan saya pakai pada ibadah di gereja.
Sebelum jemaat datang  anak-anak sekolah minggu akan berada dipaling depan jalan yang sudah berbaris dan membawa daun kelapa sawit dan ketika prosesi anak-anak akan mengatakan “Hosana, Hosana” yang menghadirkan peristiwa yang terjadi pada saat Yesus datang. Ucapan tersebut berarti “selamatkan kami sekarang”. [2]Dan ucapan yang berarti bahwa  “Ia adalah raja”.
Urut-urutan dalam prosesi ini adalah pendeta maju terlebih dahulu lalu diikuti oleh  majelis. Hal ini dikarenakan menurut saya ketika umat sudah menantikan Juru Selamat, mereka tidak menanti dua kali dengan perantara majelis telebih dahulu namun umat langsung berhadapan dengan Juru Selamat itu sendiri. Dan ketika Pendeta dan Majelis berjalan menuju Gereja semua jemaat akan mengikuti dari belakang dan masuk kedalam gereja. Dengan iringan KJ 161: 1,3,4 dan lambaian daun kelapa sawit.
2.      Votum & Salam
L                : Kebaktian Minggu palmarum ini dimulai dengan nama Allah, Bapa yang merelakan anaknya hadir di dunia, dengan nama Anak Allah Yesus Kristus yang hadir diantara kita manusia menjadi sang Juru selamat yang membawa  perdamaian, kehidupan, kemenangan, dan pengharapan. Kasih dan sayang Tuhan kita Yesus Kristus, dan Cinta Bapa beserta Roh kudus ada beserta kita sekalian.
J                 : Amin..Amin..Amin(dinyanyikan)

3.      Introitus : Matius 21:9
4.      Nyanyian Jemaat (KJ 161:1,3,4)
5.      Pengakuan Dosa(Jemaat duduk)
L    : Saudara-saudara, marilah sekarang kita mengakui setiap kesalahan dan pelanggaran kita secara litani,
L    : Kami mengaku,
J      : Kepada Allah Yang Mahakuasa,dan kepada Saudara sekalian,bahwa kami telah berdosa, dengan pikiran dan perkataan,dengan perbuatan dan kelalaian.
L     : Kami berdosa,
J      : Kami berdosa, Kami sungguh berdosa.
L     : Oleh sebab itu Kami memohon,
J      : Kepada  dara Maria ibu yesus, kepada para malaikat,dan kepada Saudara sekalian
supaya saling mendoakan kepada Allah, Tuhan kita.
L+J : Amin.
Saya sedikit memakai pengakuan dosa di Katolik namun saya mengubahnya sesuai dengan yang saya imani. Saya tidak memakai orang kudus dan mengganti kata “saya” dengan kami.

