Sabtu, 12 Maret 2011

Calvin Dan Perannya dalam pendidikan


Yohanes Calvin

Yohanes Calvin merupakan salah satu reformator gereja yang saat ini pengajarannya dianut oleh banyak gereja dengan nama Calvinisme. Calvin merupakan reformator dengan masa hidup dari tahun 1509-1564. Calvin merupakan seorang sarjana hukum yang tertarik pada teologi. Ia merupakan pengagum Erasmus dan Humanisme,hal ini terlihat juga dari karangan-karangan Calvin melalui pemikiran mereka. Selain itu Calvin menjadi pengikut Luther sehingga membuat Calvin diusir dari tempat dia berasal dan menjadi pedeta di kota Jenewa(Swis). Dan tidak dapat dipungkiri bahwa Calvin menghargai dan sangat menghormati Luther sebagai guru besarnya.

Yohanes Calvin membuat kota Jenewa menjadi lambang bagi gereja reformasi yang diprakarsai olehnya. Dalam prosesnya ia mulai berusaha mengatur seluruh kehidupan warga Jenewa menurut cita-cita teokrasi (kekuasaan Allah atas seluruh kehidupan). Hal ini diawali dengan sependapatnya Calvin dengan Luther dalam hal pembenaran oleh iman yang membuat Calvin menekankan “penyucian”. Pengajaran Agama Kristen yang disusun oleh Calvin merupakan buku yang paling membuatnya dikenal merupakan buku yang bukan hanya berisikan tentang risalah, tetapi keseluruhan sikap yang saleh.

Di Jenewa Usaha-usaha dalam mengatur kehidupan jemaat terlihat dari tindakannya yaitu 1) menyusun tata gereja baru dan 2) menentang sesuatu yang tidak sopan dalam jemaat. supaya Allah dihormati. Dalam pengaturan ini, Calvin juga membuat empat jabatan bagi gereja yaitu pendeta, doktor/guru, penatua, diaken/ syamas.

Lima Dasar Pendidikan Agama Kristen

Walaupun beberapa tindakannya dalam mereformasi gereja mengandung hal-hal yang menurut penulis tidak mencerminkan kasih dari iman seorang kristiani, namun buah pikirannya terhadap pendidikan dan gereja bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng. Kepeduliannya terhadap kepedulian ini juga terlihat keinginannya mendirikan salah satu akademi bermutu yang mencakup taraf pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Hal ini diwujudkannya dengan usahanya mengumpulkan dana dari banyak dompet warga khususnya di Jenewa. Dan pada Tahun 1563 terbangunlah gedung yang dia inginkan untuk proses belajar mengajar itu untuk para pelajar dan pengajar.

Dalam usaha-usaha dalam bidang pendidikan, ada juga hal yang perlu di perhatikan dari pendidikan melalui pengajaran Calvin, yaitu dasar teologi. Ada dasar-dasar teologi yang mendasari pendidikan Pendidikan Agama Kristen.

