Sabtu, 16 Juni 2012

Diriku dahulu Diriku Kini


Saya lahir pada tanggal 10 mei 1992. saya merupakan anak dari Christina Surbakti dan Rinaldi sembiring. kelahiranku sebenarnya menimbulkan pertanyaan sendiri dalam hatiku, Orang tusaya menikah pada tahun 5 Oktober 1991 saya lahir hanya beberapa bulan setelah itu, sebenarnya sedikit janggal padahal saya lahir dengan normal dengan berat 2,9 kg. Berarti saya tidak lahir prematur, tapi saya hanya dikandung beberapa bulan saja. Hal yang lain yang sangat janggal adalah mengenai jenis darah yang saya miliki. Saya berdarah AB sedangkan mamak saya  berdarah A dan bapak saya O. saya bukan bodoh dan bukan juga sangat pintar, namun saya pernah mempelajari perpaduan darah dan kemungkinan anak mereka hanya A, O saja tapi mengapa ada darah AB dalam darah saya?  Hal ini mungkin membuat saya sampai saat ini tidak memiliki ikatan batin dengan bapak saya. Saya tidak memiliki rasa rindu dan rasa memiliki kepada bapak saya. Seakan-akan ada dan tidak ada bapak rasanya sama saja.
Saya dilahirkan di Medan, disebuah praktik seorang bidan. Saya lahir tanpa pendampingan bapakku dan keluarganya, mamakku di temani oleh nenekku dan kakaknya. Hal ini bukan sesuatu yang tanpa maksud. Entah kenapa memang tidak harmonisnya keluarga bapak saya dengan keluargsaya sangat terlihat. Bapak saya tidak datang karena sejak sebelum menikah bapak saya memang sudah merantau ke Riau sedangkan mamakku masih terdaftar sebagai mahasiswi di Uiversitas Methodist Indonesia. Keluarga bapakku memang cenderung tidak suka dengan kami. Saya juga tidak mengerti apa yang terjadi, padahal apabila kulihat dan kuperhatikan sewajarnya kalau keluarga mamakku yang tidak suka dengan mereka. Mamakku berasal dari keluarga yang cukup terpandang pada masa itu, hal ini dikarenakan kakek saya seorang pengusaha yang cukup sukses dan kaya. Sedangkan bapak saya hanya lulusan SMA yang berasal dari keluarga yang biasa saja. Namun masalah apa yang ada, sampai kini saya pun tidak mendapatkan keterangan dari keluarga saya.
Hal ini membuat saya hingga saat ini tidak mampu merasakan keluarga dengan dua sayap yang terkepak. Saya merasa hanya dibawa satu sayap saya dilindungi. Hal ini karena saya hanya mampu melangkah bersama keluarga dari mamak saya, Terkadang saya merasa keluarga bapak saya sama dengan saudara-saudara lain, hanyalah tambahan, kebetulan dan mau tidak mau jadi saudara. Ini yang membuat saya sangat tidak perduli dengan apapun yang terjadi dengan keluarga bapak saya. Saya sudah punya mind set mengenai mereka yang tidak perduli dengan keluarga kami. Saudara-saudari bapak sering memandang rendah kami, khususnya mamak. Mereka sering merasa bahwa mamak adalah seorang ibu yang tidak bisa apa-apa. Memang mamak tidak bisa masak, tidak bisa melakukan hal-hal rumah tangga seperti masak, mencuci baju dan beberapa yang lain. hal ini dikarenakan ia  berasal dari keluarga cukup berada mamak saya tidak pernah melakukan hal-hal tersebut. Sejak mampu membeli kendaraan sendiri, mereka baru menganggap dan mempertimbangkan keberadaan kami. Ketika saya akan ke Jogjakarta dan masuk fakultas teologi, banyak sekali yang menganggap saya tidak mampu dan tidak akan lulus, mamak tidak akan mampu membiayai, saya tidak akan bisa belajar lama di fakultas teologi dan beberapa pendapat mereka yang sangat memandang kami tidak akan mampu. Masuknya Jefry Alexander Perangin-angin yang merupakan anak dari kakak bapak saya ke teologi merupakan sebuah kebanggaan, tapi ketika saya yang masuk teologi, tidak ada satupun ucapan selamat dan rasa bangga dari mereka. saya selalu dicurigai dan di nasehati seakan-akan saya anak yang sangat liar.