6.      Nyanyian Jemaat ( PKJ.138:1,3)
7.      Berita Pengampunan Dosa(Jemaat berdiri)
L    :  Berita pengampunan dosa pada hari ini berlandaskan pada Yakobus.1:12 (membacakan ayat Alkitab)
L  :  Dalam nama Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus, kami memberitakan kepada saudara-saudara yang dengan tulus ikhlas mengaku dosa di hadirat Allah, serta mencari keselamatan-Nya hanya kepada Yesus Kristus, bahwa Allah mengampuni dosanya. Amin.
L       : Untuk menanggapi Berita anugrah dan pengampunan dari Tuhan, marilah kita bernyanyi....”
8.      Nyanyian Jemaat( KJ 375 diulang dua kali)
Ketika lagu ini selesai maka anak-anak akan keluar dari gereja menuju ruang sekolah minggu dengan bimbingan guru sekolah minggu.
9.      Doa Epiklesis (Jemaat duduk)
L       : Marilah kita berdoa
Ya Bapa, segala tulisan yang telah Engkau ilhamkan, jadikanlah itu bermanfaat untuk mengajar kami, untuk menyatakan kesalahan-kesalahan kami, untuk memperbaiki kelakuan kami dan untuk mendidik kami dalam kebenaran Yesus Kristus. Kiranya Roh Kudus menerangi batin kami dan membuat kami menjadi pelaku-pelaku Firman yang sejati. AMIN
10.  Pembacaan Firman : Yohanes 3 : 14-15
11.  Nyanyian Jemaat Menyambut Firman  (KJ 50a :1)
(Ketiga paragraf terakhir, Liturgos turun dari mimbar yang disusul pendeta ke mimbar. Setelah bertemu di depan mimbar, pendeta dan liturgos saling bersalaman. Hal ini merupakan salah satu sebuah tata ibadah tetap. Hal ini bermakna bahwa pada saat itu juga kepemimpinan ibadah berada dalam tanggung jawab pendeta.)
12.  Doa Sebelum Khotbah
13.  Khotbah : Markus 13: 3-9
14.  Doa Setelah Khotbah
15.  Prosesi
Dalam Prosesi ini, dari luar gereja akan ada tarian karo. Tarian ini  disebut dengan Tarian Begu Deleng, dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai Tarian Hantu Gunung. Dimana Kekayaan alam Taneh Karo Simalem Yang terletak di provinsi Sumatera Utara ini, memberikan Inspirasi bagi Masyarakat Karo untuk menciptakan Sebuah Tarian yang menyimbolkan Sebuah Ucapan Syukur kepada Penghuni dunia lain, hal ini dilakukan sebelum masuknya agama Ke Taneh Karo simalem.[3] Namun setelah masuknya agama, semuanya berpusat kepada Tuhan, sehingga ini menjadi Tarian ucapan syukur kepada Tuhan. Ucapan syukur uni terlihat dari gerakan tarian berupa diangkatnya kain yang di bawa oleh penari.
Posisi dalm prosesi ini ; di bagian depan merupakan penari empat orang yang diikuti oleh jemaat dengan membawa Air dalam gentong kecil. Dan ketika sampai di depan mimbar, penari akan keluar dan jemaat masih berada di depan membawa gentong kecil tersebut.
Pemakaian Simbol dalam prosesi ini memakai gentong air benda ini merupakan benda yang sangat dekat dengan jemaat perkebunan. Dan juga memakai air yang merupakan sebuah simbol yang umum dipakai dengan makna pembersih, simbol penciptaan baru, pemupukan, penyegaran, dan regenerasi.[4] Air merupakan sesuatu yang memang sering menjadi permasalahan dan sangat penting. Didaerah ini, ketika hujan sangat banjir dan ketika kemarau sangat kering.

16.  Pemberkatan Air
(Setelah Doa mengakhiri khotbah, Pendeta turun dari mimbar menuju depan mimbar. Hal ini di susul oleh majelis yang mendamping berdiri di samping kanan kiri pendeta.)

P    : Jemaat yang di kasihi Tuhan, dihadapan kitas saat ini terdapat air dalam gentong ini. Air merupakan simbol kehidupan. Air yang dibutukan oleh tumbuhan, hewan dan manusia. Air yang kita jauhi ketika hujan dan kita cari-cari dengan susah payah ketika kemarau. Dan pada hari ini air yang merupakan sebuah simbol pembersih, simbol penciptaan baru, pemupukan, penyegaran, dan regenerasi hadir dihadapan kita untuk memberikan kepada kita berkat pada hari ini.
P    : Mari kita berdoa. (Pendeta mengangat satu tangan yang mengarah ke gentong air untuk memberkati) Kiranya Air yang menyimbolkan pembersih, penciptaan baru, pemupukan, penyegaran, dan regenerasi ini diberkati dengan nama Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus. Amin

17.  Pengakuan Iman Rasuli(Jemaat berdiri)
P        :  Marilah kita  mengucapkan pengakuan Iman Rasuli kita bersama-sama
J         : Aku percaya....
(Setelah itu pendeta kembali keatas mimbar ,air dalam gentong di depan mimbar)
18.  Persembahan
P    : Landasan persembahan kita pada hari ini, diambil dari Kisah Para Rasul 20: 35 Dalam segala perkara saya sudah memberi teladan kepadamu bahwa dengan bekerja keras seperti ini kita harus menolong orang-orang yang tidak kuat. Karena kita harus ingat akan apa yang Tuhan Yesus sendiri sudah katakan, 'Lebih berbahagia memberi daripada menerima.
P    : Marilah kita memberikan persembahan kita, dengan bernyanyi...
19.  Nyanyian Jemaat (KJ 439 : 1-selesai)
20.  Doa Persembahan (jemaat berdiri)
P    :  Saudara-saudara, Mari kita berdoa.
Allah yang baik, yang telah menerbitkan matahari, yang telah menitipkan kepada kami tanah dan air memberikan udara untuk tetap menjaga kehidupan ini, kami mengucap syukur atas rahmatMu.
Dari pekerjaan kami sebagai petani dan karyawan, kami membawa sebagian hasilnya kepada Tuhan. Ini adalah ungkapan syukur kami atas terima kasih kami bahwa Tuhan telah meminjamkan tanah, air dan memberikan pekerjaan kepada kami untuk menjaga kehidupan anak-anak dan keluarga kami.
Terima kasih Tuhan, hasil kerja tangan ini, membantu kami untuk memelihara tubuh kami dan memampukan kami untuk lebih lagi berbagi dengan sesama yang membutuhkan. AMIN.
21.  Warta Jemaat (jemaat duduk)
22.  Doa Syafaat + Doa Bapa Kami
23.  Nyanyian Jemaat ( KJ 424: 1-2)

III.            Penutup
1.      Pengutusan
P    : Tuhan, di Minggu Palmarum ini Engkau mengajarkan kerendahan
hati kepada kami.
J     : Kami bersyuukur, melalui kerendahan-Mu kami diselamatkan
P    : Biarlah kami dikuatkan senantiasa mengikuti jalan kerendahanMu dalam hidup sehari-hari sebagai jawaban bahwa kami telah menerima KemuliaanMu.
J     : Biarlah kami dibimbing oleh Roh Kudus menjalani ketaatan yang sudah diteladani Kristus.
Jemaat akan dipersilahkan oleh majelis yang bertugas satu persatu mengambil posisi seperti sebelum ibadah(ini telah dijelaskan sebelum dimulai ibadah). Setelah gereja kosong, pendeta akan turun dari mimbar dan menyerahkan Alkitab kepada majelis. Lalu pendeta akan berjalan terlebih dahulu yang diikuti oleh majelis. Salah satu majelis membawa gentong kecil yang berisi air.

2.      Berkat
Setelah Pengutusan maka Pendeta berjalan mengarah ke jemaat. Jemaat akan memberi kepada Pendeta daun kelapa sawit miliknya dan pendeta akan memasukkannya kedalam gentong dan memercikkannya tiga kali, sambil berkata:

P       : Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah Bapa dan perseketuan di dalam Roh Kudus, menyertai Saudara-saudara, dari sekarang sampai selama-lamanya. Amin

Hal ini akan dilakukan kepada seluruh jemaat. Daun yang sudah dipakai untuk memercikkan air akan dikembalikan kepada jemaat. Tindakan ini menyimbolkan berkat yang diberikan kepada jemaat secara pribadi. Jadi tidak hanya di simbolkan sekali percikan untuk berkat kesemuanya, tidak juga dipercikkan sambil lewat –seperti beras yang dilemparkan. Tetapi ini mendekati pribadi-pribadi jemaat –seperti berkat dengan minyak.
3.      Prosesi Penutup

Setelah pendeta keluar dari gapura akan diikuti oleh tarian karo yaitu Tari Kemuliaan man Dibata (Tarian kemuliaan kepada Allah)[5]. Tarian ini biasa dipakai ketika sudah selesai melakukan sebuah acara, adat, upacara dan ibadah. Salah satu contoh pemakaiannya adalah ketika ibadah menahbisan imam. Tarian Kemuliaan Dibata akan diikuti oleh jemaat, sehingga semua memuliakan Allah. Tanpa latihan dan pemberitahuan, secara spontan jemaat akan mengikutinya, karena tarian ini merupakan tarian adat yang biasa dilakukan. Tarian ini dilakukan dari depan pintu gereja  hingga keluar gapura.

4.      Saat Hening
Jemaat dapat meninggalkan tempat, namun diperbolehkan juga mengambil saat hening secara pribadi.
Ibadah Telah Selesai
______******_______


[1] Rashid Rachman. Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia hlm 166
[2] Rashid Rachman. Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia hlm 64
[4] Rashid Rachman. Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia hlm 163

Tidak ada komentar:

Posting Komentar