Pendahuluan
Liturgi
merupakan sesuatu yang tidak bisa lepas dari sebuah ibadah. Tanpa liturgi, ibadah
itu sendiri tidak akan mencapai tujuannya. Namun liturgi pada masa kini, sudah
ditetapkan dan dibakukan di gereja-gereja hingga sinode-sinode. Liturgi yang
sama akan terus di ulang-ulang tanpa ada perubahan didalamnya. Hal ini yang
membuat ibadah terasa monoton dan biasa-biasa saja.
Dalam
seni, kekreatifitasan sangat dibutuhkan dalam menampilkan dan membuat seni itu
sendiri. Liturgi adalah seni sehingga juga membutuhkan sebuah kekreatifitasan
didalamnya tanpa meninggalkan makna dari liturgi itu sendiri. Dalam paper ini
juga akan menguji kekreatifitasan
penulis dan pembuat liturgi.
Latar Belakang
Dalam
pelaksanaannya, gereja memiliki kalender gerejawi yang berisikan tentang
perayaan-perayaan yang akan dilaksanakan di gereja. Namun seiring perjalanan
waktu, ada saja perayaan yang kini terendapkan. Perayaan-perayaan tersebut
dianggap tidak terlalu penting dan dianggap tidak terlalu bermakna. Selain itu
kemungkinan untuk tidak meniru juga merupakan salah satu penyebab pengendapan
dari perayaan-perayaan tersebut.
Salah
satu perayaan yang terendapkan di sinode GBKP adalah Minggu Palmarum. Dalam
pelaksanaannya, sinode GBKP memang tidak merayakan minggu palmarum. Hal
tersebut terlihat dalam Kitab Liturgi GBKP yang menjadi pegangan majelis tidak
tercantumkan liturgi perayaan minggu palmarum, sedangkan minggu-minggu lainnya
tercantum disana. Tidak terlalu jelas memang penyebab yang pasti. Namun hal ini
yang membuat saya ingin membuat sebuah liturgi ibadah Minggu Palmarum, sehingga
perayaan ini tidak mengendap begitu saja.Sehingga pada paper ini saya membuat
sebuah liturgi dalam ibadah Minggu Palmarum
Konteks Jemaat
Ibadah
ini akan dilaksanakan di GBKP Klasis Riau Sumbar, dan lebih tepatnya di daerah
Rokan Hulu. Jemaat yang ada disana bersuku batak karo dan berjumlah sekitar 50
kepala keluarga. Jemaat bekerja di pabrik kelapa sawit PTPN V, yang bertempat
tinggal di kompleks perkebunan sawit dengan tingkat ekonomi menengah.
Tentang Liturgi
Warna
liturgi ini adalah ungu, tetapi warna yang akan menjadi dominan adalah warna
putih. Warna ungu akan muncul dari warna lilin, dan stola yang dipakai. Namun
warna putih akan ada di salib dan juga taplak meja dan kain penutup mimbar. Warna
ungu sebagai warna yang menandakan liturgi prapasakah, dan warna putih
dikarenakan bahwa minggu palmarum menandakan masuknya kedalam pekan suci. Lilin
yang mejadi simbol kehadiran roh kudus sudah akan menyala terlebih dahulu
sebelum memasuki gereja. Hal ini dikarenakan prosesi dilakukan dari luar
gereja. Sehingga ketika memasuki gereja, lilin sudah terpasang.
Liturgi
di GBKP umumnya berbahasa karo, namun saya memakai dengan berbahasa indonesia,
dengan pemikiran bahwa pada minggu ini akan mengundang juga gereja-gereja lain,
sehingga supaya semua dapat mengikutinya saya menggunakan bahasa Indonesia.
Bahan-bahan
bacaan mulai dari introitus, bacaan pertama hingga bahan khotbah akan mengikuti
bahan yang ada dari sinode tanggal 17 April 2011.
Dekorasi
Sesuai
dengan suasananya yang merupakan minggu palmarum, pada gapura hingga gereja
akan banyak dekorasi menggunakan daun kelapa sawit. Disekitar mimbar akan ada
bibit kelapa sawit setinggi setengah meter yang akan menggantikan tempat daun
palem. Digapura, akan ada 2 buah guci berisikan air dan diletakkan daun kelapa
sawit yang akan diambil oleh jemaat ketika masuk kedalam gapura. Selain itu di
salib akan di letakkan dengan sedemikian rupa seperti gambar dibawah ini, namun
salib tersebut adalah salib yang ada di belakang mimbar besar.