Sejak dalam kandungan saya sudah di beri nama Tekang oleh keluarga saya, karena saya bermarga sembiring dan biasanya dipanggil tekang. Saya tinggal bersama mamak saya dan nenek saya di rumah nenek saya. Umur 2 minggu mamak saya sudah tidak lagi menyusui saya dan saya di beri susu kotak oleh nenekku yang merawat saya karena mamak saya selalu harus kuliah setelah saya berumur 2 minggu. Saya dan mamakku di biayai, saya dirawat oleh perawat dan nenek saya. secara tidak lagsung saya seperti anak nenek  yang paling kecil.
Umur 2 Tahun adik saya lahir pada tanggal 04 mei 1994. Laki-laki, namanya Riauland arisdantha sembiring. Ia lahir tidak terlalu sempurna. telapak kakinya miring dan masuk kedalam, dan pada saat ia di periksa ia harus di penn dan lagi-lagi itu semua jasa nenek saya.
Umurku sudah 4 Tahun dan mamakku sudah lulus. Kami pindah bersama bapak di Riau di perkebunan kelapa sawit. Awalnya kami tinggal dengan beberapa pemuda, karena rumah itu memang rumah para pemuda termasuk bapakku. Namun setelah beberapa minggu atau bulan mereka pindah. saat itu ekonomi sungguh sulit dan mamakku merasa sangat kesulitan. Apalagi dia tidak mengerti soal rumah, yang biasanya dikerjakan oelh pembantu nenekku. Mamak saya tidak bisa masak, tidak bisa mencuci dan menyetrika. Kami makan seadanya, berpakaian ala kadarnya.
Mamak yang cerewet dan tegas membuat saya yang masih berumur 5 tahun sudah harus membersihkan rumah dan mengurus diri sendiri seperti mandi sendiri dan memakai baju sendiri. Saya sudah diajarkan untuk menyapu, mengepel dan merapikan rumah. Umur 5 tahun saya sudah SD dengan penambahan satu tahun umurku agar saya bisa di terima di SD. Akhirnya mamak saya mendapat pekerjaan walaupun dia harus kelapangan. Mamak saya pun menambah pemasukan dengan bahan-bahan makanan pokok yang dikirimkan nenekku dari medan dan dijual oleh mamak saya di kompleks perumahan dan di pasar. Semuanya sering capek kalau sudah pulang kerumah, mamak dan bapak saya pun sering bertengkar karena merasa saling tak mengeri satu dengan yang lain. Ntah umur berapa tahun saya saat itu ketika mamak pun tidak tahan dengan pertengkaran dengan bapak. Malam itu ia mengurung diri dikamar sedangkan bapak menonton bola di ruang tamu. Mamak yang dalam keadaan tertekan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan minum cairan isi ulang pembasmi nyamuk.
Bapak saya memang menolong mamak saya, tapi dia malah membuat semua semakin kacau dengan memberi tahu keluarga mamakku. Pada saat itu kedua orang tusaya hampir bercerai. namun mereka masih memikirkan kami yang masih kecil-kecil. Mamak saya tergolong tempramen, apa saja bisa menimbulkan kemarahannya. Apa saja yang ia bisa raih untuk memukul, akan dipukulkan ke kami apabila ia marah. Seingatku ia pernah memukulkan sapu, tangkai pengepel, sisir, kayu pengaduk nasi, tangkai kemoceng, sapu lidi. tak jarang juga dia memukul dan mencubit dengan tangannya sendiri hingga menggigit kami kalau dia geram. Ntah apa sebenarnya yang menyebabkan mamakku melsayakan hal ini. satu hal yang saya tak bisa lupa adalah ketika mamakku menelanjangi ku ketika saya kelas 5 SD dan disuruh keluar untuk mengangkat baju yang di jemur. mamakku seperti senang dan terhibur atau puas dengan apa yang ia lsayakan padsaya. tapi memang saya tak melihat ekspresi apa-apa setelahnya. setelah dipukul di cubit di tendang, sore atau malamnya memang mamsaya mengobati bekas-bekas itu. satu kompleks juga mengetahui apa yang dilsayakan mamakku ini. kadang kalau saya bermain kerumah teman, mereka selalu bilang awas mamakmu marah, sampai-sampai kalau mamakku sudah memanggilku, teman-teman dan tetanggsaya seakan-akan ingin menendangku agar saya cepat sampai di rumah. Sejak saya SD, perbedaan kasih yang kudapatkan dengan adekku memang sudah kurasakan. Namun sering guru-guru yang saya dengar menasehati murid dengan mengatakan jangan iri, jadi saya tak berpikir dan memusingkan itu terus.
SD kelas 4 atau 5 adikku bernama Adinda Breskintha Sembiring lahir. Kelahirannya lah yang memang direncanakan dan diinginkan oleh keluarga bapakku. Nenek dari bapakku memiliki tiga anak laki-laki, dan dari yang ketiganya setahuku mamakku lah yang paling subur diantara yang lain. nenekku minta satu cucu lagi, siapa tahu dapat yang laki-laki pewaris marga keluarga. Namun mamak yang sudah berumur lebih dari 30-an ada sesuatu yang yang terjadi dengan tubuh adikku.
Adinda lahir dirumah pada tanggal 28 agustus 2001 dengan normal, kelahiran yang dibantu dengan bidan ketika sore hari. Bulan pertama kelahirannya Adinda sudah menjadi anak yang suka menangis dan demam. Bulan kedua, dia pun harus dirawat di rumah sakit selama hampir satu bulan. satu tahun kemudian, Adinda di angkat oleh sebuah keluarga. Hal ini sesuai dengan tradisi yang ada dimana apabila seorang anak sering sakit maka ia akan diangkat oleh salah satu keluarga. Setelah itu kesehatan Adinda mulai membaik namun ia tidak pulih sepenuhnya. Ia masih sering sakit-sakitan. Pernah sekali ketika ia sakit dan dirawat di rumah sakit, hampir dua minggu dan saya menjaga bersama mamak saya. Dan ketika sudah diizinkan oleh dokter untuk pulang, kami pun akhirnya pulang. namun sesampainya dirumah, bukan rasa lega yang mamak saya dapat, tetapi masalah yang baru. Bapak saya diketahu selingkuh dengan pembantu kami yang memang saat itu bekerja dengan kami. walau tidak mengetahui banyak hal mengenai hal ini tetapi sudah membuat saya memiliki pemikiran buruk tentang bapak saya.
Umur dua tahun, Adinda di priksa di medan dan kikatakan ia menderita penyakit tulang yag membuat ia tidak bisa tinggi. Hal ini membuat mamakku sedikit terpukul dan sempat mengalami tekanan jiwa yang membuat dia harus menjalani pemulihan di dokter syaraf. Saat itu, mamak benar-benar trauma untuk memiliki anak lagi. Ketika ia diketahui hamil lagi, ia tidak mau menerimanya. Sepengatuhan saya, ia menggugurkannya. Saat itu saya sudah cukup mengerti apa yang mereka lsayakan, mamak menggugurkannya ketika bakal bayi itu berumur hampir satu bulan dan sudah seperti anak tikus (ketika saya mendengar pembicaraan mereka). Sungguh hal ini merusak pandanganku terhadap mamak dan bapak. Mereka berdosa, sangat berdosa membunuh bayi tak bersalah itu. hingga saat ini saya tak pernah mempermasalahkan apa yang mereka lakukan tapi saya tetap mengingat hal ini.