  1. Pertama adalah kedaulatan Allah yang dimana Allah dinyatakan Allah yang berdaulat atas dunia karena Allah-lah yang menciptakan segala yang ada. Namun dalam hal ini Boehlke berpendapat bahwa yang dimaksudkan Calvin bukan berarti manusia menjadi boneka dan Allah menjadi dalang.Namun Allah memberikan tugas untuk memelihara dunia ini berikut dengan dirinya sendiri.
  2. Kedua Alkitab sebagai Firman Allah yag membuat Calvin bependapat bahwa sumber pengetahuan didapati dari Alkitab Firman yang tertulis. Namun Firman tidak hanya terbatas pada Alkitab, tetapi juga perkataan-perkataan manusia yang dapat berupa firman yang diberitakan. Alkitab yang merupakan pokok isi pendidikan agama kristen menjadi tolak ukur dalam proses pelaksanaan pembinaan warga jemaat.
  3. Ketiga Ajaran tentang manusia. mengenai ajaran tentang manusia, Boehlke membagi atas dua bagian yaitu, manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang segambar dengan Allah dan manusia yang kemudian jatuh dengan dampak luas yang tersirat didalamnya. Dalam hal ini, identitas manusia belum lengkap karena manusia hanya dikenal dalam pribadi Yesus. Walaupun tidak hanya bisa dipandang unsur kemanusiaannya namun Boehlke melihat bahwa tindakan Yesus dan gaya bertindaknya menyatakan maksud Allah semula untuk manusia. Selain itu dalam bagian ini Boehlke juga mengutip perkataan Calvin bahwa Kristus menjadi teladan yang harus kita ikuti. Dalam pengabdian tersebutlah terdapat proses belajar.
  4.  Keempat, Ajaran gereja yang dimana dalam pengajaran Calvin mendasarkan kepada gereja yang “am”. Gereja merupakan persekutuan orang-orang terpilih yang didalamnya dididik dengan sarana kebaktian. Khotbah merupakan sarana untuk menginjili dan mendidik jemaat. pengaplikasian terhadap didikan tersebut terdapat dalam tindakan-tindakan kasih demi sesama manusi dalam kehidupan sehari-hari.
  5.  Kelima, ajaran tentang gereja dan negara yang dimana calvin menanamkan bibit demokrasi. dalam hal ini dimaksudkan juga bahwa gereja tidak mendominasi negara dan negara tidak mendominasi gereja. Namun gereja tetap mengajarkan keseluruhan dari kebudayaan kepada gereja.

Pendidikan Agama Kristen
Dalam institutio yang merupakan karya yang membuat Calvin terkenal, tidak luput dari hal-hal yang menyinggung kepada pendidikan. Hal-hal mengenai sumber pendidikan tersebut, tetapi juga isi-isi pendidikan, tenaga pendidik, jabatan, hingga cara pendidik dihunjuk. Dalam memaparkan hal-hal tersebut, Calvin mengawali dengan pendapatnya dalam hal mengapa sebagai orang kristen butuh pendidikan.
Tetapi, kita tidak terdidik dan lamban, dan akal kita tidak tetap, sehingga kita memerlukan sarana dari luar agar dalam diri kita dilahirkan dan ditumbuhkan iman dan iman itu maju sampai tercapai tujuan terakhir.

Mengacu pada Efesus 4:10-12 “Dan Ia yang sudah turun itu, Ialah juga yang naik sampai ke tempat yang jauh lebih tinggi dari segala langit sehingga seluruh alam semesta terisi dengan kehadiran-Nya. Ialah yang "memberi pemberian-pemberian kepada manusia"; sebagian diangkat-Nya menjadi rasul, yang lain menjadi nabi; yang lain lagi menjadi pemberita Kabar Baik itu, dan yang lain pula diangkat-Nya menjadi guru-guru dan pemelihara jemaat.Ini dilakukan-Nya supaya umat Allah dilengkapi sepenuhnya agar dapat melayani Tuhan dan membangun tubuh Kristus.” Dimana Calvin melihat bahwa Allah menghendaki umat menjadi dewasa dengan cara pendidikan gereja. Hal ini diasumsikan penulis bahwa Calvin memusatkan sumber pendidikan adalah Pengajaran Gereja.

Seperti yang telah dipaparkan pada paragraf-paragraf sebelumnya bahwa Calvin menetapkan empat jabatan di gereja sesuai dengan Efesus 4:11. Hal ini ia lihat penting dan memilih manusia sebagai alat pengajar karena melihat bahwa manusia merupakan alat dan menjadi utusan pribadi Allah. Namun tidak dapat dilepaskan bahwa pada hakekatnya Allah sebagai pemengang kekuasaan tertinggi dalam pendidikan
Jalan satu-satunya untuk membina Gereja adalah dengan pelayan gereja sendiri berupaya untuk mmemelihata bagi Kristus wewenang yang menjadi hak-Nya. wewenang ini dapat tetap aman apabila hanya bila Dia dibiarkan memiliki apa yang diterimaNya dari Bapa, yaitu menjadi satu-satunya Guru didalam Gereja.
Dalam karangan Boehlke melihat tujuan pendidikan yang dimiliki oleh Calvin. Tujuan dilihat merupakan sebagai sesuatu yang akan didapatkan sebagai hasil akhir yang dapat dicapai. Hal ii dilihat oleh Boehlke melalui pendapat Calvin sebagai identitas yang dimiliki oleh manusia. Manusia sebaiknya mengingat bahwa dirinya bukanlah kepunyaan dirinya sendiri melainkan kepunyaan Tuhan. Oleh sebab itu manusia sebaiknya tidak mengutamakan jiwanya tetapi Tuhannya. Dalam Efesus 4: 11-16 yang merupakan tolak ukur untuk pendidikan, Calvin memiliki asas tersendiri untuk mendukung tujuan pendidikan tersebut. Asas yangtersebut agar putra-putri dididik oleh gereja dan mengambil bagian dalam gereja.

Para pelajar yang dibagi oleh Calvin menjadi empat golongan yaitu anak didik, kaum muda, remaja orang-orang dewasa. Dan ternyata bukan hanya kaum awam yang membutuhkan pendidikan, tetapi juga golongan pengajar dan pendeta degan tujuan agar pelayan di gereja merupakan orang yang terpelajar.

Kurikulum Calvin menurut Boehlke mencakup akan empat hal besar yang menjadi pokok kurikulumnya yaitu Iman, Hukum, Doa, dan Sakramen-sakramen. Kurikulum yang dimiliki oleh Calvin tersebut disusun dalam rupa Katekismus yang disiapkan untuk pendidikan untuk mendidik kaum muda. Katekismus tersebut juga agar anak didik diperlengkapi dengan iman Kristen. Katekismus ini juga disebut Katekismus Heidelberg (1563) yang menurut data salah satu buku sejarah dibuat atas perintah Friedrich III untuk mengembangkan dan memajukan Calvinisme di Palatinat(salah satu negara Jerman).

Metode yang sangat dijunjung tinggi oleh Calvin adalah khotbah. Menurut penulis hal itu dikarenakan oleh pendapat Calvin yang memusatkan pendidikan yang menitik beratkan pada pengajaran gereja. Penulis setuju dengan pendapat Boehlke yang mengatakan bahwa mimbar dan meja perjamuan kudus merupakan pusat perhatian.

Analisis Penulis

Penulis melihat secara metode dan teori Calvin memang sangat ketat dalam hal pengajaran. Dapat dilihat dalam aksi-aksinya pada masa reformasi, sehingga ia dianggap melakukan penyesatan dan satu orang dibakar karena pengajarannya yang sangat ketat.

Selain pada masa reformasi, ketatnya pengajaran dalam bidang pendidikan dapat diketahui dari catatan Boehlke mengenai sekolah yang dibangun oleh Calvin yaitu Akademi Jenewa. Calvin membagi akademinya atas dua sekolah, yaitu schola privata dan schola publica. Penulis cukup tertarik dengan hal-hal yang terjadi dalam akademi ini. Sistem dan peraturan-peraturan akademi ini dibuat khusus oleh Calvin walaupun menurut salah satu buku sejarah Calvin memakai pola pendidikan si Stasburg ketika ia berkunjung atas undangan Martin Bucer.
Peraturan yang dibuat mencakup hal-hal yang sangat mendetail, yaitu dimulai dari hal pelajar, proses belajar mengajar hingga pengajar. Dari segi pendidikan memang ini dapat dievaluasi, namun menurut penulis ini cukup lebay, karena menimbulkan rasa tidak nyaman. Peraturan ini menurut McNeill yang dituliskan kembali oleh Boehlke dalam bukunya memiliki dua maksud pokok yaitu 1)menentukan suasana belajar yang cederung menghasilkan keuntungan sebanyak mungkin bagi pihak pelajar dan pengajar, dan 2) melatih pelajar bertindak sesuai peraturan, agar gaya hidup berdisiplin itu menjadi biasa bagi mereka sesudah tamat.
Seperti yang telah dikatakan oleh penulis bahwa kedua maksud pokok tersebut hanya dapat dievaluasi saja secara tekhnis dan teori, namun dari pelajar tidak dapat dilihat apakah benar-benar dapat dievaluasi. Misalnya kedisiplinan apakah membuat sebagai habit ataukah hanya menekan sang pelajar dalam proses pendidikannya.

Walaupun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan yang dibagi atas dua sistem tersebut banyak peminat dari berbagai negara, Prancis, Inggris, Skotlandia, Belanda, Jerman, Swis dan Italia. Hal ini juga diungkapkan oleh Boehlke menjadi penyebab Akademi tersebut menduduki tempat tinggi dalam sejarah pendidikan pada umumnya dan dalam sejarah pendidikan agama pada khususnya.

Akademi ini dilihat penulis tidak dapat dilaksanakan pada setiap konteks budaya dan aliran(pada awalnya Calvin mengarah pada setiap jenis pendidikan). Mungkin dalam hal ini dapat dilihat konteks Jenewa yang tidak terlalu beragam dan hal ini dapat dilaksanakan secara ketat oleh Calvin, namun dalam negara atau daerah dengan kebudayaan dan agama yang plural, menurut penulis hal ini sangat sulit dikarenakan paham dan pemahaman yang berbeda.

Pengalaman Penulis

Calvin merupakan reformator gereja saya GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) dan secara otomatis GBKP menganut aliran Calvinis. Aliran ini sangat melekat hingga sekarang, khususnya di daerah pusat GBKP berasal yaitu Sumatera Utara. Hal ini dilihat dari gereja-gereja yang merupakan bagian dari sinode GBKP yang sangat mengikuti peraturan dari sinode.

Peraturan-peraturan tersebut secara langsung mengikuti hal-hal yang terdapat dalam pengajaran Calvin. Dalam hal ini penulis hanya melihat pada bagian pendidikan. Dalam bidang pendidikan pokok-pokok pengajaran Calvin juga terdapat dalam pendidikan di gereja. Hal yang pertama terlihat adalah pendidikan pada pengajar yang berpusat pada pelayan dibidang khotbah. Sesuai dengan pokok pengajaran Calvin yang menginginkan dan mengharus kepada pelayan yang terpelajar, gereja juga mengharuskan demikian. Sesuai dengan pengalaman penulis ketika pengamatan jemaat, dimana pelayan-pelayan yang belum berpengalaman dan berpendidikan masih diragukan dalam hal berkhotbah dan memimpin PA. Selain pelayan khotbah yang harus terpelajar, majelis yang juga menjadi pelayan di gereja juga hingga saat ini diberikan pendidikan khusus oleh sinode semacam “pembekalan” yang menurut penulis agar memenuhi syarat “terpelajar” yang dimaksud oleh Calvin. Hal ini bukan hanya satu atau dua kali, namun setiap pergantian periode kepengurusan. Selain itu, GBKP juga memiliki buku Persiapan Khotbah untuk para majelis.

Ternyata bukan hanya pelayan yang langsung berhubungan dengan jemaat yang harus terpelajar, tetapi juga dibidang komisi-komisi tertentu. Sepengetahuan penulis, GBKP memiliki “pembekalan khusus” bagi orang-orang yang mengurus dan berhubungan langsung dengan komisi anak, misalnya guru sekolah minggu. Dimana setiap tahun diadakan “pembekalan” atau setidaknya ketika pergantian periode kepengurusan sekolah minggu.
Dalam pendidikan kaum muda dan remaja juga masih dilakukan oleh GBKP lewat katekisasi. Hal ini tidak banyak di ketahui oleh penulis. Tetapi katekisasi yang diadakan oleh gereja sangat mengarah kepada teori-teori bukan penghayatan secara pribadi. Dan bukan itu, kerap kali dalam katekisasi memiliki ujian mengenai teori yang diajarkan dalam proses katekisasi tersebut.

Daftar Pustaka

Berkhof, H & Enklaar, I.H. 2005. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Boehlke, Robert R. 2006. Sejararah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato Sampai IG. Loyola. Jakarta:BPK Gunung Mulia.
Calvin, Yohanes.2008. Institutio:Pengajaran Agama Kristen.Jakarta : BPK Gunung Mulia
End, Th. van den . Harta Dalam Bejana:Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta:BPK Gunung Mulia.
Lane, Tony. 2009.Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar