Saya lahir
pada tanggal 10 mei 1992. saya merupakan anak dari Christina Surbakti dan
Rinaldi sembiring. kelahiranku sebenarnya menimbulkan pertanyaan sendiri dalam
hatiku, Orang tusaya menikah pada tahun 5 Oktober 1991 saya lahir hanya
beberapa bulan setelah itu, sebenarnya sedikit janggal padahal saya lahir
dengan normal dengan berat 2,9 kg. Berarti saya tidak lahir prematur, tapi saya
hanya dikandung beberapa bulan saja. Hal yang lain yang sangat janggal adalah
mengenai jenis darah yang saya miliki. Saya berdarah AB sedangkan mamak
saya berdarah A dan bapak saya O. saya
bukan bodoh dan bukan juga sangat pintar, namun saya pernah mempelajari
perpaduan darah dan kemungkinan anak mereka hanya A, O saja tapi mengapa ada
darah AB dalam darah saya? Hal ini
mungkin membuat saya sampai saat ini tidak memiliki ikatan batin dengan bapak
saya. Saya tidak memiliki rasa rindu dan rasa memiliki kepada bapak saya.
Seakan-akan ada dan tidak ada bapak rasanya sama saja.
Saya dilahirkan
di Medan, disebuah praktik seorang bidan. Saya lahir tanpa pendampingan bapakku
dan keluarganya, mamakku di temani oleh nenekku dan kakaknya. Hal ini bukan
sesuatu yang tanpa maksud. Entah kenapa memang tidak harmonisnya keluarga bapak
saya dengan keluargsaya sangat terlihat. Bapak saya tidak datang karena sejak
sebelum menikah bapak saya memang sudah merantau ke Riau sedangkan mamakku
masih terdaftar sebagai mahasiswi di Uiversitas Methodist Indonesia. Keluarga
bapakku memang cenderung tidak suka dengan kami. Saya juga tidak mengerti apa
yang terjadi, padahal apabila kulihat dan kuperhatikan sewajarnya kalau
keluarga mamakku yang tidak suka dengan mereka. Mamakku berasal dari keluarga
yang cukup terpandang pada masa itu, hal ini dikarenakan kakek saya seorang pengusaha
yang cukup sukses dan kaya. Sedangkan bapak saya hanya lulusan SMA yang berasal
dari keluarga yang biasa saja. Namun masalah apa yang ada, sampai kini saya pun
tidak mendapatkan keterangan dari keluarga saya.
Hal
ini membuat saya hingga saat ini tidak mampu merasakan keluarga dengan dua
sayap yang terkepak. Saya merasa hanya dibawa satu sayap saya dilindungi. Hal
ini karena saya hanya mampu melangkah bersama keluarga dari mamak saya,
Terkadang saya merasa keluarga bapak saya sama dengan saudara-saudara lain,
hanyalah tambahan, kebetulan dan mau tidak mau jadi saudara. Ini yang membuat
saya sangat tidak perduli dengan apapun yang terjadi dengan keluarga bapak
saya. Saya sudah punya mind set
mengenai mereka yang tidak perduli dengan keluarga kami. Saudara-saudari bapak
sering memandang rendah kami, khususnya mamak. Mereka sering merasa bahwa mamak
adalah seorang ibu yang tidak bisa apa-apa. Memang mamak tidak bisa masak,
tidak bisa melakukan hal-hal rumah tangga seperti masak, mencuci baju dan
beberapa yang lain. hal ini dikarenakan ia
berasal dari keluarga cukup berada mamak saya tidak pernah melakukan
hal-hal tersebut. Sejak mampu membeli kendaraan sendiri, mereka baru menganggap
dan mempertimbangkan keberadaan kami. Ketika saya akan ke Jogjakarta dan masuk
fakultas teologi, banyak sekali yang menganggap saya tidak mampu dan tidak akan
lulus, mamak tidak akan mampu membiayai, saya tidak akan bisa belajar lama di
fakultas teologi dan beberapa pendapat mereka yang sangat memandang kami tidak
akan mampu. Masuknya Jefry Alexander Perangin-angin yang merupakan anak dari
kakak bapak saya ke teologi merupakan sebuah kebanggaan, tapi ketika saya yang
masuk teologi, tidak ada satupun ucapan selamat dan rasa bangga dari mereka.
saya selalu dicurigai dan di nasehati seakan-akan saya anak yang sangat liar.