LITURGI IBADAH MINGGU PALMARUM
GBKP Ujung Batu – Maranatha Kabun
Riau
Perlihatkanlah
Kehormatan dan Tinggikanlah Yesus
I.
Persiapan
(dipimpin oleh majelis(M)
dan dibantu oleh song leader di depan pintu gereja)
1.
Belajar Nyanyian (Jemaat
akan belajar beberapa lagu yang kira-kira tidak diketahui jemaat.)
2. Penjelasan
Ibadah (Akan dijelaskan kepada jemaat
bagaimana liturgi ibadah pada hari ini, apa yang harus jemaat perhatikan selama
jalannya ibadah. Misalnya sikap ketika prosesi pembuka dan penutup).
3. Kata
pengantar kedalam Ibadah Minggu Palmarum
M : Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa Minggu ini merupakan pekan suci yang akan mengantarkan kita kepada
kematian dan kebangkitan Yesus. Untuk mengingat akan pengharapan yang hadir
dengan kehadiran Yerusalem, marilah kita juga menghayati Yesus hadir di
tengah-tengah kampung kita dan membawa pengharapan kepada kita. Ibadah pada
minggu ini merupakan Minggu Palmarum yang bermakna bahwa ibadah ini mengingatkan
kita akan Yesus yang hadir di Yerusalem seminggu sebelum hari kebangkitanNYA. Pada
waktu itu orang banyak mengambil daun-daun palem dan menyongsong Dia sambil
berseru-seru” “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja
Israel!
M : Saudara, Daun kelapa sawit yang
menggantikan daun palem ini adalah lambang perdamaian, kehidupan kemenangan dan
pengharapan akan pertolongan Tuhan dan juga sebagai daun yang dekat dengan
kehidupan kita. Sebentar kita akan melambai-lambaikan daun kelapa sawit ini pada
saat berseru “Hosana” (Majelis memperagakan) dan saat kita bernyanyi (Majelis
memperagakan).Mari kita sambut peringatan masuknya Tuhan Yesus ke Yerusalem
(Jemaat berdiri dan berseru sambil mengayunkan daun palem) Hosana, Hosana!
Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel! Hosana, Hosana!”
4. Saat
Teduh
M : Dalam
mempersiapkan diri kita memasuki ibadah ini, marilah mengambil saat teduh
sejenak.
5. Nyanyian
Jemaat (KJ.161:1-2)
Jemaat
bangkit berdiri sambil melambai-lambaikan daun kelapa sawit
II.
Ibadah
1.
Prosesi
Pada Prosesi ini akan diadakan di
luar gereja yang mengingatkan mengenai kedatangan Yesus ke Kota Yerusalem. Gambaran
Yerusalem dihadirkan didalam gereja dan kedatangan Yesus di hadirkan melalui
prosesi. Pada ibadah Minggu Palmarum biasanya menggunakan daun palem yang
berarti lambang perdamaian, kehidupan, kemenangan, dan pengharapan akan
pertolongan Tuhan. Namun pada daerah ini sulit untuk mendapatkan daun palem
karena memang tidak banyak penduduk menanam pohon palem. Hal ini yang membuat saya
menggunakan daun kelapa sawit yang bentuknya tidak jauh berbeda dengan daun
palem. Tanpa mengubah arti yang sesungguhnya, saya ingin mendekatkan lagi alam
yang selama ini dekat dengan mereka, hari ini menjadi simbol perdamaan,
kehidupan, kemenangan dan pengharapan. Arti dari simbol ini akan di jelaskan
ketika khotbah.
Pada prosesi ini, daun kelapa sawit
akan di letakkan di gapura depan, dan ketika jemaat hadir ia akan mengambil
sendiri daun tersebut dan mengambil tempat yang sudah di sediakan. Di sepanjang
jalan dari gapura hingga pintu gereja akan di sediakan tikar bagi jemaat yang
datang lebih dahulu sehingga tidak merasa lelah dan juga tidak mengubah suasana
yang ingin diciptakan. Selain itu ini juga bermakna sebagai penantian umat akan
hadirnya Sang Juru Selamat, dengan merendahkan diri duduk diatas tikar. Selain
itu, tikar merupakan benda yang tidak bisa lepas dari jemaat suku karo. Mulai
dari adat dan kehidupan sehari-hari pasti menggunakan tikar, namun benda ini
akan saya pakai pada ibadah di gereja.
Sebelum jemaat datang anak-anak sekolah minggu akan berada dipaling
depan jalan yang sudah berbaris dan membawa daun kelapa sawit dan ketika
prosesi anak-anak akan mengatakan “Hosana, Hosana” yang menghadirkan peristiwa
yang terjadi pada saat Yesus datang. Ucapan tersebut berarti “selamatkan kami
sekarang”. Dan
ucapan yang berarti bahwa “Ia adalah
raja”.
Urut-urutan dalam prosesi ini
adalah pendeta maju terlebih dahulu lalu diikuti oleh majelis. Hal ini dikarenakan menurut saya ketika
umat sudah menantikan Juru Selamat, mereka tidak menanti dua kali dengan
perantara majelis telebih dahulu namun umat langsung berhadapan dengan Juru
Selamat itu sendiri. Dan ketika Pendeta dan Majelis berjalan menuju Gereja
semua jemaat akan mengikuti dari belakang dan masuk kedalam gereja. Dengan
iringan KJ 161: 1,3,4 dan lambaian daun kelapa sawit.
2. Votum
& Salam
L : Kebaktian Minggu palmarum ini
dimulai dengan nama Allah, Bapa yang merelakan anaknya hadir di dunia, dengan
nama Anak Allah Yesus Kristus yang hadir diantara kita manusia menjadi sang
Juru selamat yang membawa perdamaian,
kehidupan, kemenangan, dan pengharapan. Kasih dan sayang Tuhan kita Yesus
Kristus, dan Cinta Bapa beserta Roh kudus ada beserta kita sekalian.
J : Amin..Amin..Amin(dinyanyikan)
3. Introitus
: Matius 21:9
4. Nyanyian
Jemaat (KJ 161:1,3,4)
5. Pengakuan
Dosa(Jemaat duduk)
L :
Saudara-saudara, marilah sekarang kita mengakui setiap kesalahan dan
pelanggaran kita secara litani,
L : Kami mengaku,
J :
Kepada Allah Yang Mahakuasa,dan kepada Saudara sekalian,bahwa kami telah
berdosa, dengan pikiran dan perkataan,dengan perbuatan dan kelalaian.
L : Kami berdosa,
J : Kami berdosa, Kami sungguh berdosa.
L : Oleh sebab itu Kami memohon,
J : Kepada dara Maria
ibu yesus, kepada
para malaikat,dan kepada Saudara sekalian
supaya saling
mendoakan kepada Allah, Tuhan kita.
L+J : Amin.
Saya sedikit memakai pengakuan dosa di Katolik
namun saya mengubahnya sesuai dengan yang saya imani. Saya tidak memakai orang
kudus dan mengganti kata “saya” dengan kami.
6. Nyanyian Jemaat ( PKJ.138:1,3)
7. Berita
Pengampunan Dosa(Jemaat berdiri)
L : Berita pengampunan dosa pada hari ini berlandaskan pada Yakobus.1:12 (membacakan
ayat Alkitab)
L : Dalam nama Allah Bapa dan Anak dan Roh Kudus, kami memberitakan kepada
saudara-saudara yang dengan tulus ikhlas mengaku dosa di hadirat Allah, serta
mencari keselamatan-Nya hanya kepada Yesus Kristus, bahwa Allah mengampuni dosanya.
Amin.
L :
Untuk menanggapi Berita anugrah dan pengampunan dari Tuhan, marilah kita
bernyanyi....”
8. Nyanyian
Jemaat( KJ 375 diulang dua kali)
Ketika lagu ini selesai
maka anak-anak akan keluar dari gereja menuju ruang sekolah minggu dengan
bimbingan guru sekolah minggu.
9.
Doa Epiklesis (Jemaat duduk)
L : Marilah kita berdoa
Ya Bapa, segala tulisan
yang telah Engkau ilhamkan, jadikanlah itu bermanfaat untuk mengajar kami,
untuk menyatakan kesalahan-kesalahan kami, untuk memperbaiki kelakuan kami dan untuk
mendidik kami dalam kebenaran Yesus Kristus. Kiranya Roh Kudus menerangi batin kami dan membuat kami menjadi
pelaku-pelaku Firman yang sejati. AMIN
10. Pembacaan
Firman : Yohanes 3 : 14-15
11. Nyanyian
Jemaat Menyambut Firman (KJ 50a :1)
(Ketiga paragraf terakhir, Liturgos
turun dari mimbar yang disusul pendeta ke mimbar. Setelah bertemu di depan
mimbar, pendeta dan liturgos saling bersalaman. Hal ini merupakan salah satu
sebuah tata ibadah tetap. Hal ini bermakna bahwa pada saat itu juga
kepemimpinan ibadah berada dalam tanggung jawab pendeta.)
12. Doa
Sebelum Khotbah
13. Khotbah
: Markus 13: 3-9
14. Doa
Setelah Khotbah
15. Prosesi
Dalam
Prosesi ini, dari luar gereja akan ada tarian karo. Tarian ini disebut dengan Tarian Begu Deleng, dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan
sebagai Tarian Hantu Gunung. Dimana Kekayaan alam Taneh Karo Simalem Yang
terletak di provinsi Sumatera Utara ini, memberikan Inspirasi bagi Masyarakat
Karo untuk menciptakan Sebuah Tarian yang menyimbolkan Sebuah Ucapan Syukur
kepada Penghuni dunia lain, hal ini dilakukan sebelum masuknya agama Ke Taneh
Karo simalem.
Namun setelah masuknya agama, semuanya berpusat kepada Tuhan, sehingga ini
menjadi Tarian ucapan syukur kepada Tuhan. Ucapan syukur uni terlihat dari
gerakan tarian berupa diangkatnya kain yang di bawa oleh penari.
Posisi
dalm prosesi ini ; di bagian depan merupakan penari empat orang yang diikuti
oleh jemaat dengan membawa Air dalam gentong kecil. Dan ketika sampai di depan
mimbar, penari akan keluar dan jemaat masih berada di depan membawa gentong
kecil tersebut.
Pemakaian
Simbol dalam prosesi ini memakai gentong air benda ini merupakan benda yang
sangat dekat dengan jemaat perkebunan. Dan juga memakai air yang merupakan
sebuah simbol yang umum dipakai dengan makna pembersih, simbol penciptaan baru,
pemupukan, penyegaran, dan regenerasi.
Air merupakan sesuatu yang memang sering menjadi permasalahan dan sangat penting.
Didaerah ini, ketika hujan sangat banjir dan ketika kemarau sangat kering.
16. Pemberkatan
Air
(Setelah
Doa mengakhiri khotbah, Pendeta turun dari mimbar menuju depan mimbar. Hal ini
di susul oleh majelis yang mendamping berdiri di samping kanan kiri pendeta.)
P : Jemaat
yang di kasihi Tuhan, dihadapan kitas saat ini terdapat air dalam gentong ini.
Air merupakan simbol kehidupan. Air yang dibutukan oleh tumbuhan, hewan dan
manusia. Air yang kita jauhi ketika hujan dan kita cari-cari dengan susah payah
ketika kemarau. Dan pada hari ini air yang merupakan sebuah simbol pembersih,
simbol penciptaan baru, pemupukan, penyegaran, dan regenerasi hadir dihadapan
kita untuk memberikan kepada kita berkat pada hari ini.
P : Mari
kita berdoa. (Pendeta mengangat satu
tangan yang mengarah ke gentong air untuk memberkati) Kiranya Air yang
menyimbolkan pembersih, penciptaan baru, pemupukan, penyegaran, dan regenerasi
ini diberkati dengan nama Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus. Amin
17. Pengakuan
Iman Rasuli(Jemaat berdiri)
P :
Marilah kita mengucapkan
pengakuan Iman Rasuli kita bersama-sama
J : Aku percaya....
(Setelah
itu pendeta kembali keatas mimbar ,air dalam gentong di depan mimbar)
18. Persembahan
P : Landasan persembahan kita pada hari ini,
diambil dari Kisah Para Rasul 20: 35 “Dalam segala perkara saya sudah memberi teladan kepadamu
bahwa dengan bekerja keras seperti ini kita harus menolong orang-orang yang
tidak kuat. Karena kita harus ingat akan apa yang Tuhan Yesus sendiri sudah
katakan, 'Lebih berbahagia memberi daripada menerima.”
P : Marilah kita memberikan persembahan kita,
dengan bernyanyi...
19. Nyanyian
Jemaat (KJ 439 : 1-selesai)
20. Doa
Persembahan (jemaat berdiri)
P : Saudara-saudara, Mari kita berdoa.
Allah yang baik, yang telah menerbitkan matahari, yang
telah menitipkan kepada kami tanah dan air memberikan udara untuk tetap menjaga
kehidupan ini, kami mengucap syukur atas rahmatMu.
Dari pekerjaan kami sebagai petani dan karyawan, kami
membawa sebagian hasilnya kepada Tuhan. Ini adalah ungkapan syukur kami atas
terima kasih kami bahwa Tuhan telah meminjamkan tanah, air dan memberikan pekerjaan
kepada kami untuk menjaga kehidupan anak-anak dan keluarga kami.
Terima kasih Tuhan, hasil kerja tangan ini, membantu
kami untuk memelihara tubuh kami dan memampukan kami untuk lebih lagi berbagi
dengan sesama yang membutuhkan. AMIN.
21. Warta
Jemaat (jemaat duduk)
22. Doa
Syafaat + Doa Bapa Kami
23. Nyanyian
Jemaat ( KJ 424: 1-2)
III.
Penutup
1. Pengutusan
P :
Tuhan, di Minggu Palmarum ini Engkau mengajarkan kerendahan
hati kepada kami.
J : Kami bersyuukur, melalui kerendahan-Mu kami
diselamatkan
P :
Biarlah kami dikuatkan senantiasa mengikuti jalan kerendahanMu dalam hidup
sehari-hari sebagai jawaban bahwa kami telah menerima KemuliaanMu.
J :
Biarlah kami dibimbing oleh Roh Kudus menjalani ketaatan yang sudah diteladani
Kristus.
Jemaat
akan dipersilahkan oleh majelis yang bertugas satu persatu mengambil posisi
seperti sebelum ibadah(ini telah dijelaskan sebelum dimulai ibadah). Setelah
gereja kosong, pendeta akan turun dari mimbar dan menyerahkan Alkitab kepada
majelis. Lalu pendeta akan berjalan terlebih dahulu yang diikuti oleh majelis.
Salah satu majelis membawa gentong kecil yang berisi air.
2.
Berkat
Setelah
Pengutusan maka Pendeta berjalan mengarah ke jemaat. Jemaat akan memberi kepada
Pendeta daun kelapa sawit miliknya dan pendeta akan memasukkannya kedalam
gentong dan memercikkannya tiga kali, sambil berkata:
P : Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah Bapa dan perseketuan di
dalam Roh Kudus, menyertai Saudara-saudara, dari sekarang sampai
selama-lamanya. Amin
Hal
ini akan dilakukan kepada seluruh jemaat. Daun yang sudah dipakai untuk
memercikkan air akan dikembalikan kepada jemaat. Tindakan ini menyimbolkan
berkat yang diberikan kepada jemaat secara pribadi. Jadi tidak hanya di
simbolkan sekali percikan untuk berkat kesemuanya, tidak juga dipercikkan
sambil lewat –seperti beras yang dilemparkan. Tetapi ini mendekati
pribadi-pribadi jemaat –seperti berkat dengan minyak.
3. Prosesi
Penutup
Setelah
pendeta keluar dari gapura akan diikuti oleh tarian karo yaitu Tari Kemuliaan man Dibata (Tarian
kemuliaan kepada Allah).
Tarian ini biasa dipakai ketika sudah selesai melakukan sebuah acara, adat,
upacara dan ibadah. Salah satu contoh pemakaiannya adalah ketika ibadah
menahbisan imam. Tarian Kemuliaan Dibata akan diikuti oleh jemaat, sehingga
semua memuliakan Allah. Tanpa latihan dan pemberitahuan, secara spontan jemaat
akan mengikutinya, karena tarian ini merupakan tarian adat yang biasa
dilakukan. Tarian ini dilakukan dari depan pintu gereja hingga keluar gapura.
4. Saat
Hening
Jemaat
dapat meninggalkan tempat, namun diperbolehkan juga mengambil saat hening secara
pribadi.
Ibadah
Telah Selesai
______******_______