Sabtu, 16 Juni 2012

Berdoa dan bekerja dalam kesederhanaan dan perduli terhadap pribadi-pribadi yang diciptakan oleh TUHAN




Sarjana Terlambat adalah judul puisi yang dikarang oleh Romo Pius OCSO. Ketika saya mendapat puisi ini, saya sontak mengatakan “sial!!”, mengapa? karena saya merasa tersentil dengan judulnya yang pasti akan membuat saya tersentuh. Membaca kata demi kata membuat saya menarik nafas panjang.  Selama satu hampir satu semester ini saya merasa bahwa saya hanya melakukan aktifitas karena saya bernafas. Namun saya pun tak tahu apa tujuan saya melakukan itu semua. Saya memang sengaja melakukan banyak kegiatan, jadi pengurus gereja, organisasi di kampus, ikut bela diri, hal ini semata-mata agar saya tidak pernah merasa hampa dan sendiri. namun setelah beraktifitas selama satu harian, saya duduk dikamar dan tiba-tiba bertanya “apa yang telah aku lakukan hari ini? apa gunanya? apa tujuannya?” namun saya hanya mengalihkan pertanyaan ini pada kegiatan yang lain. Mungkin ini seperti yang saya pernah sharing kan, saya mengatakan bahwa hal itu mungkin dikarenakan saya tidak melakukan apa yang seharusnya seorang manusia lakukan terhadap penciptaa nya. Ya,  saya lupa siapa jati diri saya, siapa saya, bagaimana saya. Saya akan tahu itu ketika saya ingat bahwa saya adalah ciptaan dan saya melakukan semuanya itu semua atas kehendak Dia, dan saya tak mampu melakukan apa-apa tanpa Dia.
Dari puisi yang di dapat oleh seorang teman, ada juga perkataan “hidup adalah memutiara” (saya kurang yakin pasti dengan kata tepatnya). Memutiara, menjadi indah namun dengan proses bahkan yang sangat menyakitkan sekaligus. dan mutiara tercipta bukan hanya untuk dirinya, namun juga untuk orang lain, untuk manusia untuk perhiasan yang memperindah mereka. Saya melihat memang ini lah seharusnya manusia yang hidup adalah manusia yang berproses menjadi sempurna sebelum kembali kepada sang pencipta. Hidup yang kudus yang secara tak langsung dan tanpa disadari akan berdampak kepada kehidupan sesama, bukan untuk dirinya sendiri namun untuk kepentingan orang lain. walau saya mungkin melihat apabila memang apa yang dimaksudkan dengan memutiara seperti ini, itu berarti tidak semua manusia dapat menjadi mutiara.
Dari apa yang saya dapatkan ketika ssharing dengan frater Stefanus membuat saya berkemungkinan akan mampu mengatasi kejenuhan saya. Ketika jenuh, frater mengatakan bahwa kita harus mempertanyakan kenapa ada kejenuhan itu, mengapa ia jenuh melakukan itu, mengapa ia melakukan itu, apa arti perlakuan itu. Dan ketika ia tak menemukan jawabannya ia akan pergi untuk lari-lari di kebun kopi. Hal ini lah mungkin jawaban selama ini yang saya cari, bagaimana mengatasi kejenuhan? Selama ini saya hanya lari dari kejenuhan itu, bukan mencari mengapa dan bagaimana gaya hidup yang membuat saya tidak jenuh. Saya hanya terjatuh dalam lumpur kejenuhan dan hanya bisa diam, menangis dan tidak melakukan apa-apa. Kadang tangisan itu dikarenakan saya merasa tak ada yang spesial, smua begitu-begitu saja, saya bosan, saya ingin keluar dari rutinitas ini. Titik jenuh menurut saya kini merupakan titik dimana saya harus diam sejenak dan memperbaharui beberapa hal, memperbaharui tenaga saya, memperbaharui pemahman saya, memperbaharui iman saya dan memperbaharui iman saya. sehingga saya mampu melangkah lagi ya walaupun tidak sama baru dengan semangat awal saya datang ke Jogjakarta.
Simplicity yang sesungguhnya saya lihat dari kehidupan para rahib di rawaseneng ini. Pemilihan tempat yang berada di dataran tinggi menurut saya adalah pemilihan tempat yang sangat baik menurut saya. Hal ini dikarenakan bukan semata-mata karena ingin mendapat keheningan ( ditempat ramai kita juga bisa hening  ) namun saya melihat ini juga ada pertimbangan ekologis. Di tempat tinggi mereka tidak butuh pendingin ruangan, hanya butuh beberapa kipas yang dinyalakan ketika siang. Tanah yang mereka kelola juga ditanami tubuhan dengan baik, salah satunya kopi. Setidaknya ada pupuk alami yang mereka gunakan yaitu pupuk kandang dari kotoran sapi.  kesederhanaan hidup yang saya lihat dari makanan yang saya makan selama di rawaseneng, satu jenis sayur dan satu jenis lauk, tidak ada pilihan lain dan tidak ada alasan berlebih. Simpilcity yang menjadi gaya hidup mereka sebagai rahib memang memiliki tujuan. Makan makanan sehat seperti yang dikatakan Rm. Abbas agar panjang umur, pendek umur di dukung oleh makan makanan yang tidak jelas. alat-alat yang ada juga dipakai sesuai dengan porsinya, mematikan microphone ketika berdiri dan menyaalakan lagi ketika duduk. Hal ini membuat saya terkadang berpikir apakah saya mampu melakukan ini. Saya mampu menghabiskan lebih dari 8 jam untuk On Line.
Selain itu, kontemplatif aktif bukan hanya di hidupi oleh para rahib dan suster namun juga para tamu yang datang. Hal ini terlihat ketika makan, tamu mencuci piring sendir dan menata kembali. Hal ini saya memang rasakan bahwa dalam berkontemplasi bukan harus diam duduk dan mengunci kamar. namun kontemplasi itu juga beraksi, melakukan sesuatu. Saya juga mendapat tambahan dari kelas spirit tanggal 1 Mei 2012  dikatakan bahwa kontemplasi adalah bermula dari hal-hal yang sering kita lihat rasakan atau lakukan maupun yang pertama kali dirasakan, dilihat dan dikejar. Lalu mampu melihat arti dari mengalaman itu dan masuk kedalam pengalaman itu sendiri. Dari pengalaman pertama sejak semester satu, ketika ada acara sejenis misalnya retreat, tidak pernah mencuci piring sendiri, namun ini mau dilihat mampu dan mau kah kita berkontemplasi dalam hidup sehari-hari.Bahkan bukan hanya kegiatan sehari-hari namun pengalaman-pengalaman kita yang sederhana kita juga dpat berkontemplasi daripadanya.
Pergi berdoa ke pertapaan membuat saya sungguh terkagum-kagum tanpa dapat mengekspresikan. Hal ini ketika mempelajari tentang petapa senobit dan eremit, seakan-akan saya hanya melihat sejarah dan kisah mereka selayaknya dongeng. Dengan pertanyaan yang melintas dalam pikiran saya “apakah ada orang-orang yang mampu melakukannya? jangankan mampu, untuk “mau” saja saya tidak akan pernah”. Namun dengan mengikuti gaya hidup mereka (setidaknya 3 kali jadwal berdoa mereka), saya merasakan bahwa hidup mereka tergantung kepada berdoa. Berdoa adalah makanan dan minuman mereka, makanan adalah nafas mereka para pertapa.
Ketika di kamar, saya diperhadapkan pertanyaan seorang teman yang mengatakan “gaji mereka dari mana?”. Saya yang dahulu hidup di asrama katolik yang berdekatan dengan susteran pernah tahu bahwa para suster yang mengajar di sekolah, kerja di rumah sakit itu hanya di berikan uang saku Rp. 50.000  perbulan dan itu bukan gaji, karena mereka tidak di gaji. Ya kemungkinan teman saya sedikit terkejut dengan jawaban ini, namun saya mulai dapat menjawab pertanyaan ini, bahwa para pertapa hidup bukan karena gaji semata tetapi karena doa yang terus-menerus mereka ucapkan.
Mengalami pengalaman doa yang sedemikian rupa membuat saya merasa bahwa  pola hidup yang seperti ini cukup membosankan. Membosankan ketika saya harus hidup dengan rutinitas yang sama sepanjang hidup saya. Walaupun ada pekerjaan yang harus saya kerjakan namun saya akan bosan dengan itu rutinitas yang sedemikian rupa. Dengan karakter saya yang memang harus bekerja dengan orang lain dan dengan dunia luar, saya tidak akan dapat melaksanakan rutinitas seperti seorang rahib.  Namun saya butuh saat-saat dimana saya menarik diri untuk menjalankan rutinitas sedemikian dalam beberapa waktu. Hal ini untuk mengheningkan diri dan lebih dekat lagi dengan alam dan TUHAN.
Kemanapun saya pergi dan dimana pun saya berada, keheningan akan melingkupi kehidupan manusia. Hal ini saya ketahui ketika mengikuti P2SM, dimana semua agama memiliki konsep keheningannya masing-masing. Dimana keheningan menjadi sarana untuk kita mampu lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Hening bukanlah tujuan, namun hanya siebatas sarana. Di pertapaan, para rahib sudah terbiasa hening. Sampai-sampai ketika hendak kepeternakan, disarankan untuk tidak terlalu ribut karena akan mengganggu sapi-sapi. Hal ini memperlihatkan bahwa sapi juga pribadi yang memiliki keheningannya sendiri sehingga berproduksi lebih baik daripada berada dalam ketidakheningan.
Dari bangunan Kapel saya tidak bisa melihat sesuatu yang mengandung hal-hal yang bisa saya katakan sebagai cerminan petapa. Hal ini karena dalam bayangan saya pertapa memang dicerminkan dari kehidupan yang sangat-sangat sederhana. Kapel yang lebih tepat disebut sebagai gereja. bangunannya cukup luas dan cukup memadai untuk menjadi gereja. namun selama saya disana saya tidak tahu apakah semua kapel para pertapa memang seperti gereja. saya memang masih dipengaruhi keadaan susteran di sekolah saya dahulu, dimana kapel hanya khusus untuk suster-suter berdoa dan itu hanya seperti ruangan namun sedikit luas dan sangat sederhana. 

Arab Kristen


Apabila berbicara mengenai arab, maka banyak sekali pandangan yang menganggap bahwa arab adalah muslim. Padahal di Arab ada juga agama lain, walaupun ia memakai pakaian yang sama tapi itu dikarenakan budaya dan iklim.  Menurut informasi yang ada secara total sekitar 5-6% dari populasi negara-negara Arab adalah Kristen.  Beberapa orang Kristen yang tinggal di dunia Arab menolak untuk dianggap sebagai "orang Arab". Mereka merasa bangga dengan warisan mereka dan mereka bahkan melacak akar mereka untuk nenek moyang mereka yang mendiami tanah itu sebelum munculnya Islam. Misalnya, orang Kristen Lebanon bangga dengan akar kuno mereka Fenisia. 
Denominasi orang Kristen Arab
Orang-orang Kristen Arab memiliki banyak gereja yang berbeda, hal ini mungkin hasil berbagai konflik dan perpecahan. Kekristenan juga diadopsi sebagai agama resmi kekaisaran Romawi oleh Kaisar Konstantinus.Empat terpisah gereja berkembang di sekitar ibu kota dari empat provinsi gerejawi: Roma (Katolik Roma atau Gereja Latin), Konstantinopel (Yunani Ortodoks Gereja), Antiokhia (Syria Ortodoks atau Gereja Yakobit), Alexandria (Koptik Gereja). (Gereja Armenia), Nestorian Gereja di Suriah dan Mesopotamia, Para Maronit Gereja, Kasdim, Non-Uniate Asyur. Hal  ini lebih lanjut terjadi pada abad keempat (Gereja Armenia), abad kelima (Gereja Nestorian di Suriah dan Mesopotamia), abad ketujuh (Gereja Maronit di Libanon). Dengan Perang Salib, dan kemudian ketika kekaisaran Ottoman melemah dan Kristen setempat berupaya sponsor di Eropa, gereja-gereja tertentu atau bagian dari mereka yang terkait dengan Roma dan menjadi dikenal sebagai Gereja-gereja Uniate. Mereka terus tingkat besar otonomi dan mempertahankan ritus mereka, adat istiadat (seperti perkawinan bagi para imam) dan bahasa liturgi (Syria, Yunani).
Kelompok Maronit
Pohon Aras merupakan lambang Libanon, dimana salah satu semi militer Libanon menyebut dirinya sebagai pelindung pohon aras. Pohon ini memang pohon yang terancam punah, namun pohon ini lebih melambangkan perasaan orang kristen yang merasa terancam, dan kelompok kristen ini menyebutnya golongan Maronit.
Maronit melacak asal mereka untuk St.Maron, seorang pertapa Suriah pada  awal abad 5 th. Mereka menjadi orang yang sepenuhnya independen setelah mereka mengalahkan tentara Bizantium menyerang dari Justinian yang kedua pada pertempuran Amioune, di bawah kepemimpinan John Maron, patriark Antiokhia di 685-707.
Menurut tradisi mereka, Maronit selalu dalam persatuan dengan Roma melihat. Mereka keras menentang Monofisit (mereka yang mengajarkan bahwa Yesus memiliki satu kodrat), dan Monothelites (7 th-abad orang Kristen yang menyatakan bahwa Kristus hanya memiliki satu kehendak). Serikat mereka dengan Roma dikonsolidasikan pada abad ke-16 melalui karya Jesuit John Eliano. Pada 1584, Paus Gregorius XIII mendirikan kolase Maronit di Roma, yang menjadi pusat pelatihan bagi ulama besar dan pemimpin gereja Maronit. Kepala keluarga besar, dan sejarawan Estephan iklan-Doaihe adalah lulusan kolase itu.
Maronit bela diri hardy selalu gagah berani diawetkan kebebasannya, dan tradisi. Dua Arab Umayyah khalifah (661-750 M) membayar upeti Kaisar Bizantium untuk menghentikan Mardaites Maronit, yang disebut Jarajimah (mereka dihuni Jarjuma di pegunungan Amanus di provinsi Turki modern Hatay, dipekerjakan sebagai tentara oleh kaisar Bizantium, mereka menduduki Libanon, dan utara Palestina), menyerang wilayah mereka. Justinian II oleh perjanjian dengan Khalifah Abd al-Malik Umayyed, dimukimkan 12000 Mardaites di beberapa bagian Anatolia, dan Yunani 685 AD. Para Mardaites tersisa bergabung dengan saudara-saudara rohani mereka, Fenisia gunung, dan orang Aram (Evangelised oleh Maronit biarawan Ibraheem al-Qureshi, tradisional Maronit pertama yang menginjakkan kaki di Libanon), orang Arab Kristen, yang melarikan diri dari penaklukan Muslim, Anbats (petani Arab, dan penduduk kota lembah Orontes), dan lari mencari perlindungan budak di pegunungan Libanon, untuk membentuk Maronit hari ini.
Gereja Maronit adalah salah satu dari Timur-ritus komunitas terbesar dari Gereja Katolik Roma, yang menonjol terutama di modern Lebanon, itu adalah gereja Timur-ritus-satunya yang tidak memiliki rekan non-Katolik atau Ortodoks. Maronit melacak asal-usul mereka ke St Maron, atau Maro (Arab Marun), seorang pertapa Suriah pada abad akhir ke-5 ke-4 dan awal, dan St Yohanes Maron, atau Joannesn Maro (Arab Yuhanna Marun), patriark Antiokhia di 685 -707, yang di bawah kepemimpinan tentara Bizantium menyerang dari Justinian II diarahkan dalam 684, membuat Maronit orang sepenuhnya independen.
Meskipun tradisi mereka menegaskan bahwa Maronit selalu Kristen ortodoks dalam persatuan dengan Roma lihat, ada bukti bahwa selama berabad-abad mereka Monothelites, pengikut ajaran sesat dari Sergius, patriark Konstantinopel, yang menegaskan bahwa ada ilahi tetapi tidak ada manusia akan dalam Kristus. Menurut William dari Tirus uskup abad pertengahan, patriark Maronite berusaha bersatu dengan kepala keluarga Latin dari Antiokhia di 1182. Sebuah konsolidasi definitif serikat, bagaimanapun, tidak datang sampai abad ke-16, membawa sebagian besar melalui karya Jesuit John Eliano. Pada 1584 Paus Gregorius XIII didirikan College Maronit di Roma, yang berkembang di bawah Jesuit administrasi ke abad ke-20 dan menjadi pusat pelatihan bagi para sarjana dan pemimpin.
Kelompok Druze
Dan dalam Republik Lebanon ada kelompok Druze yang kita dapati disebagian besar pegunungan Lebanon atau barat daya Lebanon (mulai dari Suwaifat hingga Deir al-Qomar) dari keturunan (suku) Arsalan (Aal Arsalan),dan di barat laut Lebanon (mulai dari Deir al-Qomar,A'liah dan sungai Ghabun (nahr al-ghabun)) kita dapati keturunan (suku) Talhuq (Aal Talhouq),dan di as-Syahhar dan al-Manasif ditempati keturunan an-Nakdi (Aal an-Nakdi),dan di al-Jarod (dari barat laut Lebanon hingga sungai as-Sofa (Nahr as-Sofa) perkampungan Batatsar) ditinggali Banu Abdil-Malik,dan di daerah al-Arqub dan al-Baruk ada penduduk Bani Imad,dan di al-Jarod utara ditempati Bani Eid,di Syuf (dari sungai Tabdin (Nahr Tabdin) hingga dasar pegunungan) ditempati oleh keturunan Al-Janblathiyah.Dan semua yag disebutkan diatas tadi adalah para penghulu dan syekh daripada golongan alias suku keturunan al-Hunaidiyah di Lebanon. Sementara di Arab Palestine mulai dari gunung Karmal (jabal al-Karmal) dan kota Safad ditempati oleh penduduk dari kabilah Arab yang berbeda-beda tetapi bermazhab satu yaitu Druze.
Semua daerah yang disebutkan diatas adalah penduk asal Druze dimana mereka hidup dirumah masing-masing tengah kalangan Arab,dan saat kita menyebut kaum Druze pasti akan terpikir dalam benak kita ke daerah-daerah tersebut,dimana kita dapati golongan Druze menempati pegunungan-pegunungan yang tinggi (antara Aleppo dan Anthoqiya),dan juga kita dapati di Marocco dekat kota Talmasan satu kabilan yang dikenal dengan Bani Isa yang juga mengikuti faham Druze tanpa dikenal oleh tetangga daerah yang bersebelahan dengan mereka dari faham yang sebenarnya mereka ikuti,dan boleh jadi dari sekian banyak pengamat-searching- menemui tempat atau golongan lain yang mengikuti faham Druze di tengah-tengah jazirah Arab.
Shabir Ahmed dan Abid Karim dalam buku Akar Nasionalisme di Dunia Islam menyebut, ketika para missionaris memdapatkan kesempatan untuk mendirikan pusat-pusat kegiatan di negara Islam (Daulah Khilafah Islamiyyah Utsmaniyyah), mereka mencari kesempatan untuk melakukan agitasi terhadap warga negara. Pada tahun 1841 misalnya, terjadi keributan di pegunungan Libanon antara penduduk penganut Kristen Maronit dan kaum Druze. Perselisihan antara kaum Maronit dan Druze itu diprovokasi oleh penjajah Inggris (yang bersekongkol dengan kaum Druze) dan Perancis (yang bersekongkol dengan kaum Maronit) sehingga pada tahun 1845 terjadi keributan lagi hingga meluas ke gereja dan biara. Terjadi pencurian, perampokan, pembunuhan, dan perampokan. Karena provokasi pendeta Mronit, pada tahun 1857 terjadi revolusi bersenjata dimana para petani Kristen melawan tuan tanah Druze. Perancis dan Inggris di belakangnya. Akibatnya kerusuhan dan keributan merata di seluruh Libanon. Orang-orang Druze pun membantai orang-orang Kristen tanpa pandang bulu, baik pendeta maupun orang biasa. Dalam keributan itu sepuluh ribu orang Kristen terbunuh, lainnya diungsikan. Kerusuhan akhirnya meluas ke seluruh Syam. Di Damaskus disebarkan propaganda kebencian sehingga orang-orang Islam menyerang daerah orang Kristen pada tahun 1860. Keributan tersebut memaksa negara Khilafah Islamiyyah mengakhiri kerusuhan dengan intervensi militer. Sekalipun negara berhasil menenangkan keadaan, negara penjajah Inggris dan Perancis memanfaatkan kerusuhan yang mereka dalangi sendiri di wilayah Siria dan Libanon itu untuk melakukan intervensi ke wilayah daulah Islamiyah Utsmaniyah dengan invasi militer. Pada tahun 1860 Perancis mengirim devisi militer ke Beirut dengan dalih memadamkan revolusi. Setelah itu para penjajah memaksa Khilafah Utsmaniyyah utnuk memecah wilayah Syam menjadi dua propinsi yakni Libanon dan Siria dimana Libanon kekuasaan dipegang oleh orang Kristen dan sejak itulah Libanon menjadi penghubung antara negara asing imperialis dengan negeri-negeri Islam
Era ini adalah bab yang sangat sensitif dalam sejarah hubungan antara Muslim dan Kristen. Mereka, tentu saja, berbagai ditafsirkan. Kristen saat ini merasa sangat banyak bersalah dan mengutuk sebagai benar-benar bertentangan dengan semangat Kristus, dan pasti bukan tanpa alasan. Namun, satu harus mempertimbangkan situasi historis dan sosio-antropologis kontemporer untuk membentuk opini seimbang.
"Rumah Islam" telah diperluas (dengan 1050) di Timur luar Sungai Indus jauh ke India, di Utara ke Asia Tengah, khususnya Timur Laut Kaspia, dan di Barat, di sepanjang Afrika Utara ke Spanyol, mana Khalif Ummayad memerintah. Asia Kecil telah menjadi akuisisi terbaru dari Muslim.
Semua wilayah ini diperoleh dengan penaklukan bersenjata dan banyak yang kemudian contries tradisional Kristen, misalnya Spanyol, Afrika Utara, Asia Kecil dan Utara dan Selatan Saudi. Pusat Gereja Timur, Konstantinopel, menjadi waktu dekat terancam, tetapi jatuh hanya kemudian, dengan Balkan, ke dalam tangan Muslim (1453).
Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa Islam sama sekali bukan entitas politik atau militer yang terintegrasi. Sekitar waktu itu perang tak berujung untuk keuntungan teritorial dan prestise adalah berjuang secara internal. Mesir di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah, sebuah sekte Syiah.Sunni Saljuk Turki dari Asia Tengah yang cepat memperoleh kekuasaan dan kontrol di Persia, Irak, Suriah, dan Palestina. Pada 1009 al-Hakim, yang adalah seorang Khalif Fatimiyah dari Mesir, memerintahkan banyak gereja dihancurkan, di antaranya Gereja Makam Suci di Yerusalem, yang kemudian di bawah pemerintahannya. Kristen pada umumnya dan jamaah haji khususnya, tetapi juga Yahudi, yang dianiaya dan dikenakan terhadap pengobatan memalukan.
Ini memicu Perang Salib pertama di 1095. Dengan 1097, beberapa pria 50.000, sebagian besar Francs (hari ini Perancis) dan Normandia, berkumpul di Konstantinopel dan dari sana berbaris melalui Asia Kecil - sekarang disebut Turki - ke 'Tanah Suci'. Perang Salib berlangsung, kadang-kadang lebih, kadang kurang luas, hanya singkat 200 tahun.
Setelah menaklukkan Antiokhia pertama, Tentara Salib didorong untuk menaklukkan Yerusalem pada tahun 1099. Seperti adat di masa itu, kekejaman luar biasa itu dilakukan. Ketika sebuah kota bernama Ma'arrat Nu'man ditaklukkan, lebih dari 100.000 orang tewas dan kota dibakar ke tanah.Yerusalem bernasib tidak lebih baik. 65 - 70.000 dibantai di masjid al-Aqsha. "Timbunan kepala dan tangan dan kaki akan terlihat di seluruh jalan-jalan dan alun-alun Kota" (Agiles p 259 menurut SEJARAH ARAB oleh PK Hitti.)
Wilayah Islam Tidak banyak ditaklukkan sekalipun. Para ksatria merasa puas untuk mengamankan 'suci tempat' dan tempat-tempat yang berkubu di sepanjang pantai Mediterania untuk pertahanan mereka. Secara riil Tentara Salib tidak lebih dari gangguan bagi kaum Muslim.
Perlu dikatakan bahwa lebih banyak upaya dicurahkan untuk kegiatan masa damai daripada perang, bahkan dengan hubungan persahabatan antara Muslim dan Tentara Salib selama 200 tahun kehadiran mereka.
Pada saat itu seorang pria Kurdi muda yang maju ke kepemimpinan di Mesir, membantu menggulingkan dinasti Fatimiyah. Ia menjadi pemimpin yang kuat yang bersatu di bawah aturan nya Mesir dan tanah Arab Utara. Namanya Salah-al-Din, lebih dikenal sebagai Saladin. Dia bergumul Yerusalem dan banyak dari benteng pesisir dari Tentara Salib (1187 - 1189), dan terbukti menjadi seorang yang tinggi perawakannya. Dia dibebaskan hampir semua tahanan perang tentara salib, yang miskin dan tidak bisa memberikan uang tebusan. Setelah periode perdamaian akses bebas dijamin oleh para peziarah Kristen ke Yerusalem dan tempat-tempat 'suci'. Setelah kematiannya negara itu dibagi di antara para pemimpin biasa-biasa saja itu yang kehilangan benteng-benteng yang lagi (1229), tapi kecemburuan dan pertikaian terkorosi kekuatan dan kesatuan Tentara Salib. 1244 Jersusalem jatuh lagi kepada umat Islam, kali ini secara permanen.
Pukulan kematian Tentara Salib diberikan oleh al-Malik al-Zahir Baybars, seorang Mamluke (juga sekelompok orang Turki) yang sebelumnya telah berhenti bangsa Mongol dari mengambil alih Timur Tengah. Dia menghancurkan Gereja Kelahiran Tuhan dihormati di Nazareth, Kaisarea menyerah dengan syarat bahwa 2.000 yang ksatria akan terhindar. Meskipun ini mereka semua dieksekusi. Ketika Antiokhia jatuh ke tangan umat Islam 16.000 orang Kristen dibantai dan 100.000 dicatat telah dijual sebagai budak.
Sebuah usaha tidak masuk akal, biaya ratusan ribu jiwa dan menimbulkan kesengsaraan bagi jutaan yang tak terhitung, semua atas nama agama, dan dengan simbol salib, telah berakhir. Apakah ini kehidupan telah diinvestasikan dalam menginjili umat Islam, dunia akan terlihat berbeda hari ini.
Kami tahu hanya satu atau dua orang, yang tampaknya telah memilih cara yang berbeda. Fransiskus dari Assissi dan agak kemudian Lull Raymond. Kita diberitahu bahwa St Fransiskus menyeberangi garis musuh dan berdasarkan permintaan menyebabkan Sultan Kairo, al-Kamil, kemenakan Shalahuddin. Untuk waktu yang cukup Francis menyaksikan kepadanya. Rupanya dia mendengarkan dengan baik Injil, tanpa merangkul itu, namun. Al-Kamil kemudian ditawarkan Francis sejumlah besar harta yang ia menolak sebelum kembali ke Tentara Salib.
Ortodoks
Hardy, pendaki gunung bela diri, Maronit gagah berani diawetkan kebebasannya dan folkways. Kekhalifahan Muslim (632-1258) tidak bisa menyerap mereka, dan dua khalifah dari dinasti Umayyah (661-750) membayar mereka upeti. Di bawah kekuasaan Turki Ottoman, Maronit dipelihara agama mereka dan kebiasaan di bawah perlindungan Prancis, sebagian besar karena isolasi geografis mereka. Pada abad ke-19, Maronit harus berjuang melawan Druzes, orang gunung tetangga di Libanon, sebagai akibat dari mana Maronit dicapai otonomi formal dalam Kekaisaran Ottoman, di bawah penguasa non-pribumi Kristen. Pada tahun 1920, setelah pembubaran Kekaisaran Ottoman, Maronit Lebanon menjadi diri yang berkuasa di bawah Perlindungan Perancis.Sejak berdirinya Lebanon yang sepenuhnya independen pada tahun 1943, mereka merupakan salah satu dari dua kelompok agama besar di negeri ini. Pemerintah dijalankan oleh koalisi Kristen, Islam dan partai Druze, tapi presiden selalu Maronit.
Pemimpin spiritual langsung dari gereja Maronit setelah Paus adalah patriark Antiokhia dan seluruh Timur, yang berada di Bkerkí, dekat Beirut. Gereja mempertahankan liturgi Syria kuno Barat, meskipun lidah vernakular Maronit adalah bahasa Arab. Kontak dengan Roma telah erat dan hangat, tetapi tidak sampai setelah Konsili Vatikan kedua di mana Maronit dibebaskan dari upaya Paus untuk memakai ungkapan Latin ritus mereka. Yesuit Perancis melakukan University of St Joseph, di Beirut.
Maronit juga ditemukan di Eropa Selatan [terutama di Perancis dan Siprus], dan Amerika Utara dan Selatan, setelah beremigrasi pada abad ke-19. Para emigran menjaga liturgi mereka sendiri dan memiliki ulama mereka sendiri, beberapa di antaranya sudah menikah, tetapi tunduk pada ritus Latin uskup lokal.
Gereja Protestan di Dunia Arab
Dalam Protestan abad ke-19, misionaris –terutama Amerika- mengikuti jejak barat misionaris Katolik Roma, dan mulai dakwah di dunia Arab. Perusahaan mereka tidak terlalu sukses: konversi Muslim adalah hampir mustahil. Para mualaf hanya merupakan anggota lain gereja-gereja Kristen nominal. Tapi mereka tetap dampak penting dengan menciptakan lembaga pendidikan seperti universitas-universitas Amerika di Beirut dan Kairo yang memberikan kontribusi terhadap munculnya nasionalisme Arab. Pada tahap awal orang-orang Kristen nasionalis dari Lebanon, Suriah dan Palestina memainkan peran penting dalam gerakan nasional Arab.
Pada abad ke-19 Kekristenan muncul kembali sebagai akibat dari kehadiran di Sudan pejabat Koptik Mesir dan pedagang selama Kondominium Mesir-Inggris. Misionaris, Katolik dan Protestan yang diizinkan untuk bekerja di Selatan dan dikonversi sekitar 15% dari populasi animisme lokal. Penaklukan kolonial juga menyebabkan reapparance kekristenan di Maghreb, tetapi tanpa dampak pada masyarakat Arab lokal. Di Arab Saudi , tempat kelahiran Islam, semua kegiatan Kristen, bahkan untuk pekerja asing banyak, dilarang keras.

Diriku dahulu Diriku Kini


Saya lahir pada tanggal 10 mei 1992. saya merupakan anak dari Christina Surbakti dan Rinaldi sembiring. kelahiranku sebenarnya menimbulkan pertanyaan sendiri dalam hatiku, Orang tusaya menikah pada tahun 5 Oktober 1991 saya lahir hanya beberapa bulan setelah itu, sebenarnya sedikit janggal padahal saya lahir dengan normal dengan berat 2,9 kg. Berarti saya tidak lahir prematur, tapi saya hanya dikandung beberapa bulan saja. Hal yang lain yang sangat janggal adalah mengenai jenis darah yang saya miliki. Saya berdarah AB sedangkan mamak saya  berdarah A dan bapak saya O. saya bukan bodoh dan bukan juga sangat pintar, namun saya pernah mempelajari perpaduan darah dan kemungkinan anak mereka hanya A, O saja tapi mengapa ada darah AB dalam darah saya?  Hal ini mungkin membuat saya sampai saat ini tidak memiliki ikatan batin dengan bapak saya. Saya tidak memiliki rasa rindu dan rasa memiliki kepada bapak saya. Seakan-akan ada dan tidak ada bapak rasanya sama saja.
Saya dilahirkan di Medan, disebuah praktik seorang bidan. Saya lahir tanpa pendampingan bapakku dan keluarganya, mamakku di temani oleh nenekku dan kakaknya. Hal ini bukan sesuatu yang tanpa maksud. Entah kenapa memang tidak harmonisnya keluarga bapak saya dengan keluargsaya sangat terlihat. Bapak saya tidak datang karena sejak sebelum menikah bapak saya memang sudah merantau ke Riau sedangkan mamakku masih terdaftar sebagai mahasiswi di Uiversitas Methodist Indonesia. Keluarga bapakku memang cenderung tidak suka dengan kami. Saya juga tidak mengerti apa yang terjadi, padahal apabila kulihat dan kuperhatikan sewajarnya kalau keluarga mamakku yang tidak suka dengan mereka. Mamakku berasal dari keluarga yang cukup terpandang pada masa itu, hal ini dikarenakan kakek saya seorang pengusaha yang cukup sukses dan kaya. Sedangkan bapak saya hanya lulusan SMA yang berasal dari keluarga yang biasa saja. Namun masalah apa yang ada, sampai kini saya pun tidak mendapatkan keterangan dari keluarga saya.
Hal ini membuat saya hingga saat ini tidak mampu merasakan keluarga dengan dua sayap yang terkepak. Saya merasa hanya dibawa satu sayap saya dilindungi. Hal ini karena saya hanya mampu melangkah bersama keluarga dari mamak saya, Terkadang saya merasa keluarga bapak saya sama dengan saudara-saudara lain, hanyalah tambahan, kebetulan dan mau tidak mau jadi saudara. Ini yang membuat saya sangat tidak perduli dengan apapun yang terjadi dengan keluarga bapak saya. Saya sudah punya mind set mengenai mereka yang tidak perduli dengan keluarga kami. Saudara-saudari bapak sering memandang rendah kami, khususnya mamak. Mereka sering merasa bahwa mamak adalah seorang ibu yang tidak bisa apa-apa. Memang mamak tidak bisa masak, tidak bisa melakukan hal-hal rumah tangga seperti masak, mencuci baju dan beberapa yang lain. hal ini dikarenakan ia  berasal dari keluarga cukup berada mamak saya tidak pernah melakukan hal-hal tersebut. Sejak mampu membeli kendaraan sendiri, mereka baru menganggap dan mempertimbangkan keberadaan kami. Ketika saya akan ke Jogjakarta dan masuk fakultas teologi, banyak sekali yang menganggap saya tidak mampu dan tidak akan lulus, mamak tidak akan mampu membiayai, saya tidak akan bisa belajar lama di fakultas teologi dan beberapa pendapat mereka yang sangat memandang kami tidak akan mampu. Masuknya Jefry Alexander Perangin-angin yang merupakan anak dari kakak bapak saya ke teologi merupakan sebuah kebanggaan, tapi ketika saya yang masuk teologi, tidak ada satupun ucapan selamat dan rasa bangga dari mereka. saya selalu dicurigai dan di nasehati seakan-akan saya anak yang sangat liar.
Sejak dalam kandungan saya sudah di beri nama Tekang oleh keluarga saya, karena saya bermarga sembiring dan biasanya dipanggil tekang. Saya tinggal bersama mamak saya dan nenek saya di rumah nenek saya. Umur 2 minggu mamak saya sudah tidak lagi menyusui saya dan saya di beri susu kotak oleh nenekku yang merawat saya karena mamak saya selalu harus kuliah setelah saya berumur 2 minggu. Saya dan mamakku di biayai, saya dirawat oleh perawat dan nenek saya. secara tidak lagsung saya seperti anak nenek  yang paling kecil.
Umur 2 Tahun adik saya lahir pada tanggal 04 mei 1994. Laki-laki, namanya Riauland arisdantha sembiring. Ia lahir tidak terlalu sempurna. telapak kakinya miring dan masuk kedalam, dan pada saat ia di periksa ia harus di penn dan lagi-lagi itu semua jasa nenek saya.
Umurku sudah 4 Tahun dan mamakku sudah lulus. Kami pindah bersama bapak di Riau di perkebunan kelapa sawit. Awalnya kami tinggal dengan beberapa pemuda, karena rumah itu memang rumah para pemuda termasuk bapakku. Namun setelah beberapa minggu atau bulan mereka pindah. saat itu ekonomi sungguh sulit dan mamakku merasa sangat kesulitan. Apalagi dia tidak mengerti soal rumah, yang biasanya dikerjakan oelh pembantu nenekku. Mamak saya tidak bisa masak, tidak bisa mencuci dan menyetrika. Kami makan seadanya, berpakaian ala kadarnya.
Mamak yang cerewet dan tegas membuat saya yang masih berumur 5 tahun sudah harus membersihkan rumah dan mengurus diri sendiri seperti mandi sendiri dan memakai baju sendiri. Saya sudah diajarkan untuk menyapu, mengepel dan merapikan rumah. Umur 5 tahun saya sudah SD dengan penambahan satu tahun umurku agar saya bisa di terima di SD. Akhirnya mamak saya mendapat pekerjaan walaupun dia harus kelapangan. Mamak saya pun menambah pemasukan dengan bahan-bahan makanan pokok yang dikirimkan nenekku dari medan dan dijual oleh mamak saya di kompleks perumahan dan di pasar. Semuanya sering capek kalau sudah pulang kerumah, mamak dan bapak saya pun sering bertengkar karena merasa saling tak mengeri satu dengan yang lain. Ntah umur berapa tahun saya saat itu ketika mamak pun tidak tahan dengan pertengkaran dengan bapak. Malam itu ia mengurung diri dikamar sedangkan bapak menonton bola di ruang tamu. Mamak yang dalam keadaan tertekan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan minum cairan isi ulang pembasmi nyamuk.
Bapak saya memang menolong mamak saya, tapi dia malah membuat semua semakin kacau dengan memberi tahu keluarga mamakku. Pada saat itu kedua orang tusaya hampir bercerai. namun mereka masih memikirkan kami yang masih kecil-kecil. Mamak saya tergolong tempramen, apa saja bisa menimbulkan kemarahannya. Apa saja yang ia bisa raih untuk memukul, akan dipukulkan ke kami apabila ia marah. Seingatku ia pernah memukulkan sapu, tangkai pengepel, sisir, kayu pengaduk nasi, tangkai kemoceng, sapu lidi. tak jarang juga dia memukul dan mencubit dengan tangannya sendiri hingga menggigit kami kalau dia geram. Ntah apa sebenarnya yang menyebabkan mamakku melsayakan hal ini. satu hal yang saya tak bisa lupa adalah ketika mamakku menelanjangi ku ketika saya kelas 5 SD dan disuruh keluar untuk mengangkat baju yang di jemur. mamakku seperti senang dan terhibur atau puas dengan apa yang ia lsayakan padsaya. tapi memang saya tak melihat ekspresi apa-apa setelahnya. setelah dipukul di cubit di tendang, sore atau malamnya memang mamsaya mengobati bekas-bekas itu. satu kompleks juga mengetahui apa yang dilsayakan mamakku ini. kadang kalau saya bermain kerumah teman, mereka selalu bilang awas mamakmu marah, sampai-sampai kalau mamakku sudah memanggilku, teman-teman dan tetanggsaya seakan-akan ingin menendangku agar saya cepat sampai di rumah. Sejak saya SD, perbedaan kasih yang kudapatkan dengan adekku memang sudah kurasakan. Namun sering guru-guru yang saya dengar menasehati murid dengan mengatakan jangan iri, jadi saya tak berpikir dan memusingkan itu terus.
SD kelas 4 atau 5 adikku bernama Adinda Breskintha Sembiring lahir. Kelahirannya lah yang memang direncanakan dan diinginkan oleh keluarga bapakku. Nenek dari bapakku memiliki tiga anak laki-laki, dan dari yang ketiganya setahuku mamakku lah yang paling subur diantara yang lain. nenekku minta satu cucu lagi, siapa tahu dapat yang laki-laki pewaris marga keluarga. Namun mamak yang sudah berumur lebih dari 30-an ada sesuatu yang yang terjadi dengan tubuh adikku.
Adinda lahir dirumah pada tanggal 28 agustus 2001 dengan normal, kelahiran yang dibantu dengan bidan ketika sore hari. Bulan pertama kelahirannya Adinda sudah menjadi anak yang suka menangis dan demam. Bulan kedua, dia pun harus dirawat di rumah sakit selama hampir satu bulan. satu tahun kemudian, Adinda di angkat oleh sebuah keluarga. Hal ini sesuai dengan tradisi yang ada dimana apabila seorang anak sering sakit maka ia akan diangkat oleh salah satu keluarga. Setelah itu kesehatan Adinda mulai membaik namun ia tidak pulih sepenuhnya. Ia masih sering sakit-sakitan. Pernah sekali ketika ia sakit dan dirawat di rumah sakit, hampir dua minggu dan saya menjaga bersama mamak saya. Dan ketika sudah diizinkan oleh dokter untuk pulang, kami pun akhirnya pulang. namun sesampainya dirumah, bukan rasa lega yang mamak saya dapat, tetapi masalah yang baru. Bapak saya diketahu selingkuh dengan pembantu kami yang memang saat itu bekerja dengan kami. walau tidak mengetahui banyak hal mengenai hal ini tetapi sudah membuat saya memiliki pemikiran buruk tentang bapak saya.
Umur dua tahun, Adinda di priksa di medan dan kikatakan ia menderita penyakit tulang yag membuat ia tidak bisa tinggi. Hal ini membuat mamakku sedikit terpukul dan sempat mengalami tekanan jiwa yang membuat dia harus menjalani pemulihan di dokter syaraf. Saat itu, mamak benar-benar trauma untuk memiliki anak lagi. Ketika ia diketahui hamil lagi, ia tidak mau menerimanya. Sepengatuhan saya, ia menggugurkannya. Saat itu saya sudah cukup mengerti apa yang mereka lsayakan, mamak menggugurkannya ketika bakal bayi itu berumur hampir satu bulan dan sudah seperti anak tikus (ketika saya mendengar pembicaraan mereka). Sungguh hal ini merusak pandanganku terhadap mamak dan bapak. Mereka berdosa, sangat berdosa membunuh bayi tak bersalah itu. hingga saat ini saya tak pernah mempermasalahkan apa yang mereka lakukan tapi saya tetap mengingat hal ini.
SMP saya pindah ke medan, kerumah nenek yang merawat saya dahulu ketika saya lahir. saya SMP di sebuah SMP dari yayasan pendidikan Gereja Kristen Methodist Indonesia. saya disana hanya berutinitas rumah, pasar, sekolah, pasar,rumah. Saya tidak diperbolehkan banyak beraktifitas diluar rutinitas ini oleh nenek saya. saya sangat dijaga dan dimanjakan olehnya. Namun oleh dialah, saya banyak belajar tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip hidup.
Nenek sangat melindungi saya dari tante-tante saya yang tidak ingin saya bersama dengan nenek saya. Nenek juga melindungi saya dari keluarga bapak saya yang selalu memandang saya sebagai anak yang buruk dan tidak punya sopan santun. Saya banyak belajar tentang bagaimana saya harus bertahan ketika saya hanya punya TUHAN di dunia ini. Nenek tidak memanjakan saya dengan uang. Saya malah diajari untuk mencari uang sendiri dengan mengantar dan menjual bunga kepada penjual bunga di pasar. Menghargai berkat TUHAN sekecil apapun sangat di tekankan oleh nenek saya. saya selalu melihat bahkan diajak untuk berdoa ketika ada yang membeli bunga dari kebun bunga nenek saya. tidak banyak sepulu ribu bahkan hanya lima ribu, ia akan melipat tangan dan menundukkan kepalanya untuk segera berdoa. Ia berdoa sangat tulus dan sungguh bersyukur, tidak hanya sebuah rutinitas belaka.
Nenek tidak pernah mempermasalahkan nilai saya, justru ia selalu mengatakan bahwa ketika saya sudah berusaha semaksimal mungkin sisanya biarkan TUHAN yang bekerja atas saya ketika ujian. Ia memang tidak berpendidikan tinggi, namun dia cukup mengerti jauh tentang dunia pendidikan. Ia sangat marah ketika saya tidak memberikan sesuatu yang terbaik kepada orang lain, dan saya dilarang untuk menerima sesuatu yang tidak terbaik yang orang berikan kepada saya. hal ini ketika tante saya sering memberikan makanan yang berasal dari lemari pendingin. nenek tau saya suka makan, tetapi dia mengatakan kepada saya jangan pernah menerima barang pemberian yang sisa seperti itu seakan-akan kita menampung sampah.
Ketika saya SMP, saya pernah tidak masuk sekolah hampir satu bulan. Mamak saya mengalami oprasi steril yang membuat seorang wanita tidak dapat hamil lagi. Namun dalam operasi itu, mamak saya mendapatkan penyakit yang disebabkan oleh dokter kandungan yang mengoprasi saat itu. Usus halus mamak saya terpotong sehingga veses mamak keluar dari bekas oprasinya. Selain itu, mamak juga mengalami pembengkakan hati yang biasa dikatakan sebagai penyakit hepatitis. saya meminta izin kepada sekolah dan berangkat ke Riau untuk menjaga mamak saya. Selama saya menjaga mamak saya, saya berinteraksi dengan doker dan perawat serta pasien disana. Hal ini membuat saya ingin menjadi seseorang yang memiliki pekerjaan di bagian kesehatan.
Saat saya masuk SMA, ketika nenek saya tetap mendukung saya ketika masuk kesekolah apa yang saya ingin. Saya masuk ke sekolah swasta yang baru saja berdiri satu tahun dan saya menjadi angkatan kedua. awalnya banyak guru yang cukup tertarik kepada saya dan memandangsaya cukup pintar. Namun beberapa minggu kemudian saya menjadi anak yang tidak memiliki aturan lagi, rambut diwarnai, rok dipakai dipinggul, cabut matapelajaran,cabut sekolah, hingga saya pernah saling pukul dengan salah satu teman sekelas saya yang laki-laki. Memang perkelahian hingga saling pukul bukan hanya baru kali itu saja, SMP juga saya pernah melakukan hal yang sama dengan teman laki-laki saya. Namun nenek tidak pernah tahu karena saya tidak pernah memberi tahu kepada nenek saya.  
Nenek saya sudah meninggal pada tanggal 13 April 2012 kemarin. sungguh saya terpukul dan sangat sedih ketika kabar ini saya dengar. Saya seakan-akan tidak terima dengan kenyataan ia pergi dari dunia ini dan saya tidak akan pernah bersalaman lagi dan mencium nenek yang menyangi saya seumur hidup saya. saya kembali ke Medan dan mendapati rumah nenek saya dimana saya dahulu tinggal bersama dipenuhi oleh orang banyak. tidak terima rasanya ketika saya masuk pintu itu tanpa langsung memeluk dan menciumnya. Pilu memang tapi Tuhan memanggil dia dan dia sudah tersenyum menatap saya saat ini.  Sebelum saya masuk kuliah dan berangkat ke Jogjakarta, saya mengatakan padanya bahwa saya akan menjadi cucu pertama yang akan menjadi pendeta. serasa Tidak punya semangat meneruskan perjalanan hidup ini lagi tanpa ia menyaksikan apa yang saya jalani saat ini. Doa yang selama ini nenek panjatkan kepada TUHAN sudah putus saat ini.
Pembagian raport, membuat mamak memindahkan saya kesebuah sekolah katolik yang memiliki asrama putri. Hal ini selain nilai saya yang turun derastis juga disebabkan oleh salah satu tante saya yang membuat cerita yang membuat tante saya yang lain tidak suka kepada saya.Mamak tidak ingin melihat kakaknya ribut hanya karena anaknya, terpaksa memindahkan saya ke asrama walaupun membuat nenek saya tidak lagi memiliki teman di rumah. 
Asrama Putri St. theresia yang cukup banyak membentuk saya. Saya yang biasanya tidak pernah melakukan pekerjaan-pekerjaan berat dirumah seperti mencuci baju dan menyetrika. Namun di asrama saya sangat terdidik dengan kerapian dan kebersihan yang dimulai dari lemari pakaian hingga lemari buku. Asrama merupakan tempat keras yang pernah saya tinggali. hidup bersama 200 orang dan tidur dengan 50 orang dalam satu kamar membuat saya harus berhadapan dengan berbagai jenis manusia setiap hari. Saya sering di tegur karena ribut, memarahi dan mengatur kakak kelas. Asrama ini sangat menjunjung tinggi senioritas. Senior adalah orang yang harus dihormati dan harus di turuti. Ketika ia bilang diam, kita harus diam tetapi mereka boleh kembali mengobrol. Hal ini membuat saya sering angkat bicara dengan menyinggung kakak kelas, sehingga membuat saya dibuatkan pertemuan untuk ditegur oleh kakak-kakak kelas.
Saya adalah orang yang dikatakan paling jahil di asrama. Setiap ada yang berulang tahun, saya akan melayangkan hukuman, dan membuat susah si berulang tahun. yang paling sering perbuat adalah membuat lemari kain dan lemari buku mereka menjadi berantakan. Hal ini membuat ulang tahun teman-teman saya lebih terasa, terasa dengan tertawa, terasa dengan air mata juga. Saya lebih sering bermain dengan adik-adik SMP ketimbang yang seumuran dengan saya. Adik-adik SMP punya aktifitas yang lebih menarik dan lebih seru menurut saya. mereka punya cerita yang berbeda dengan saya yang membuat saya sering bercerita dengan mereka. Selama SMA khususnya diasrama, banyak teman-teman yang tidak suka dengan saya. Saya orang yang cukup tegas atau tepatnya keras terhadap peraturan. Hal ini diawali dengan kakak kelas yang tidak menuruti peraturan tapi memarahi yang tidak melakukannya.
Selama hampir tiga tahun, saya mengikuti ibadah dengan tradisi katolik. Novena, misa, perayaan ekaristi. Setiap pagi melakukan ibadah dan menghayati paskah, bulan maria, jalan salib, valentine, rabu abu, kamis putih, sabtu sunyi dan beberapa ibadah yang lainnya. Saya mendapatkan sebuah perbedaan antara katolik dan protestan. saya merasa tenang apabila saya beribadah, saya merasa mampu menemukan Tuhan disana, ketika saya berlutut, menghadap salib, dibawah patung Bunda Maria, menerima berkat, mengucapkan salam Maria dan ketika ekaristi. Terkadang sempat terlintas bahwa sepertinya saya akan merasa damai apabila saya pindah agama ke katolik, menjadi orang katolik dengan ibadah sedemikian rupa. Namun saya mengurungkan niat ini karena tidak mengkomunikasikannya dengan orang tua saya.
Pengurungan niat ini didukung dengan pemberitahuan kedua orang tua saya yang menginginkan saya menjadi pendeta. mereka mengatakan bahwa sejak kecil saya sudah meng-iya-kan bahwa saya akan menjadi pendeta. Saya sebenarnya tidak siap menghadapi test untuk masuk teologi karena saya tidak pernah khusus belajar Alkitab. Saya tidak pernah renungan pagi, di sekolah belajar agama juga seadanya, hanya belajar yang mengarah kepada aplikasi kehidupan sehari-hari. Setelah saya beberapa waktu ini, taulah saya bahwa sebenarnya diarahkannya  saya menjadi seorang pendeta dikarenakan mamak saya yang dahulu diharapkan menjadi seorang pendeta. Mamak saya menjadi insinyur pertanian dan tidak jadi pendeta karena ia menggantikan abangnya yang telah meninggal.
Di SMA saya suka kepada seorang laki-laki yang bisa membuat saya tertawa, menangis, tersenyum dan bermimpi. Dia bernama Leo Paska Walden Gultom. Dia anak yang memiliki volume otak paling besar di angkatan 2006, tetapi sangat malas belajar dan melanggar banyak peraturan. Dia adalah salah satu anak ternakal disekolah. Saya sangat menyukainya dan saya tidak mampu mengerti mengapa saya  menyayanginya begitu dalam. Saya merasa bahwa sepertinya dia juga merasakan hal yang sama kepada saya. Ia punya kontak batin tersendiri dengan saya, ketika saya sakit, ketika saya menangis ia bisa tiba-tiba menghubungi saya dan membuat saya merasa lebih baik hanya dengan dia membuat saya tersenyum lagi. Tetapi dia melakukan kejahatan yang membuat saya bertindak jahat kepada beberapa laki-laki. Leo yang sepertinya merasakan hal yang sama ingin menutupi rasa yang ia miliki dengan cara yang menyakiti saya. Ia berpacaran dengan sahabat kecil saya, membuat status palsu dengan berpura-pura pacaran dengan teman saya, ia kemudia memacari sahabat terdekat saya.  Saya melakukan hal yang sama dengannya dengan mendekati teman-temannya seolah-olah saya menyukai mereka, hingga mereka merasa saya menipu mereka.
Saya tidak suka dengan kata persaingan, apalagi kerika seseorang menganggap saya adalah saingan untuknya. Saya akan menganggapnya musuh ketika memang dia terkesan memberi saya tantangan untuk bertanding. Ini lah yang pernah terjadi di SMA. Hampir sama ketika saya berada di SMP, banyak yang tidak suka kepada saya karena saya cukup dekat dengan guru karena dianggap mampu. Namun teman-teman saya sepertinya remeh melihat saya dan cenderung ingin melihat seberapa besar kemampuan saya. Saya kemudian bekerja sama dengan teman-teman dekat saya untuk menjatuhkan mereka dan memperlihatkan bahwa saya mampu dan dia bukan tandingan saya. Ketika kelas X saya mampu memperlihatkan diri saya. Semester 1 kelas XI saya tidak ingin saingan, belajar karena saya ingin belajar bukan karena meraih nilai dan bersaing. Namun tetap saya ada orang yang membuat saya merasa gemes dan akhirnya belajar sekuat-kuatnya. Aktifitas yang saya lakukan setiap hari di mulai dari belajar mulai dari jam 8 malam hingga jam 3 pagi, bangun jam 5 mandi dan belajar lagi jam 05.30,  kemudian ibadah pagi lalu sekolah hingga jam 13.00, makan siang dan tidur hingga jam 15.00, lalu belajar hingga jam 16.30, lalu mandi dan makan jam 18.30 lalu belajar lagi. Akhirnya setelah ujian saya menderita sakit tipus dan demam berdarah. Alhasil saya mendapat juara 3 kelas dan juara 6 angkatan saya.  Juara bukan membuat orang tua bangga tetapi mereka memarahi saya. Hingga saat ini diatas IP 3,2 mereka sudah membuat alarm kepada saya untuk tidak terlalu belajar begitu keras.
Selama SMA saya jarang sekali yang dikatakan mencontek, karena saya tidak percaya dengan hasil pekerjaan orang lain. tetapi bukan berarti saya pelit dengan hasil pekerjaan saya. Menurut saya ketika saya memberikan jawaban kepada orang lain, buakn saya yang rugi dan menjadi bodoh namun mereka yang tidak belajar. Saya akan mempunyai banyak teman dan saya tidak rugi namun tetap berusaha untuk menjawab sendiri.

MBTI
Ketika saya mengikuti identifikasi kecenderungan kepribadian, saya mendapat tipe ESTP (Extraversion : 27, Sensing : 35, Thinking : 5. Perceiving: 39). Dari hasil identifikasi ini, saya memang mendapatkan banyak pembenaran dan kesadaran akan bagaimana kepribadian saya. Mudah memang diidentifikasi, hal ini menurut saya dikarenakan saya memang tetap dan memegang teguh apa yang saya pikir baik untuk saya lakukan dan tidak merugikan orang lain. Sehingga dalam berbagai keadaan, saya tetap akan melakukan hal yang sama. Perubahan yang saya alami pun bukanlah perubahan yang sangat ekstrim, hanya perubahan yang karena proses yang harus saya jalani bukan karena satu atau dua kejadian.
Memimpin adalah salah satu yang kadang dapat dipercayakan kepada saya. sebenarnya bukan memimpin dalam arti sesuatu yang besar. saya sebenarnya minder apabila ditempat umum. terkadang orang lain mengira saya mampu menghadapi segala situasi dengan mudahnya. Saya hanya mau dan mampu memimpin sesuatu yang baru, yang memang tidak memiliki pemimpin, diambang kehancuran. hal ini dikarenakan saya tidak dapat memimpin dengan berduet dengan orang lain, dan memimpin sesuatu yang tidak butuh perubahan. Dalam prosesnya saya tidak suka dengan hasil yang harus diperoleh. Karena saya merasa prosesnya itu lebih penting di bandingkan dengan hasil yang diperoleh. Dalam hal apapun dan kapanpun itu, proseslah yang membentuk saya bukan hasil yang saya dapatkan. Saya sedikit sulit untuk memimpin orang-orang yang suka mengeluh, melihat pekerjaan orang lain, membanding-bandingkan pemimpin, merendah diri dan ingin menang dan terlalu optimis. Seperti yang dikatakan dalam hasil identifikasi yang dimana orang yang bertipe seperti saya merasa terganggu dengan anggota kelompok lain yang suka protes, komentar, negatif dan mengeluh. Bukan hanya anggota kelompok lain namun juga anggota kelompok saya sandiri pun saya merasa terganggu.
Kadang-kadang saya dikatakan sebagai manusia tanpa tujuan, hal ini dikarenakan saya tidak menetapkan target apa yang saya raih kedepannya. Saya tidak memikirkan apa yang harus saya lakukan untuk masa depan tetapi saya lebih memikirkan apa yang harus saya lakukan untuk menjalani hari ini tanpa membosankan. Apa yang harus saya lakukan hari ini untuk membuat komunitas saya terasa hidup dan dapat lebih terasa pergerakannya. Saya mempertimbangkan apa yang kelompok saya inginkan, saya tidak hanya menanamkan ide yang saya punya dan memaksa itu tumbuh, namun saya melihat apa yang sebenarnya mereka ingin dan mereka butuh. Saya tidak suka dengan persaingan, cukup anti dengan bersaing. Apalagi sesuatu yang sifatnya persaingan yang tidak menguntungkan. Persaingan yang menguntungkan menurut saya adalah persaingan dalam pertandingan ataupun kompetisi yang medatangkan hadiah. Namun apabila pertandingan persahabatan, nilai kuliah, penampilan, pertemanan, pacar apalagi saya sangat tidak suka dengan aura persaingan. Persaingan kadang-kadang membuat saya menimbulkan sindiran-sindiran yang cukup menusuk kepada orang-orang yang suka untuk bersaing apalagi menganggap saya saingan. Selain sindiran saya juga cenderung membuat batas-batas yang cukup tebal dengan orang itu, karena menurut saya sifat dasar seseorang yang sombong, tidak akan pernah berubah.
Saya sepertinya mampu menyelesaikan masalah dan mampu menemukan solusi. namun masalah yang sering saya temui adalah ketika saya tidak memiliki masalah. Hidup terasa begitu-begitu saja tanpa tantangan yang berarti dan hal-hal yang mampu saya selesaikan. tidak jarang saya menangis ketika saya merasa saya bosan dengan kehidupan yang tak ada warnanya. Saya mengambil banyak aktifitas, memasuki banyak komunitas, menjalani kehidupan dua dunia baik dunia nyata maupun dunia maya, hal ini semata-mata membuat saya sibuk dan saya tidak punya waktu memikirkan betapa biasanya hidup ini. Hal ini mampu saya lakukan dengan kepribadian saya yang mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Kemampuan saya untuk beradaptasi membuat seorng teman saya memuji saya namun dengan perkataan tambahan dimana saya akan mudah juga tersisih atau menyisihkan suasana atau sesuatu yang baru itu. terlihat dari perjalanan saya di berbagai tempat saya berpindah-pindah, saya akan selalu mengalami masalah-masalah yang membuat saya menghadapi dua pilihan apakah dia atau saya yang harus keluar.
Tidak suka teori tinggi dan rumit, saya suka teori mendarat, sederhana, menarik, menantang dan yang pasti nyata. Saya sulit untuk menjalani perkuliahan dikarenakan hal ini. saya lebih suka dan lebih mampu menghadapi sesuatu yang jelas-jelas nyata di zaman sekarang dan berguna bagi zaman ini. Hal ini saya tidak tahu asalnya dari mana, namun ini saya alami bukan hanya ketika saya kuliah, namun juga SMA. Saya sering sekali berkata kepada guru Fisika saya bahwa apa yang dia ajarkan adalah sesuatu yang sia-sia dan tidak berguna. mengapa? Hal ini dikarena pemikiran saya bahwa  menghitung lapisan gelembung, getaran pedal, resonansi nada, jarak kedua lampu mobil dan beberapa yang lain adalah sesuatu yang sia-sia dan tidak akan ada orang yang pernah melakukannya. 

Pengorbanan cinta bagi mereka yang setia pada kebenaran (3 Yohanes 1-4)




Hampir semua orang pernah menuliskan surat pribadi kepada satu instansi maupun pribadi dengan kepentingan apapun. Surat pribadi memiliki format yang berbeda-beda yang pada umumunya memiliki kesamaan. Misalnya saja surat izin, surat sakit atau beberapa surat yang lain. Didalam perjanjian baru, banyak kitab-kitab yang merupakan bentuk surat yang dikirimkan dengan tujuan dan latar belakang tertentu. Dalam tulisan ini, merupakan sebuah penafsiran akan salah satu bagian surat yaitu salam dalam III Yohanes.
Tidak dapat diragukan bahwa III Yohanes ini  adalah sebuah surat. Hal ini terlihat dari bentuk dari III Yohanes ini yang mencerminkan bentuk sebuah surat. Terdapat salam sebagai kepala surat serta terdapat penutup. Kepala surat yang berbentuk salam ini merupakan suatu ungkapan yang berbunyi seperti sebuah rumusan baku.[1] Barclay mengatakan bahwa surat ini merupakan surat yang mengikuti format surat yang digunakan di gereja purba. Dan III Yohanes merupakan satu-satunya surat yang mengikuti model surat Ireneus kepada Apolinarius.[2]
Surat Yohanes yang ketiga ini mungkin adalah surat yang paling pribadi dalam Perjanjian Baru. Sebagian besar surat awalnya pergi, tentu saja, untuk gereja-gereja atau kelompok Kristen. The Pastoral Epistles yang lain dikirim ke individu-individu tertentu, yaitu, Timotius dan Titus, jelas-jelas ditulis dengan peredaran yang luas. Ketiga Yohanes juga memiliki nilai universal yang dimana umat Kristen awal mengakui bahwa itu akan menguntungkan seluruh gereja Kristen. Namun isi surat ini lah yang paling pribadi diantara semua surat yang lain. 
Namun satu hal yang memang menarik bahwa LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) memberi judul  perikop ini sebagai bagian dari salam. Salam dalam bahasa yunani yaitu aspazomai dan khaire. Salam dalam ensiklopedi salam adalah menyambut ramah dengan sukacita, menyalami. Dan salam merupakan kata-kata yang baku dan bukan merupakan kata yang mengandung makna penyelamatan. Dan  khaire yang merupakan salam Yunani penuh keramahan yang bernada salam damai dan salam kasih karunia.[3]
Maksud penulisan surat ini adalah untuk mendoakan Gayus dan mengungkapkan sukacitanya, karena Gayus telah menerima pengikut Yesus diperbolehkan dan disambut ditempat Gayus ketika melakukan perkunjungan dan memberitakan injil. MacArthur dalam bukunya memberikan judul “Pengorbanan cinta bagi mereka yang setia pada kebenaran” pada bagian 3 Yohanes 1-8. Hal ini dikarenakan bahwa menurutnya kebenaran merupakan tema dari pada surat ini, khususnya pada pembukaan surat ini.[4]
Siapakah penulis dari surat ini? Penulis nya adalah  penulis dari I Yohanes adalah bagian dari perdebatan atas penulis dari Kumpulan Karangan Yohanes—Injil, I  Yohanes, II Yohanes, III Yohanes dan Wahyu. Hal ini dilihat karena didiapati dalam surat ini seperti sebuah permadani kebenaran yang dianyam dalam pola yang berulang.
Tulisan ini merupakan surat yang berurusan dengan peringatan untuk membantu para pengkhotbah Kristen keliling. Mengapa ada peringatan yang membantu  para pengkhotbah? Hal ini dikarenakan adanya pergumulan ataupun keprihatinan  dengan bagaimana mengevaluasi dan mendukung para pengkhotbah, guru, penginjil yang berperjalanan keliling. Sebuah tulisan non kanonika Kristen dari awal abad kedua yang  disebut Didakhe atau Pengajaran dari Kedua Belas Rasul.  Hal ini juga  dikarenakan adanya ketakutan akan pengkhotbah palsu yang sudah dimulai dari penulisan Injil Yohanes hingga I Yohanes dan II Yohanes. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan tujuan penulisan dengan masing-masing surat Ada kemungkinan bahwa I Yohanes dimaksudkan untuk menjadi surat pembuka dari Injil Yohanes. Ajaran Sesat gnostik di abad pertama membentuk latar belakang bagi kedua buku ini. Injil memiliki dorongan penginjilan, sementara I Yohanes ditulis untuk orang-orang percaya.  sementara I  Yohanes meneguhkan kemanusiaanNya. Kedua buku ini berjalan bersama-sama. Dan tujuan penulisan II Yohanes merupakan surat yang berurusan dengan masalah kesesatan, pengkhotbah keliling.

Dari penatua kepada Gayus yang kekasih, yang kukasihi dalam kebenaran.
Surat ini mengandung dua bagian yang Yunani-Romawi huruf miliki. Pertama, di sebagian besar surat-surat, salam pembuka diikuti dengan ucapan syukur. Ini terdiri dari doa untuk kesejahteraan rohani, serta mengingat atau pujian dari kekayaan rohani penerima. Paulus syukur dalam Kolose, misalnya, dimulai, "Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, ketika kita berdoa untuk Anda" (Col.1: 3).Kedua, setelah tubuh atau bagian merupakan sebuah doktrinal dari Surat Perjanjian Baru, kita biasanya menemukan bagian dari perintah moral yang berjalan dengan paraenesis dengan kata Yunani, yang dimana Bagian ini berarti "nasihat." Mungkin berisi pengelompokan amsal, daftar kejahatan dan kebajikan, katalog perintah tentang apa yang harus dihindari dan apa yang harus berlatih, atau nasihat tentang topik moral tunggal. 
 Surat yang merupakan surat yang berasal dari penatua ini dipakai atas nama pribadi penatua itu sendiri, bukan merupakan  surat yang beratasnamakan gereja atau daerah tertentu. Hal ini terlihat dari kata kukasihi. Tetapi karena surat ini merupakan surat yang membantu para pengkhotbah, maka ada kemungkinan bahwa surat ini merupakan  surat pribadi kepada sebuah gereja sebagai gereja penerima.  
Penatua merupakan kata yang juga cukup sering dipakai, dan Penatua ini juga dapat berarti pendeta atau uskup (lih. Titus 1:5,7; Kis 20:17,28). digunakan untuk para pemimpin lokal dari sebuah gereja PB.  Merupakan satu dari tiga istilah yang  bersinonim  (pendeta, pengawas, dan penatua lih. Titus: 1,5,7; Kis 20:17,28). Ada dua tokoh yang memakai kata ini dalam tulisannya yaitu Petrus dan Yohanes. Petrus dan Yohanes  menggunakan kata ini untuk mencakup diri mereka sendiri dalam kelompok kepemimpinan (lih. I Pet 5:1; II Yoh 1; III Yoh 1).
Pengkhotbah di gereja penerima adalah Gayus. Namun ada yang mengatakan Gayus merupakan seorang saleh dalam gereja penerima. Siapa sebenarnya Gayus? Nama Gayus merupakan na,a yang umum yang dipakai oleh orang Romawi. Di perjanjian baru memang Gayus pernah disebut namanya sebanyak tiga kali.[5]   Gayus dari Makedonia, Kis 19:29; Gayus dari Derbe, Kis 20:4; dan Gayus dari Korintus, Rom 16:23; I Kor 1:14.  Dan Tulisan ini merupakan  Tulisan yang dikenal sebagai “Konstitusi Kerasulan” menyebutkan Gayus dari III Yohanes  sebagai  Uskup dari Pergamus, yang ditunjuk oleh Yohanes.

Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja.
Saudaraku yang kekasih merupakan ungkapan yang biasa dipakai didalam surat-surat di perjanjian baru. Dimana yang kekasih adalah ciri khas surat-surat Yohanes (lih. I Yoh 2:7; 3:2,21; 4:1,7,11; III Yoh 1,2,5,11),  namun tak ditemukan dalam Injil maupun Wahyu. Sepertinya ini ingin me menghilangkan juga nada kekhawatiran yang dimiliki Penatua, namun memang perlu diketahui ini ada hubungannya dengan kekristenan, sehingga terdapat ada pemakaian “yang kekasih”.
Semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu merupakan suatu doa pembukaan yang khas dalam dunia Yunani-Romawi abad pertama. Ini tidak pernah dimaksudkan sebagai suatu naskah diluar konteks bagi para pengkhotbah kemakmuran, kesehatan, dan kekayaan. Dan perlu diingat kembali bahwa nama gayus sipenerima surat adalah nama yang umum yang dipakai oleh orang romawi, sehingga sangat wajar dipakai pembukaan dalam bentuk seperti ini.
Memang, ketika kita mendoakan seseorang kita tidak terlalu perlu mengenal orang tersebut. Misalnya saja dalam doa-doa syafaat, mendoakan orang sakit, kita juga belum tentu mengenal orang-orang yang kita doakan. Namun ada baiknya ketika kita mendoakan orang-orang yang lebih kita kenal. Sama dengan surat ini, ketika penatua mengatakan bahwa aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja Ia bukan hanya berdoa akan jasmani Gayus, namun juga jiwa Gayus. Terlihat ada perbedaan kedekatan dalam doa ini, bahwa dalam doa ini penatua sudah mengenal betul sosok Gayus atau paling tidak ia pernah ketemu dengan Gayus. 
Penatua mendoakan gayus bukan hanya secara jasmani tapi juga mendoakan jiwanya. Hal ini mengingatkan saya pada ungkapan yang sangat sering dipakai dalam dunia Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Yaitu Men sana in corpore sano yang adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang artinya Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Apabila dilihat dalam kalimat ini, penatua tidak harus mendoakan sangat detail seperti ini, namun ia melakukannya. Hal ini sepertinya berlebihan atau sangat mendasar. Dan sepertinya hanya sebagai salam yang bersifat basa basi, di dalamnya mengandung sikap iman yang sangat mendalam. Penggunaan pertama dalam ayat 2 mengacu pada kesehatan fisik Gayus, sebagai kontras dengan bagian akhir  dari ayat ini terlihat jelas. Keinginan penatua ini adalah bahwa kesehatan fisik Gayus akan menjadi sama bagus, sama baik dan memiliki mutu yang sama  dengan rohaninya atau juga sebaliknya.[6]
 “Jiwa” Istilah “psuche” ini hampir bersinonim dengan “pneuma.”  Keduanya digunakan untuk menunjuk pada hakikat kepribadian atau diri. Ini tidak pernah meenunjuk pada suatu bagian tersendiri dari manusia (tubuh, jiwa, roh). Manusia adalah satu kesatuan (lih. Kej 2:7). Kita adalah suatu jiwa; kita tidak memiliki jiwa. Sepertinya doa ini bukan hanya berdoa untuk kebaikan nya secara daging namun juga untuk kesehatan Gayus yang lebih mendalam yang diluar daging.

 Sebab aku sangat bersukacita, ketika beberapa saudara datang dan memberi kesaksian tentang hidupmu dalam kebenaran, sebab memang engkau hidup dalam kebenaran.
Setelah menyampaikan salam dan doanya, penatua menyatakan kegembiraannya yang dikarenakan ia pernah mendapatkan kabar dari saudara-saudara mengenai Gayus dan laporan yang menggembirakan tentangnya.[7]
Datang dan memberi kesaksian yang mengisyaratkan bahwa anggota-anggota gereja ini bepergian secara tetap ke Efesus dan melapor kepada Yohanes dan ada misionaris yang kembali melaporkan kemurahan hati Gayus. Ada kemungkinan juga orang tua ini tidak bisa bepergian dengan mudah, namun ia suka mendengar kondisi dan pertumbuhan dari gereja-gereja. 
 Hidupmu dalam kebenaran merupakan prosa yang dimana prosa ini –di dalam keKristenan terutama bukan merupakan suatu kredo, suatu ritual, atau suatu institusi untuk bergabung namun suatu kehidupan untuk dijalani dalam hubungan dengan Yesus Kristus. Gereja mula-mula pertama-tama disebut “Jalan” (yang juga terdapat dalam Kis 9:2, 19:9,23; 24:22). Kebenaran tidak hanya bersifat intelektual (isi), namun juga suatu hubungan (pertama dengan Allah melalui Kristus yang menghasilkan kasih satu dengan yang lain). 

Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.
Bagian ini merupakan bagian dimana penatua mengungkapkan rasa sukacitanya kepada gayus. Dimana ia menyampaikan dalam suratnya dimana sukacitanya sepertinya penuh dan tidak ada sukacita yang lebih besar lagi dari pada sukacita yang dia ungkapkan dalam bagian ini.
Selain yang kekasih ada juga yang biasa dipakai dan merupakan sesuatu yang biasa yaitu anak-anakku. "Anak-anak" di sini mengacu pada mereka yang memiliki Yohanes dalam beberapa cara membantu memimpin kepada Kristus.  Ini adalah sebutan lazim dalam surat-surat Yohanes (lih. I Yoh 2:12,13,18,28; 3:7,18; 4:4; 5:21). Hal yang pertama langsung terlihat oleh saya adalah pengikut sang penatua ini lebih dari satu, bukan hanya Gayus. Dan pengikut-pengikutnya selalu ia pantau dengan baik, karena ia mendengar bahwa anak-anaknya hidup dalam kebenaran., Penekanan yang terlihat di sini ialah adanya sebuah Otoritas kerasulan Yohanes. Yang dimana ia tidak mengatakan bahwa mereka –gayus dan pengikut yang lain –sebagai sahabatnya atau temannya tetapi anak-anaknya. Selain itu, istilah kasih sayang Yohanes bagi gereja-gereja dan Orang Kristen dari Propinsi Romawi Asia Kecil (Turki Barat),  di mana ia menghabiskan hari-hari terakhir pelayanannya.  
"Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar": kasih sayang pribadi Yohanes untuk Gayus terpancar terutama dari perilaku pribadi-Nya (Lukas 6:46).
 Kata "ku" adalah tegas dalam bahasa aslinya. Hati Yohanes senang dalam melakukan tepat dari anak-anak rohaninya dalam iman. Mereka yang berjalan (perilaku) dalam kebenaran (keyakinan) memiliki integritas, tidak ada dikotomi antara mengaku dan hidup. Dia memiliki kasih sayang kebapakan yang kuat untuk mereka (1 Kor 4:14-16;. 1 Tes 2:11;. 3:1-10). Ini tidak berarti bahwa ini adalah putra kandung  Yohanes. Ini lebih mungkin adalah seseorang yang telah menyebabkan Yohanes kepada Kristus. Dia adalah anak rohani Yohanes. Aku bisa bersaksi bahwa tidak ada sukacita yang lebih besar daripada mengetahui seseorang yang Anda telah menyebabkan Tuhan berjalan dalam keselamatan mereka terima.

Sehat Jasmani dan Rohani 
Banyak doa kita seperti dalam a.2a, yaitu menyangkut kesejahteraan umum. Ketika berbicara dengan sekelompok orang yang menghadapi pergumulan. Salah satunya akan berkomentar bahwa melaluinya mereka dikuatkan untuk perjuangan berikut. namun sebenarnya apakah kita akan lebih bersukacita ketika mereka bertumbuh dalam kenyamanan atau ketika mereka bertumbuh dalam kebenaran. Jika yang pertama, apakah karena saya sendiri lebih suka akan kenyamanan daripada kebenaran. Tetapi sebenarnya kita tahu bahwa yang membawa sukacita yang lebih besar adalah melihat teman, jemaat, keluarga bertekun dalam kebenaran.
Gayus setia dan dicintai tidak hanya sebagai seorang teman John, tetapi sebagai anak Allah. Rasul tidak menawarkan keinginan umum untuk kesehatan yang baik, tetapi berdoa bahwa Allah akan menaikkan levelnya dari kesehatan fisik pada tingkat kesehatan rohaninya.
Tuhan memberikan kesehatan bukan hanya secara jasmani saja, tetapi secara rohani juga. Tuhan juga memberikan kesehatan rohani, Dialah Allah yang memulihkan segala luka [Yes 58:8]. Yesus datang ke dunia bagi orang berdosa yang memerlukan tabib, yang bukan saja menyembuhkan namun juga memberikan kesehatan rohani. Pertahankan hidup kerohanian yang sehat dengan mendengarkan ajaran yang sehat [Tit 1:13].
Mintalah dengan percaya penuh dan tidak bimbang, bahwa apa yang kita minta dalam doa maka kita akan menerimanya [Mat 21:21-22]. Orang yang bimbang tidak akan menerima apa-apa dari Tuhan [Yak 1:5-7]. Percayalah dengan sungguh.  Namun ada juga waktunya penyakit membawa kita kembali kepada Bapa. Daud memberikan pernyataan yang indah setelah anaknya mati meskipun ia telah berdoa agar Tuhan menyembuhkan anak itu. Daud berkata bahwa anaknya tidak akan kembali namun dia yang akan pergi untuk bertemu kembali dengan anaknya [2 Sam 12:18]. Demikianlah kita semua kelak akan masuk ke kota kudus dan hidup bersama-sama dengan Allah [Why 22]. Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah. Yeremia 33:6
Ketika kita berdoa untuk diri kita sendiri dan orang lain, kita berdoa dalam keyakinan, tapi kita tidak berani mengklaim bahwa Allah berjanji untuk mengirimkan segala sesuatu yang kita doakan. Ketika seorang teman mengirim salam kepada kita dalam surat, kita tahu betul bahwa keadaan yang sebenarnya kita mungkin jauh dari apa yang teman kita harapkan  untuk kita. Singkatnya, dalam sebuah salam berkenaan dengan tulisan, itu hanyalah sebuah salam di mana salah satu sopan santun konvensional adalah untuk pengirim untuk menyatakan keinginan untuk kesejahteraan penerima. Menafsirkan keinginan atau doa dalam 3 Yohanes sebagai janji "kesehatan dan kekayaan" tidak sejalan dengan apa yang kita tahu tentang salam dalam surat-surat ataupun dengan jangka waktu yang umum dari ajaran Perjanjian Baru bahwa salah satu tanda kerohanian sejati adalah penderitaan (misalnya, Rom.8: 17; Phil.1: 29; 1Pet.4: 1).
"Hidup dalam kebenaran” Frase ini memperluas gagasan kebenaran di luar persetujuan intelektual belaka, tapi menunjukkan bahwa kebenaran Injil Yesus Kristus meresap setiap aspek kehidupan mereka. Berjalan sehari-hari mereka di rumah mereka, pekerjaan, rekreasi, dll, ditandai dengan berat penuh dari kebenaran Injil.
Setiap orang memilikibeberapa sukacita yang lebih besar dari sekedar untuk mendengar bahwa orang-orang menjalani kehidupan mereka sesuai dengan kebenaran, bukan?
Tidak demikian halnya dengan Yohanes. Rasul ini benar-benar habis terjual untuk melihat orang berjalan dalam kebenaran Injil. Tidak ada yang membawa dia lebih banyak kebahagiaan.
Ketika orang-orang berdosa bertobat dari dosa mereka, Yesus mendapat kemuliaan. Ketika orang-orang berdosa yang bertobat memeluk kebenaran untuk keselamatan, Yesus dibuat agar terlihat sangat baik. Ketika orang percaya bertobat mulai hidup dengan berbeda, Yesus terbukti layak dari semua kemuliaan, kehormatan dan pujian.
Jika kita tidak memiliki sukacita yang lebih besar daripada melihat Yesus dimuliakan, maka sensasi terbesar kita dalam hidup akan datang dalam melihat perubahan hidup oleh kuasa Injil Yesus. Tidak ada yang lebih kuat menunjukkan bagaimana mulia Juruselamat kita benar-benar adalah Yesus.
Daftar Pustaka


[1]  willi 329
[2] barclay 243
[3] ensiklopedi hlm 484
[4] MacArthur hlm 241
[5] barclay
[6] MacArthur 245
[7] willi 330