Sejak
dalam kandungan saya sudah di beri nama Tekang oleh keluarga saya, karena saya
bermarga sembiring dan biasanya dipanggil tekang. Saya tinggal bersama mamak
saya dan nenek saya di rumah nenek saya. Umur 2 minggu mamak saya sudah tidak
lagi menyusui saya dan saya di beri susu kotak oleh nenekku yang merawat saya
karena mamak saya selalu harus kuliah setelah saya berumur 2 minggu. Saya dan
mamakku di biayai, saya dirawat oleh perawat dan nenek saya. secara tidak
lagsung saya seperti anak nenek yang
paling kecil.
Umur 2
Tahun adik saya lahir pada tanggal 04 mei 1994. Laki-laki, namanya Riauland
arisdantha sembiring. Ia lahir tidak terlalu sempurna. telapak kakinya miring
dan masuk kedalam, dan pada saat ia di periksa ia harus di penn dan lagi-lagi
itu semua jasa nenek saya.
Umurku
sudah 4 Tahun dan mamakku sudah lulus. Kami pindah bersama bapak di Riau di
perkebunan kelapa sawit. Awalnya kami tinggal dengan beberapa pemuda, karena
rumah itu memang rumah para pemuda termasuk bapakku. Namun setelah beberapa
minggu atau bulan mereka pindah. saat itu ekonomi sungguh sulit dan mamakku
merasa sangat kesulitan. Apalagi dia tidak mengerti soal rumah, yang biasanya
dikerjakan oelh pembantu nenekku. Mamak saya tidak bisa masak, tidak bisa
mencuci dan menyetrika. Kami makan seadanya, berpakaian ala kadarnya.
Mamak yang
cerewet dan tegas membuat saya yang masih berumur 5 tahun sudah harus
membersihkan rumah dan mengurus diri sendiri seperti mandi sendiri dan memakai
baju sendiri. Saya sudah diajarkan untuk menyapu, mengepel dan merapikan rumah.
Umur 5 tahun saya sudah SD dengan penambahan satu tahun umurku agar saya bisa
di terima di SD. Akhirnya mamak saya mendapat pekerjaan walaupun dia harus
kelapangan. Mamak saya pun menambah pemasukan dengan bahan-bahan makanan pokok
yang dikirimkan nenekku dari medan dan dijual oleh mamak saya di kompleks
perumahan dan di pasar. Semuanya sering capek kalau sudah pulang kerumah, mamak
dan bapak saya pun sering bertengkar karena merasa saling tak mengeri satu
dengan yang lain. Ntah umur berapa tahun saya saat itu ketika mamak pun tidak
tahan dengan pertengkaran dengan bapak. Malam itu ia mengurung diri dikamar
sedangkan bapak menonton bola di ruang tamu. Mamak yang dalam keadaan tertekan
memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan minum cairan isi ulang pembasmi
nyamuk.
Bapak
saya memang menolong mamak saya, tapi dia malah membuat semua semakin kacau
dengan memberi tahu keluarga mamakku. Pada saat itu kedua orang tusaya hampir
bercerai. namun mereka masih memikirkan kami yang masih kecil-kecil. Mamak saya
tergolong tempramen, apa saja bisa menimbulkan kemarahannya. Apa saja yang ia
bisa raih untuk memukul, akan dipukulkan ke kami apabila ia marah. Seingatku ia
pernah memukulkan sapu, tangkai pengepel, sisir, kayu pengaduk nasi, tangkai
kemoceng, sapu lidi. tak jarang juga dia memukul dan mencubit dengan tangannya
sendiri hingga menggigit kami kalau dia geram. Ntah apa sebenarnya yang
menyebabkan mamakku melsayakan hal ini. satu hal yang saya tak bisa lupa adalah
ketika mamakku menelanjangi ku ketika saya kelas 5 SD dan disuruh keluar untuk
mengangkat baju yang di jemur. mamakku seperti senang dan terhibur atau puas
dengan apa yang ia lsayakan padsaya. tapi memang saya tak melihat ekspresi
apa-apa setelahnya. setelah dipukul di cubit di tendang, sore atau malamnya
memang mamsaya mengobati bekas-bekas itu. satu kompleks juga mengetahui
apa yang dilsayakan mamakku ini. kadang kalau saya bermain kerumah teman,
mereka selalu bilang awas mamakmu marah, sampai-sampai kalau mamakku sudah
memanggilku, teman-teman dan tetanggsaya seakan-akan ingin menendangku agar saya
cepat sampai di rumah. Sejak saya SD, perbedaan kasih yang kudapatkan dengan
adekku memang sudah kurasakan. Namun sering guru-guru yang saya dengar
menasehati murid dengan mengatakan jangan iri, jadi saya tak berpikir dan
memusingkan itu terus.
SD
kelas 4 atau 5 adikku bernama Adinda Breskintha Sembiring lahir. Kelahirannya
lah yang memang direncanakan dan diinginkan oleh keluarga bapakku. Nenek dari
bapakku memiliki tiga anak laki-laki, dan dari yang ketiganya setahuku mamakku
lah yang paling subur diantara yang lain. nenekku minta satu cucu lagi, siapa
tahu dapat yang laki-laki pewaris marga keluarga. Namun mamak yang sudah
berumur lebih dari 30-an ada sesuatu yang yang terjadi dengan tubuh adikku.
Adinda
lahir dirumah pada tanggal 28 agustus 2001 dengan normal, kelahiran yang
dibantu dengan bidan ketika sore hari. Bulan pertama kelahirannya Adinda sudah
menjadi anak yang suka menangis dan demam. Bulan kedua, dia pun harus dirawat
di rumah sakit selama hampir satu bulan. satu tahun kemudian, Adinda di angkat
oleh sebuah keluarga. Hal ini sesuai dengan tradisi yang ada dimana apabila
seorang anak sering sakit maka ia akan diangkat oleh salah satu keluarga.
Setelah itu kesehatan Adinda mulai membaik namun ia tidak pulih sepenuhnya. Ia
masih sering sakit-sakitan. Pernah sekali ketika ia sakit dan dirawat di rumah
sakit, hampir dua minggu dan saya menjaga bersama mamak saya. Dan ketika sudah
diizinkan oleh dokter untuk pulang, kami pun akhirnya pulang. namun sesampainya
dirumah, bukan rasa lega yang mamak saya dapat, tetapi masalah yang baru. Bapak
saya diketahu selingkuh dengan pembantu kami yang memang saat itu bekerja
dengan kami. walau tidak mengetahui banyak hal mengenai hal ini tetapi sudah
membuat saya memiliki pemikiran buruk tentang bapak saya.
Umur
dua tahun, Adinda di priksa di medan dan kikatakan ia menderita penyakit tulang
yag membuat ia tidak bisa tinggi. Hal ini membuat mamakku sedikit terpukul dan
sempat mengalami tekanan jiwa yang membuat dia harus menjalani pemulihan di
dokter syaraf. Saat itu, mamak benar-benar trauma untuk memiliki anak lagi. Ketika
ia diketahui hamil lagi, ia tidak mau menerimanya. Sepengatuhan saya, ia
menggugurkannya. Saat itu saya sudah cukup mengerti apa yang mereka lsayakan,
mamak menggugurkannya ketika bakal bayi itu berumur hampir satu bulan dan sudah
seperti anak tikus (ketika saya mendengar pembicaraan mereka). Sungguh hal ini
merusak pandanganku terhadap mamak dan bapak. Mereka berdosa, sangat berdosa
membunuh bayi tak bersalah itu. hingga saat ini saya tak pernah
mempermasalahkan apa yang mereka lakukan tapi saya tetap mengingat hal ini.
SMP saya
pindah ke medan, kerumah nenek yang merawat saya dahulu ketika saya lahir. saya
SMP di sebuah SMP dari yayasan pendidikan Gereja Kristen Methodist
Indonesia. saya disana hanya berutinitas rumah, pasar, sekolah, pasar,rumah.
Saya tidak diperbolehkan banyak beraktifitas diluar rutinitas ini oleh nenek
saya. saya sangat dijaga dan dimanjakan olehnya. Namun oleh dialah, saya banyak
belajar tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip hidup.
Nenek
sangat melindungi saya dari tante-tante saya yang tidak ingin saya bersama
dengan nenek saya. Nenek juga melindungi saya dari keluarga bapak saya yang
selalu memandang saya sebagai anak yang buruk dan tidak punya sopan santun.
Saya banyak belajar tentang bagaimana saya harus bertahan ketika saya hanya
punya TUHAN di dunia ini. Nenek tidak memanjakan saya dengan uang. Saya malah
diajari untuk mencari uang sendiri dengan mengantar dan menjual bunga kepada
penjual bunga di pasar. Menghargai berkat TUHAN sekecil apapun sangat di
tekankan oleh nenek saya. saya selalu melihat bahkan diajak untuk berdoa ketika
ada yang membeli bunga dari kebun bunga nenek saya. tidak banyak sepulu ribu
bahkan hanya lima ribu, ia akan melipat tangan dan menundukkan kepalanya untuk
segera berdoa. Ia berdoa sangat tulus dan sungguh bersyukur, tidak hanya sebuah
rutinitas belaka.
Nenek
tidak pernah mempermasalahkan nilai saya, justru ia selalu mengatakan bahwa
ketika saya sudah berusaha semaksimal mungkin sisanya biarkan TUHAN yang
bekerja atas saya ketika ujian. Ia memang tidak berpendidikan tinggi, namun dia
cukup mengerti jauh tentang dunia pendidikan. Ia sangat marah ketika saya tidak
memberikan sesuatu yang terbaik kepada orang lain, dan saya dilarang untuk
menerima sesuatu yang tidak terbaik yang orang berikan kepada saya. hal ini
ketika tante saya sering memberikan makanan yang berasal dari lemari pendingin.
nenek tau saya suka makan, tetapi dia mengatakan kepada saya jangan pernah
menerima barang pemberian yang sisa seperti itu seakan-akan kita menampung
sampah.
Ketika
saya SMP, saya pernah tidak masuk sekolah hampir satu bulan. Mamak saya
mengalami oprasi steril yang membuat seorang wanita tidak dapat hamil lagi.
Namun dalam operasi itu, mamak saya mendapatkan penyakit yang disebabkan oleh
dokter kandungan yang mengoprasi saat itu. Usus halus mamak saya terpotong
sehingga veses mamak keluar dari bekas oprasinya. Selain itu, mamak juga
mengalami pembengkakan hati yang biasa dikatakan sebagai penyakit hepatitis.
saya meminta izin kepada sekolah dan berangkat ke Riau untuk menjaga mamak
saya. Selama saya menjaga mamak saya, saya berinteraksi dengan doker dan
perawat serta pasien disana. Hal ini membuat saya ingin menjadi seseorang yang
memiliki pekerjaan di bagian kesehatan.
Saat
saya masuk SMA, ketika nenek saya tetap mendukung saya ketika masuk kesekolah
apa yang saya ingin. Saya masuk ke sekolah swasta yang baru saja berdiri satu
tahun dan saya menjadi angkatan kedua. awalnya banyak guru yang cukup tertarik
kepada saya dan memandangsaya cukup pintar. Namun beberapa minggu kemudian saya
menjadi anak yang tidak memiliki aturan lagi, rambut diwarnai, rok dipakai
dipinggul, cabut matapelajaran,cabut sekolah, hingga saya pernah saling pukul
dengan salah satu teman sekelas saya yang laki-laki. Memang perkelahian hingga
saling pukul bukan hanya baru kali itu saja, SMP juga saya pernah melakukan hal
yang sama dengan teman laki-laki saya. Namun nenek tidak pernah tahu karena
saya tidak pernah memberi tahu kepada nenek saya.
Nenek
saya sudah meninggal pada tanggal 13 April 2012 kemarin. sungguh saya terpukul
dan sangat sedih ketika kabar ini saya dengar. Saya seakan-akan tidak terima
dengan kenyataan ia pergi dari dunia ini dan saya tidak akan pernah bersalaman
lagi dan mencium nenek yang menyangi saya seumur hidup saya. saya kembali ke
Medan dan mendapati rumah nenek saya dimana saya dahulu tinggal bersama
dipenuhi oleh orang banyak. tidak terima rasanya ketika saya masuk pintu itu
tanpa langsung memeluk dan menciumnya. Pilu memang tapi Tuhan memanggil dia dan
dia sudah tersenyum menatap saya saat ini.
Sebelum saya masuk kuliah dan berangkat ke Jogjakarta, saya mengatakan
padanya bahwa saya akan menjadi cucu pertama yang akan menjadi pendeta. serasa
Tidak punya semangat meneruskan perjalanan hidup ini lagi tanpa ia menyaksikan
apa yang saya jalani saat ini. Doa yang selama ini nenek panjatkan kepada TUHAN
sudah putus saat ini.
Pembagian
raport, membuat mamak memindahkan saya kesebuah sekolah katolik yang memiliki
asrama putri. Hal ini selain nilai saya yang turun derastis juga disebabkan
oleh salah satu tante saya yang membuat cerita yang membuat tante saya yang
lain tidak suka kepada saya.Mamak tidak ingin melihat kakaknya ribut hanya
karena anaknya, terpaksa memindahkan saya ke asrama walaupun membuat nenek saya
tidak lagi memiliki teman di rumah.
Asrama
Putri St. theresia yang cukup banyak membentuk saya. Saya yang biasanya tidak
pernah melakukan pekerjaan-pekerjaan berat dirumah seperti mencuci baju dan
menyetrika. Namun di asrama saya sangat terdidik dengan kerapian dan kebersihan
yang dimulai dari lemari pakaian hingga lemari buku. Asrama merupakan tempat
keras yang pernah saya tinggali. hidup bersama 200 orang dan tidur dengan 50
orang dalam satu kamar membuat saya harus berhadapan dengan berbagai jenis
manusia setiap hari. Saya sering di tegur karena ribut, memarahi dan mengatur
kakak kelas. Asrama ini sangat menjunjung tinggi senioritas. Senior adalah
orang yang harus dihormati dan harus di turuti. Ketika ia bilang diam, kita
harus diam tetapi mereka boleh kembali mengobrol. Hal ini membuat saya sering
angkat bicara dengan menyinggung kakak kelas, sehingga membuat saya dibuatkan
pertemuan untuk ditegur oleh kakak-kakak kelas.
Saya
adalah orang yang dikatakan paling jahil di asrama. Setiap ada yang berulang
tahun, saya akan melayangkan hukuman, dan membuat susah si berulang tahun. yang
paling sering perbuat adalah membuat lemari kain dan lemari buku mereka menjadi
berantakan. Hal ini membuat ulang tahun teman-teman saya lebih terasa, terasa
dengan tertawa, terasa dengan air mata juga. Saya lebih sering bermain dengan
adik-adik SMP ketimbang yang seumuran dengan saya. Adik-adik SMP punya
aktifitas yang lebih menarik dan lebih seru menurut saya. mereka punya cerita
yang berbeda dengan saya yang membuat saya sering bercerita dengan mereka.
Selama SMA khususnya diasrama, banyak teman-teman yang tidak suka dengan saya.
Saya orang yang cukup tegas atau tepatnya keras terhadap peraturan. Hal ini
diawali dengan kakak kelas yang tidak menuruti peraturan tapi memarahi yang
tidak melakukannya.
Selama
hampir tiga tahun, saya mengikuti ibadah dengan tradisi katolik. Novena, misa,
perayaan ekaristi. Setiap pagi melakukan ibadah dan menghayati paskah, bulan
maria, jalan salib, valentine, rabu abu, kamis putih, sabtu sunyi dan beberapa
ibadah yang lainnya. Saya mendapatkan sebuah perbedaan antara katolik dan
protestan. saya merasa tenang apabila saya beribadah, saya merasa mampu
menemukan Tuhan disana, ketika saya berlutut, menghadap salib, dibawah patung
Bunda Maria, menerima berkat, mengucapkan salam Maria dan ketika ekaristi.
Terkadang sempat terlintas bahwa sepertinya saya akan merasa damai apabila saya
pindah agama ke katolik, menjadi orang katolik dengan ibadah sedemikian rupa.
Namun saya mengurungkan niat ini karena tidak mengkomunikasikannya dengan orang
tua saya.
Pengurungan
niat ini didukung dengan pemberitahuan kedua orang tua saya yang menginginkan
saya menjadi pendeta. mereka mengatakan bahwa sejak kecil saya sudah
meng-iya-kan bahwa saya akan menjadi pendeta. Saya sebenarnya tidak siap
menghadapi test untuk masuk teologi karena saya tidak pernah khusus belajar Alkitab.
Saya tidak pernah renungan pagi, di sekolah belajar agama juga seadanya, hanya
belajar yang mengarah kepada aplikasi kehidupan sehari-hari. Setelah saya
beberapa waktu ini, taulah saya bahwa sebenarnya diarahkannya saya menjadi seorang pendeta dikarenakan
mamak saya yang dahulu diharapkan menjadi seorang pendeta. Mamak saya menjadi
insinyur pertanian dan tidak jadi pendeta karena ia menggantikan abangnya yang
telah meninggal.
Di SMA
saya suka kepada seorang laki-laki yang bisa membuat saya tertawa, menangis,
tersenyum dan bermimpi. Dia bernama Leo Paska Walden Gultom. Dia anak yang
memiliki volume otak paling besar di angkatan 2006, tetapi sangat malas belajar
dan melanggar banyak peraturan. Dia adalah salah satu anak ternakal disekolah.
Saya sangat menyukainya dan saya tidak mampu mengerti mengapa saya menyayanginya begitu dalam. Saya merasa bahwa
sepertinya dia juga merasakan hal yang sama kepada saya. Ia punya kontak batin
tersendiri dengan saya, ketika saya sakit, ketika saya menangis ia bisa
tiba-tiba menghubungi saya dan membuat saya merasa lebih baik hanya dengan dia
membuat saya tersenyum lagi. Tetapi dia melakukan kejahatan yang membuat saya
bertindak jahat kepada beberapa laki-laki. Leo yang sepertinya merasakan hal
yang sama ingin menutupi rasa yang ia miliki dengan cara yang menyakiti saya.
Ia berpacaran dengan sahabat kecil saya, membuat status palsu dengan
berpura-pura pacaran dengan teman saya, ia kemudia memacari sahabat terdekat
saya. Saya melakukan hal yang sama
dengannya dengan mendekati teman-temannya seolah-olah saya menyukai mereka,
hingga mereka merasa saya menipu mereka.
Saya
tidak suka dengan kata persaingan, apalagi kerika seseorang menganggap saya
adalah saingan untuknya. Saya akan menganggapnya musuh ketika memang dia
terkesan memberi saya tantangan untuk bertanding. Ini lah yang pernah terjadi
di SMA. Hampir sama ketika saya berada di SMP, banyak yang tidak suka kepada
saya karena saya cukup dekat dengan guru karena dianggap mampu. Namun
teman-teman saya sepertinya remeh melihat saya dan cenderung ingin melihat
seberapa besar kemampuan saya. Saya kemudian bekerja sama dengan teman-teman dekat
saya untuk menjatuhkan mereka dan memperlihatkan bahwa saya mampu dan dia bukan
tandingan saya. Ketika kelas X saya mampu memperlihatkan diri saya. Semester 1
kelas XI saya tidak ingin saingan, belajar karena saya ingin belajar bukan
karena meraih nilai dan bersaing. Namun tetap saya ada orang yang membuat saya
merasa gemes dan akhirnya belajar
sekuat-kuatnya. Aktifitas yang saya lakukan setiap hari di mulai dari belajar
mulai dari jam 8 malam hingga jam 3 pagi, bangun jam 5 mandi dan belajar lagi
jam 05.30, kemudian ibadah pagi lalu
sekolah hingga jam 13.00, makan siang dan tidur hingga jam 15.00, lalu belajar
hingga jam 16.30, lalu mandi dan makan jam 18.30 lalu belajar lagi. Akhirnya
setelah ujian saya menderita sakit tipus dan demam berdarah. Alhasil saya
mendapat juara 3 kelas dan juara 6 angkatan saya. Juara bukan membuat orang tua bangga tetapi
mereka memarahi saya. Hingga saat ini diatas IP 3,2 mereka sudah membuat alarm
kepada saya untuk tidak terlalu belajar begitu keras.
Selama
SMA saya jarang sekali yang dikatakan mencontek, karena saya tidak percaya
dengan hasil pekerjaan orang lain. tetapi bukan berarti saya pelit dengan hasil
pekerjaan saya. Menurut saya ketika saya memberikan jawaban kepada orang lain,
buakn saya yang rugi dan menjadi bodoh namun mereka yang tidak belajar. Saya
akan mempunyai banyak teman dan saya tidak rugi namun tetap berusaha untuk
menjawab sendiri.
MBTI
Ketika
saya mengikuti identifikasi kecenderungan kepribadian, saya mendapat tipe ESTP
(Extraversion : 27, Sensing : 35, Thinking : 5. Perceiving: 39). Dari hasil
identifikasi ini, saya memang mendapatkan banyak pembenaran dan kesadaran akan
bagaimana kepribadian saya. Mudah memang diidentifikasi, hal ini menurut saya
dikarenakan saya memang tetap dan memegang teguh apa yang saya pikir baik untuk
saya lakukan dan tidak merugikan orang lain. Sehingga dalam berbagai keadaan,
saya tetap akan melakukan hal yang sama. Perubahan yang saya alami pun bukanlah
perubahan yang sangat ekstrim, hanya perubahan yang karena proses yang harus
saya jalani bukan karena satu atau dua kejadian.
Memimpin
adalah salah satu yang kadang dapat dipercayakan kepada saya. sebenarnya bukan
memimpin dalam arti sesuatu yang besar. saya sebenarnya minder apabila ditempat umum. terkadang orang lain mengira saya
mampu menghadapi segala situasi dengan mudahnya. Saya hanya mau dan mampu
memimpin sesuatu yang baru, yang memang tidak memiliki pemimpin, diambang
kehancuran. hal ini dikarenakan saya tidak dapat memimpin dengan berduet dengan
orang lain, dan memimpin sesuatu yang tidak butuh perubahan. Dalam prosesnya
saya tidak suka dengan hasil yang harus diperoleh. Karena saya merasa prosesnya
itu lebih penting di bandingkan dengan hasil yang diperoleh. Dalam hal apapun
dan kapanpun itu, proseslah yang membentuk saya bukan hasil yang saya dapatkan.
Saya sedikit sulit untuk memimpin orang-orang yang suka mengeluh, melihat
pekerjaan orang lain, membanding-bandingkan pemimpin, merendah diri dan ingin
menang dan terlalu optimis. Seperti yang dikatakan dalam hasil identifikasi
yang dimana orang yang bertipe seperti saya merasa terganggu dengan anggota
kelompok lain yang suka protes, komentar, negatif dan mengeluh. Bukan hanya
anggota kelompok lain namun juga anggota kelompok saya sandiri pun saya merasa
terganggu.
Kadang-kadang
saya dikatakan sebagai manusia tanpa tujuan, hal ini dikarenakan saya tidak
menetapkan target apa yang saya raih kedepannya. Saya tidak memikirkan apa yang
harus saya lakukan untuk masa depan tetapi saya lebih memikirkan apa yang harus
saya lakukan untuk menjalani hari ini tanpa membosankan. Apa yang harus saya
lakukan hari ini untuk membuat komunitas saya terasa hidup dan dapat lebih
terasa pergerakannya. Saya mempertimbangkan apa yang kelompok saya inginkan,
saya tidak hanya menanamkan ide yang saya punya dan memaksa itu tumbuh, namun
saya melihat apa yang sebenarnya mereka ingin dan mereka butuh. Saya tidak suka
dengan persaingan, cukup anti dengan bersaing. Apalagi sesuatu yang sifatnya
persaingan yang tidak menguntungkan. Persaingan yang menguntungkan menurut saya
adalah persaingan dalam pertandingan ataupun kompetisi yang medatangkan hadiah.
Namun apabila pertandingan persahabatan, nilai kuliah, penampilan, pertemanan,
pacar apalagi saya sangat tidak suka dengan aura persaingan. Persaingan
kadang-kadang membuat saya menimbulkan sindiran-sindiran yang cukup menusuk
kepada orang-orang yang suka untuk bersaing apalagi menganggap saya saingan.
Selain sindiran saya juga cenderung membuat batas-batas yang cukup tebal dengan
orang itu, karena menurut saya sifat dasar seseorang yang sombong, tidak akan
pernah berubah.
Saya
sepertinya mampu menyelesaikan masalah dan mampu menemukan solusi. namun
masalah yang sering saya temui adalah ketika saya tidak memiliki masalah. Hidup
terasa begitu-begitu saja tanpa tantangan yang berarti dan hal-hal yang mampu
saya selesaikan. tidak jarang saya menangis ketika saya merasa saya bosan
dengan kehidupan yang tak ada warnanya. Saya mengambil banyak aktifitas,
memasuki banyak komunitas, menjalani kehidupan dua dunia baik dunia nyata
maupun dunia maya, hal ini semata-mata membuat saya sibuk dan saya tidak punya
waktu memikirkan betapa biasanya hidup ini. Hal ini mampu saya lakukan dengan
kepribadian saya yang mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Kemampuan
saya untuk beradaptasi membuat seorng teman saya memuji saya namun dengan
perkataan tambahan dimana saya akan mudah juga tersisih atau menyisihkan
suasana atau sesuatu yang baru itu. terlihat dari perjalanan saya di berbagai
tempat saya berpindah-pindah, saya akan selalu mengalami masalah-masalah yang
membuat saya menghadapi dua pilihan apakah dia atau saya yang harus keluar.
Tidak suka teori tinggi
dan rumit, saya suka teori mendarat, sederhana, menarik, menantang dan yang
pasti nyata. Saya sulit untuk menjalani perkuliahan dikarenakan hal ini. saya
lebih suka dan lebih mampu menghadapi sesuatu yang jelas-jelas nyata di zaman
sekarang dan berguna bagi zaman ini. Hal ini saya tidak tahu asalnya dari mana,
namun ini saya alami bukan hanya ketika saya kuliah, namun juga SMA. Saya
sering sekali berkata kepada guru Fisika saya bahwa apa yang dia ajarkan adalah
sesuatu yang sia-sia dan tidak berguna. mengapa? Hal ini dikarena pemikiran
saya bahwa menghitung lapisan gelembung,
getaran pedal, resonansi nada, jarak kedua lampu mobil dan beberapa yang lain
adalah sesuatu yang sia-sia dan tidak akan ada orang yang pernah melakukannya.