SMP saya pindah ke medan, kerumah nenek yang merawat saya dahulu ketika saya lahir. saya SMP di sebuah SMP dari yayasan pendidikan Gereja Kristen Methodist Indonesia. saya disana hanya berutinitas rumah, pasar, sekolah, pasar,rumah. Saya tidak diperbolehkan banyak beraktifitas diluar rutinitas ini oleh nenek saya. saya sangat dijaga dan dimanjakan olehnya. Namun oleh dialah, saya banyak belajar tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip hidup.
Nenek sangat melindungi saya dari tante-tante saya yang tidak ingin saya bersama dengan nenek saya. Nenek juga melindungi saya dari keluarga bapak saya yang selalu memandang saya sebagai anak yang buruk dan tidak punya sopan santun. Saya banyak belajar tentang bagaimana saya harus bertahan ketika saya hanya punya TUHAN di dunia ini. Nenek tidak memanjakan saya dengan uang. Saya malah diajari untuk mencari uang sendiri dengan mengantar dan menjual bunga kepada penjual bunga di pasar. Menghargai berkat TUHAN sekecil apapun sangat di tekankan oleh nenek saya. saya selalu melihat bahkan diajak untuk berdoa ketika ada yang membeli bunga dari kebun bunga nenek saya. tidak banyak sepulu ribu bahkan hanya lima ribu, ia akan melipat tangan dan menundukkan kepalanya untuk segera berdoa. Ia berdoa sangat tulus dan sungguh bersyukur, tidak hanya sebuah rutinitas belaka.
Nenek tidak pernah mempermasalahkan nilai saya, justru ia selalu mengatakan bahwa ketika saya sudah berusaha semaksimal mungkin sisanya biarkan TUHAN yang bekerja atas saya ketika ujian. Ia memang tidak berpendidikan tinggi, namun dia cukup mengerti jauh tentang dunia pendidikan. Ia sangat marah ketika saya tidak memberikan sesuatu yang terbaik kepada orang lain, dan saya dilarang untuk menerima sesuatu yang tidak terbaik yang orang berikan kepada saya. hal ini ketika tante saya sering memberikan makanan yang berasal dari lemari pendingin. nenek tau saya suka makan, tetapi dia mengatakan kepada saya jangan pernah menerima barang pemberian yang sisa seperti itu seakan-akan kita menampung sampah.
Ketika saya SMP, saya pernah tidak masuk sekolah hampir satu bulan. Mamak saya mengalami oprasi steril yang membuat seorang wanita tidak dapat hamil lagi. Namun dalam operasi itu, mamak saya mendapatkan penyakit yang disebabkan oleh dokter kandungan yang mengoprasi saat itu. Usus halus mamak saya terpotong sehingga veses mamak keluar dari bekas oprasinya. Selain itu, mamak juga mengalami pembengkakan hati yang biasa dikatakan sebagai penyakit hepatitis. saya meminta izin kepada sekolah dan berangkat ke Riau untuk menjaga mamak saya. Selama saya menjaga mamak saya, saya berinteraksi dengan doker dan perawat serta pasien disana. Hal ini membuat saya ingin menjadi seseorang yang memiliki pekerjaan di bagian kesehatan.
Saat saya masuk SMA, ketika nenek saya tetap mendukung saya ketika masuk kesekolah apa yang saya ingin. Saya masuk ke sekolah swasta yang baru saja berdiri satu tahun dan saya menjadi angkatan kedua. awalnya banyak guru yang cukup tertarik kepada saya dan memandangsaya cukup pintar. Namun beberapa minggu kemudian saya menjadi anak yang tidak memiliki aturan lagi, rambut diwarnai, rok dipakai dipinggul, cabut matapelajaran,cabut sekolah, hingga saya pernah saling pukul dengan salah satu teman sekelas saya yang laki-laki. Memang perkelahian hingga saling pukul bukan hanya baru kali itu saja, SMP juga saya pernah melakukan hal yang sama dengan teman laki-laki saya. Namun nenek tidak pernah tahu karena saya tidak pernah memberi tahu kepada nenek saya.  
Nenek saya sudah meninggal pada tanggal 13 April 2012 kemarin. sungguh saya terpukul dan sangat sedih ketika kabar ini saya dengar. Saya seakan-akan tidak terima dengan kenyataan ia pergi dari dunia ini dan saya tidak akan pernah bersalaman lagi dan mencium nenek yang menyangi saya seumur hidup saya. saya kembali ke Medan dan mendapati rumah nenek saya dimana saya dahulu tinggal bersama dipenuhi oleh orang banyak. tidak terima rasanya ketika saya masuk pintu itu tanpa langsung memeluk dan menciumnya. Pilu memang tapi Tuhan memanggil dia dan dia sudah tersenyum menatap saya saat ini.  Sebelum saya masuk kuliah dan berangkat ke Jogjakarta, saya mengatakan padanya bahwa saya akan menjadi cucu pertama yang akan menjadi pendeta. serasa Tidak punya semangat meneruskan perjalanan hidup ini lagi tanpa ia menyaksikan apa yang saya jalani saat ini. Doa yang selama ini nenek panjatkan kepada TUHAN sudah putus saat ini.
Pembagian raport, membuat mamak memindahkan saya kesebuah sekolah katolik yang memiliki asrama putri. Hal ini selain nilai saya yang turun derastis juga disebabkan oleh salah satu tante saya yang membuat cerita yang membuat tante saya yang lain tidak suka kepada saya.Mamak tidak ingin melihat kakaknya ribut hanya karena anaknya, terpaksa memindahkan saya ke asrama walaupun membuat nenek saya tidak lagi memiliki teman di rumah. 
Asrama Putri St. theresia yang cukup banyak membentuk saya. Saya yang biasanya tidak pernah melakukan pekerjaan-pekerjaan berat dirumah seperti mencuci baju dan menyetrika. Namun di asrama saya sangat terdidik dengan kerapian dan kebersihan yang dimulai dari lemari pakaian hingga lemari buku. Asrama merupakan tempat keras yang pernah saya tinggali. hidup bersama 200 orang dan tidur dengan 50 orang dalam satu kamar membuat saya harus berhadapan dengan berbagai jenis manusia setiap hari. Saya sering di tegur karena ribut, memarahi dan mengatur kakak kelas. Asrama ini sangat menjunjung tinggi senioritas. Senior adalah orang yang harus dihormati dan harus di turuti. Ketika ia bilang diam, kita harus diam tetapi mereka boleh kembali mengobrol. Hal ini membuat saya sering angkat bicara dengan menyinggung kakak kelas, sehingga membuat saya dibuatkan pertemuan untuk ditegur oleh kakak-kakak kelas.
Saya adalah orang yang dikatakan paling jahil di asrama. Setiap ada yang berulang tahun, saya akan melayangkan hukuman, dan membuat susah si berulang tahun. yang paling sering perbuat adalah membuat lemari kain dan lemari buku mereka menjadi berantakan. Hal ini membuat ulang tahun teman-teman saya lebih terasa, terasa dengan tertawa, terasa dengan air mata juga. Saya lebih sering bermain dengan adik-adik SMP ketimbang yang seumuran dengan saya. Adik-adik SMP punya aktifitas yang lebih menarik dan lebih seru menurut saya. mereka punya cerita yang berbeda dengan saya yang membuat saya sering bercerita dengan mereka. Selama SMA khususnya diasrama, banyak teman-teman yang tidak suka dengan saya. Saya orang yang cukup tegas atau tepatnya keras terhadap peraturan. Hal ini diawali dengan kakak kelas yang tidak menuruti peraturan tapi memarahi yang tidak melakukannya.
Selama hampir tiga tahun, saya mengikuti ibadah dengan tradisi katolik. Novena, misa, perayaan ekaristi. Setiap pagi melakukan ibadah dan menghayati paskah, bulan maria, jalan salib, valentine, rabu abu, kamis putih, sabtu sunyi dan beberapa ibadah yang lainnya. Saya mendapatkan sebuah perbedaan antara katolik dan protestan. saya merasa tenang apabila saya beribadah, saya merasa mampu menemukan Tuhan disana, ketika saya berlutut, menghadap salib, dibawah patung Bunda Maria, menerima berkat, mengucapkan salam Maria dan ketika ekaristi. Terkadang sempat terlintas bahwa sepertinya saya akan merasa damai apabila saya pindah agama ke katolik, menjadi orang katolik dengan ibadah sedemikian rupa. Namun saya mengurungkan niat ini karena tidak mengkomunikasikannya dengan orang tua saya.
Pengurungan niat ini didukung dengan pemberitahuan kedua orang tua saya yang menginginkan saya menjadi pendeta. mereka mengatakan bahwa sejak kecil saya sudah meng-iya-kan bahwa saya akan menjadi pendeta. Saya sebenarnya tidak siap menghadapi test untuk masuk teologi karena saya tidak pernah khusus belajar Alkitab. Saya tidak pernah renungan pagi, di sekolah belajar agama juga seadanya, hanya belajar yang mengarah kepada aplikasi kehidupan sehari-hari. Setelah saya beberapa waktu ini, taulah saya bahwa sebenarnya diarahkannya  saya menjadi seorang pendeta dikarenakan mamak saya yang dahulu diharapkan menjadi seorang pendeta. Mamak saya menjadi insinyur pertanian dan tidak jadi pendeta karena ia menggantikan abangnya yang telah meninggal.
Di SMA saya suka kepada seorang laki-laki yang bisa membuat saya tertawa, menangis, tersenyum dan bermimpi. Dia bernama Leo Paska Walden Gultom. Dia anak yang memiliki volume otak paling besar di angkatan 2006, tetapi sangat malas belajar dan melanggar banyak peraturan. Dia adalah salah satu anak ternakal disekolah. Saya sangat menyukainya dan saya tidak mampu mengerti mengapa saya  menyayanginya begitu dalam. Saya merasa bahwa sepertinya dia juga merasakan hal yang sama kepada saya. Ia punya kontak batin tersendiri dengan saya, ketika saya sakit, ketika saya menangis ia bisa tiba-tiba menghubungi saya dan membuat saya merasa lebih baik hanya dengan dia membuat saya tersenyum lagi. Tetapi dia melakukan kejahatan yang membuat saya bertindak jahat kepada beberapa laki-laki. Leo yang sepertinya merasakan hal yang sama ingin menutupi rasa yang ia miliki dengan cara yang menyakiti saya. Ia berpacaran dengan sahabat kecil saya, membuat status palsu dengan berpura-pura pacaran dengan teman saya, ia kemudia memacari sahabat terdekat saya.  Saya melakukan hal yang sama dengannya dengan mendekati teman-temannya seolah-olah saya menyukai mereka, hingga mereka merasa saya menipu mereka.
Saya tidak suka dengan kata persaingan, apalagi kerika seseorang menganggap saya adalah saingan untuknya. Saya akan menganggapnya musuh ketika memang dia terkesan memberi saya tantangan untuk bertanding. Ini lah yang pernah terjadi di SMA. Hampir sama ketika saya berada di SMP, banyak yang tidak suka kepada saya karena saya cukup dekat dengan guru karena dianggap mampu. Namun teman-teman saya sepertinya remeh melihat saya dan cenderung ingin melihat seberapa besar kemampuan saya. Saya kemudian bekerja sama dengan teman-teman dekat saya untuk menjatuhkan mereka dan memperlihatkan bahwa saya mampu dan dia bukan tandingan saya. Ketika kelas X saya mampu memperlihatkan diri saya. Semester 1 kelas XI saya tidak ingin saingan, belajar karena saya ingin belajar bukan karena meraih nilai dan bersaing. Namun tetap saya ada orang yang membuat saya merasa gemes dan akhirnya belajar sekuat-kuatnya. Aktifitas yang saya lakukan setiap hari di mulai dari belajar mulai dari jam 8 malam hingga jam 3 pagi, bangun jam 5 mandi dan belajar lagi jam 05.30,  kemudian ibadah pagi lalu sekolah hingga jam 13.00, makan siang dan tidur hingga jam 15.00, lalu belajar hingga jam 16.30, lalu mandi dan makan jam 18.30 lalu belajar lagi. Akhirnya setelah ujian saya menderita sakit tipus dan demam berdarah. Alhasil saya mendapat juara 3 kelas dan juara 6 angkatan saya.  Juara bukan membuat orang tua bangga tetapi mereka memarahi saya. Hingga saat ini diatas IP 3,2 mereka sudah membuat alarm kepada saya untuk tidak terlalu belajar begitu keras.
Selama SMA saya jarang sekali yang dikatakan mencontek, karena saya tidak percaya dengan hasil pekerjaan orang lain. tetapi bukan berarti saya pelit dengan hasil pekerjaan saya. Menurut saya ketika saya memberikan jawaban kepada orang lain, buakn saya yang rugi dan menjadi bodoh namun mereka yang tidak belajar. Saya akan mempunyai banyak teman dan saya tidak rugi namun tetap berusaha untuk menjawab sendiri.

MBTI
Ketika saya mengikuti identifikasi kecenderungan kepribadian, saya mendapat tipe ESTP (Extraversion : 27, Sensing : 35, Thinking : 5. Perceiving: 39). Dari hasil identifikasi ini, saya memang mendapatkan banyak pembenaran dan kesadaran akan bagaimana kepribadian saya. Mudah memang diidentifikasi, hal ini menurut saya dikarenakan saya memang tetap dan memegang teguh apa yang saya pikir baik untuk saya lakukan dan tidak merugikan orang lain. Sehingga dalam berbagai keadaan, saya tetap akan melakukan hal yang sama. Perubahan yang saya alami pun bukanlah perubahan yang sangat ekstrim, hanya perubahan yang karena proses yang harus saya jalani bukan karena satu atau dua kejadian.
Memimpin adalah salah satu yang kadang dapat dipercayakan kepada saya. sebenarnya bukan memimpin dalam arti sesuatu yang besar. saya sebenarnya minder apabila ditempat umum. terkadang orang lain mengira saya mampu menghadapi segala situasi dengan mudahnya. Saya hanya mau dan mampu memimpin sesuatu yang baru, yang memang tidak memiliki pemimpin, diambang kehancuran. hal ini dikarenakan saya tidak dapat memimpin dengan berduet dengan orang lain, dan memimpin sesuatu yang tidak butuh perubahan. Dalam prosesnya saya tidak suka dengan hasil yang harus diperoleh. Karena saya merasa prosesnya itu lebih penting di bandingkan dengan hasil yang diperoleh. Dalam hal apapun dan kapanpun itu, proseslah yang membentuk saya bukan hasil yang saya dapatkan. Saya sedikit sulit untuk memimpin orang-orang yang suka mengeluh, melihat pekerjaan orang lain, membanding-bandingkan pemimpin, merendah diri dan ingin menang dan terlalu optimis. Seperti yang dikatakan dalam hasil identifikasi yang dimana orang yang bertipe seperti saya merasa terganggu dengan anggota kelompok lain yang suka protes, komentar, negatif dan mengeluh. Bukan hanya anggota kelompok lain namun juga anggota kelompok saya sandiri pun saya merasa terganggu.
Kadang-kadang saya dikatakan sebagai manusia tanpa tujuan, hal ini dikarenakan saya tidak menetapkan target apa yang saya raih kedepannya. Saya tidak memikirkan apa yang harus saya lakukan untuk masa depan tetapi saya lebih memikirkan apa yang harus saya lakukan untuk menjalani hari ini tanpa membosankan. Apa yang harus saya lakukan hari ini untuk membuat komunitas saya terasa hidup dan dapat lebih terasa pergerakannya. Saya mempertimbangkan apa yang kelompok saya inginkan, saya tidak hanya menanamkan ide yang saya punya dan memaksa itu tumbuh, namun saya melihat apa yang sebenarnya mereka ingin dan mereka butuh. Saya tidak suka dengan persaingan, cukup anti dengan bersaing. Apalagi sesuatu yang sifatnya persaingan yang tidak menguntungkan. Persaingan yang menguntungkan menurut saya adalah persaingan dalam pertandingan ataupun kompetisi yang medatangkan hadiah. Namun apabila pertandingan persahabatan, nilai kuliah, penampilan, pertemanan, pacar apalagi saya sangat tidak suka dengan aura persaingan. Persaingan kadang-kadang membuat saya menimbulkan sindiran-sindiran yang cukup menusuk kepada orang-orang yang suka untuk bersaing apalagi menganggap saya saingan. Selain sindiran saya juga cenderung membuat batas-batas yang cukup tebal dengan orang itu, karena menurut saya sifat dasar seseorang yang sombong, tidak akan pernah berubah.
Saya sepertinya mampu menyelesaikan masalah dan mampu menemukan solusi. namun masalah yang sering saya temui adalah ketika saya tidak memiliki masalah. Hidup terasa begitu-begitu saja tanpa tantangan yang berarti dan hal-hal yang mampu saya selesaikan. tidak jarang saya menangis ketika saya merasa saya bosan dengan kehidupan yang tak ada warnanya. Saya mengambil banyak aktifitas, memasuki banyak komunitas, menjalani kehidupan dua dunia baik dunia nyata maupun dunia maya, hal ini semata-mata membuat saya sibuk dan saya tidak punya waktu memikirkan betapa biasanya hidup ini. Hal ini mampu saya lakukan dengan kepribadian saya yang mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Kemampuan saya untuk beradaptasi membuat seorng teman saya memuji saya namun dengan perkataan tambahan dimana saya akan mudah juga tersisih atau menyisihkan suasana atau sesuatu yang baru itu. terlihat dari perjalanan saya di berbagai tempat saya berpindah-pindah, saya akan selalu mengalami masalah-masalah yang membuat saya menghadapi dua pilihan apakah dia atau saya yang harus keluar.
Tidak suka teori tinggi dan rumit, saya suka teori mendarat, sederhana, menarik, menantang dan yang pasti nyata. Saya sulit untuk menjalani perkuliahan dikarenakan hal ini. saya lebih suka dan lebih mampu menghadapi sesuatu yang jelas-jelas nyata di zaman sekarang dan berguna bagi zaman ini. Hal ini saya tidak tahu asalnya dari mana, namun ini saya alami bukan hanya ketika saya kuliah, namun juga SMA. Saya sering sekali berkata kepada guru Fisika saya bahwa apa yang dia ajarkan adalah sesuatu yang sia-sia dan tidak berguna. mengapa? Hal ini dikarena pemikiran saya bahwa  menghitung lapisan gelembung, getaran pedal, resonansi nada, jarak kedua lampu mobil dan beberapa yang lain adalah sesuatu yang sia-sia dan tidak akan ada orang yang pernah melakukannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar