Rabu, 16 Maret 2011
Alat peraga dalam sekolah minggu
banyak yang memandang bahwa sekolah minggu hanyalah memenuhi tugas dan syarat-syarat saja. sekolah minggu cenderung tidak diperhatikan oleh gereja
bahkan guru sekolah minggu tidak melihat hasil kerja dan hasil pengajarannya di sekolah minggu.
sekolah minggu mungkin menurut siguru tempat menghabiskan waktu selagi liburan, atau keterpaksaan belaka karena tidak ada guru lain selain dia
namun apakah selama ini pengajaran telah dilakukan maksimal???
pertanyaan yang baik
sadar atau tidak, pengajaran itu butuh metode, dan alat.
alat peraga berguna dan mengambil peran penting dalam sekolah minggu
apalagi anak-anak tk dan SD yang belum memiliki imajinasi yang tinggi terhadap cerita ALKITAB
ini sangat penting
Pembuatan alat peraga harus dipikirkan juga cara pemakaian, umur yang mendengarkan dan jumlah pendengar
tidak mesti sesuatu yang di beli, tapi buatan sendiri akan lebih baik. karena bentuk disesuaikan dengan cara guru dalam mengajar, jumlah murid yang akan berhubungan dengan besar alat peraga, dan bentuknya yang akan mengarah pada umur anak sehingga anak mengerti alat peraga tersebut berbentuk apa.
selain itu pencerita juga harus matang atau pun penuh persiapan, juga dapat mengusai kelas tersebut.
komunikasi anak dan alat peraga juga penting dalam penyampaian cerita
Sabtu, 12 Maret 2011
Israel Dalam Imamat, Bilangan Dan Ulangan
Imamat (wayiqra)
Imamat merupakan kitab yang dalam pembagian menurut pembagian perjajian lama ibrani, termasuk pada pembagian torah. Imamat berasal dari sumber tradisi P (priester) yang dimana P mengumpulkan dan menyatukan unsur-unsur trasendensi allah dan persekutuannya dengan manusia , universalisme dan partikularisme, pandangan nab-nabi serta kultus. Sumber P memberikan proyeksi saat dimana suku Israel masih berada pada masa di padang gurun, yang dimana disana terdapat persekutuan di bait Allah, organisasi keimaman, bait allah diberi bentuk kemah suci dan aturan-aturan kultis yang banyak terdapat dalam Imamat. Menurut prediksi waktu penulisan, Imamat di tulis pada masa pembuangan di Babylon dan sesudahnya. Imamat memiliki unsur kuno yang dimana selain ditulis pada masa pembuangan di Babylon juga disebabkan karena Imamat merupakan hasil proyeksi. Menurut Bloomedal, thema besar pada kitab Imamat adalah “Sebagai bangsa perjanjian, Israel harus hidup sebagai bangsa yang kudus dan suci” .
Menurut isinya, Imamat dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu
1. Hukum-Hukum Korban Persembahan(Im. 1-7)
Diperkirakan bahwa pada awalnya bagian ini merupakan bagian yang terpisah dan berdiri sendiri. Namun pada pasal 6-7 hukum-hukum korban persembahan ini digabungkan dan terdapat bagian-bagian kecil dari semua hukum korban. Dapat dilihat bahwa dari segi narasi, tiap bagian dimulai dengan kata-kata “beginilah firman Tuhan” (וְזֹ֥את תּוֹרַ֖ת).
Pengorbanan merupakan suatu tradisi yang tertua dan menjadi dasar cara dimana orang-orang berhubungan dengan Tuhan. Dalam Imamat ada beberapa jenis korban yang dapat di berikan kepada Allah yaitu Hewan,manusia dan juga dapat tumbuhan seperti gandum. Pengorbanan diartikan sebagai sesuatu yang sempurna kepada Tuhan dengan memberikan bau-bau bakaran yang dapat menyenangkan Tuhan(Im. 1:13).
Hukum-Hukum atas korban diatur berdasarkan jenis pengorbanan dan tentang korban itu sendiri. Berdasarkan jenis pengorbanan ada 10 jenis Pengorbanan yang dilakukan oleh umat Israel yaitu:
1. Korban Bakaran
Korban bakaran adalah pengorbanan yang dimana memiliki sebab untuk menyembah dan menyatakan kesetiaan kepada Allah dan memohon pengampunan dari Allah. Jenis korban yang akan di berikan adalah berupa lembu jantan, kambing atau domba jantan tanpa cela, seekor merpati atau tekukur bagi orang-orang miskin.
2. Korban Sajian
Korban sajian diadakan dengan maksud menyembah Allah dan bersyukur juga mengakui Allah sebagai pemberi berkat. Dalam pengorbanan ini, korban yang di berikan adalah pertama berupa campuran tepung terbaik dan kemenyan. Kedua roti bakar bundar atau tipis tanpa ragi atau madu yang terkadang dibumbuhi garam dan terkadang dipakai bersama korban bakaran dan korban keselamatan.
3. Korban Keselamatan
Korban keselamatan diadakan dengan maksud menyembah dan meminta berkat dari Allah. Pengorbanan ini memberikan korban berupa lemak dan isi perut seekor lembu jantan atau betina, domba, atau kambing tanpa cela, berbagai roti tanpa ragi. dalam pengorbanan ini sebagian daging disimpan dan dimakan imam.
4. Korban Penghapus Dosa
Korban pengkapus dosa diadakan dengan maksud menyembah dan meminta berkat Allah, membersihkan dosa yang dilakukan tanpa sengaja, dan menguduskan diri dari kenajisan. Dari Korban, korban dibagi atas tujuan pemberi korban. Seekor lembu jantan muda untuk imam besar dan segenap bangsa Israel. Seekor kambing jantan untuk tua-tua umat. Seekor kambing betina untuk rakyat jelata. Dua ekor tekukur untuk orang miskin. 1/10 efa tepung terbaik untuk orang yang sangat miskin. dua ekor kambing jantan dan seekor domba jantan pada hari perdamaian yang bertujuan sebagai pengangkut dosa ke gurun.
5. Korban Penebus Salah
Korban penebus salah bertujuan membereskan urusan yang berhubungan dengan kelalaian memberi persembahan Tuhan atau tidak sengaja merusak sesuatu milik Tuhan juga mengenai perampasan atau penipuan terhadap orang lain. Korban yang diberikan adalah seekor domba jantan atau uang yang setara. selain itu orang-orang yang bersalah mengganti setara dengan yang dicuri dan dirusakkan.
Dalam bagian ini collins memberikan pandangan bahwa menurutnya dosa tidak dapat dibawa kemana-mana dan tidak dapat dilepaskan begitu saja karena bukan merupakan objek material .
2. Tentang Imam dan Tugas-Tugasnya.
Upacara penahbisan imam dilakukan selama tujuh hari. lalu setelah itu imam dapat melaksanakan kewajibannya dalam mempersembahkan korban kepada umatnya(pasal 9:1). Dalam pasal 8-10 di paparkan bagaimana tentang penahbisan imam dan tugas-tugas imam tersebut. Dalam bagian ini, juga dituliskan bahwa dua anak Harun mati karena menyalahi aturan tata cara mempersembahkan korban(pasal 10:1-7).Aturan mengenai penahbisan mencakup pakaian hingga tata cara yang diperintahkan Tuhan kepada Musa(pasal 8:4). Selain aturan mengenai penahbisan, ada juga larangan-larangan terhadap imam pada pasal 10:8 yaitu meminum minuman keras dengan maksud bahwa seorang imam harus mengetahui yang kudus dan yang najis(10:3). Dari hal ini dapat diasumsikan bahwa menurut kitab Imamat bahwa pada konteks saat itu minuman keras adalah barang najis untuk seorang imam.
3. Hukum-Hukum Untuk menjaga Kekudusan Bangsa Israel.
Kekudusan bangsa Israel sangat diberikan hukum untuk menjaga kekudusannya. Hal ini diasumsikan karena kesadaran bahwa bangsa Israel merupakan bangsa pilihan. Kekudusan bangsa Israel dalam kitab imamamat di mulai dari hukum makanan yang haram dan tidak haram, pentahiran dan hari raya perdamaian.Pada pasal-pasal ini merupakan petunjuk secara rinci bagaimana umat Israel dapat di terima alah dengan wujud yang tidak najis secara ritual, penyakit, atau karena menyentuh sesuatu atau seseorang yang najis.Dalam pasal 11, makanan di tentukan, mana makanan yang haram dan halal, tahir dan najis. Binatang yang halal merupakan binatang pemamah biak yang dan berkuku belah (dalam Ulangan 14:3-21 dijelaskan lebih spesifik), selain dari pada itu merupakan binatang haram. Ada juga aturan makanan berupa segala sesuatu yang hidup di air(11:9-21), yang dimana yang dapat dimakan adalah ikan bersisik dan bersirip saja. Semua aturan mengenai makanan ini dilakukan demi menjaga kekudusan karena Tuhan Allah juga kudus(pasal 11:44).
Pentahiran juga termasuk dalam menjaga kekudusan yang memiliki aturan-aturan yang terdapat dalam pasal 12-15. Dimulai dari pentahiran setelah melahirkan anak yang dimana masa kenajisan anak diatur berdasakan jenis kelamin. Anak laki-laki memiliki masa kenajisan selama 7 hari sedangkan perempuan 30 hari, tidak ada kejelasan yang dapat menjelaskan perbedaan ini. Lalu jenis penyakit yang dianggap najis yaitu kusta(13:3), penyakit kulit yang meluas berupa bintil-bintil(13:8), barah(13:18-19), luka-luka bakar yang terinfeksi, penyakit pada kepala atau janggut. Selain itu juga terdapat cara-cara dalam metahirkannya.
4. Hari Raya Perdamaian
Hari raya perdamaian (Yom Kippur) dilakukan hari kesepuluh tishri pada perayaan musim gugur. Hari ini merupakan hari dimana umat menyatakan kesedihan karena dosanya melalui puasa dan imam menyucikan Tempat Maha Kudus dengan mengorbankan seekor lembu jantan untuk dirinya sendiri dan seekor lagi untuk umat.Seekor kambing jantan yang akan dilepaskan di gurun. Dalam pasal 16 kambing itu diberikan kepada Azazel yang berkemungkinan berarti nama roh jahat atau jin yang tinggal di padang gurun
5. Hukum Kesucian.
Dalam pembagian yang ketiga ini(pasal 17-26) terdapat bagian yang paling penting yaitu “kuduslah kamu sebab Aku, Tuhan, Allahmu kudus”(19:2). Bagian ini juga memiliki ciri khas dimana dalam setiap bagiannya didahului dengan “ Tuhan menyuruh musa untuk menyampaikan ( וַיְדַבֵּ֥ר יְהוָ֖ה אֶל־מֹשֶׁ֥ה לֵּאמֹֽר׃ (Lev 17:1 WTT)). Menurut Collins, pada pasal 17 terdapat aturan atau kode kekudusan(holiness code). Dalam pasal 17 merupakan hal-hal yang menyangkut tentang tempat menyembelih dan mempersembahkan korban juga larangan terhadap makan darah dan bangkai. Pada pasal 18 oleh LAI diberi judul “kudusnya perkawinan” namun pada edisi BMIK diberikan judul “Persetubuhan yang dilarang”. Pada bagian ini dituliskan hal-hal yang menyangkut mengenai perzinahan yang didalamnya juga termasuk perbuatan mesum(18:17). Pada pasal 19-22 berisikan tentang etika dan kekudusan. Dimana menurut collins bahwa kekudusan tidak dapat dipisahkan dari bangsa dan juga merupakan syarat-syarat dalam berperilaku etis .Pada pasal 23 terdapat kalender perayaan-perayaan yang dilaksanakan oleh suku Israel, yaitu paskah(23:5), roti tak beragi(23:6-8), hasil panen(23:9-14), pantekosta(23:15-22), perayaan terompet(23:23-25), hari perdamaian (23:26-32), hari raya pondok daun(23:33-45).
6. Nazar
Pada Imamat pasal 26 berisi mengenai hal yang menyangkut pada berkat, kutuk dan pada pasal 27 berisi mengenai nazar. Berkat sebagai hal yang dijanjikan bagi orang-orang yang yang taat kepada Tuhan dan hukuman atau kutuk bagi yang tidak mematuhi hukumnya. Dan pada pasal yang terakhir terfokus pada janji-janji yang telah di ucapkan kepada Tuhan dan persembahan-persembahan yang bersifat wajib pula.
Bilangan
Menurut Blommendal kitab ini berisikan tentang ceritera-ceritera dan hukum-hukum mengenai keimaman. Wal וַיְדַבֵּ֙ר (Num 1:1 WTT)aupun merupakan sebagian kelanjutan kitab Imamat, namun kitab Bilangan berbeda denga Imamat. Bilangan tidak seluruhnya berisi tentang hukum-hukum dan ceritera kuno. Bilangan berisi tentang campuran hukum dari zaman yang muda, dan ada pasal yang berisikan mengenai hukum yang mengatur hal mengenai korban.
Bilangan berisikan tentang perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Umat Israel yang belajar dalam perjalanan bagai mana seharusnya diri mereka menurut kehendak Tuhan dan disana para imam dibantu oleh orang Lewi. pada kitab ini umat mengetahui siapa yang akan memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan. Dalam perjalanan ini tentunya tidak semua yang menuruti semuat aturan-aturan yang sebelumnya di tetapkan(Imamat). Bahkan mereka memberontak dan bersekongkol untuk menyingkirkan Harun dan Musa. Oleh karena dosa mereka itu, bangsa Israel harus menggembara selama 40 tahun lamanya menuju tanah kanaan. Banyak pelajaran yang didapatkan oleh bangsa Israel, yaitu tentang berkat dan hukuman dalam menaati dan melanggar peraturan dan hukum. dan dalam kitab ini juga terdapat beberapa peperangan yang terjadi.
Bloomendal membagi kitab Bilangan atas lima bagian yaitu:
1. Lanjutan Kitab Imamat.
Sama seperti Imamat yang berasal dari sumber P, bagian ini(pasal 1:1-10:10) juga berasal dari tradisi P. Hal ini juga terlihat dari susunan bahasa dalam kalimat pembuka perikop pada bagian ini yang hampir mirip dengan kitab Imamat. Dalam beberapa perikop bagian ini yang di awali dengan kata “Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun...” וַיְדַבֵּ֣ר יְהוָ֔ה אֶל־מֹשֶׁ֥ה וְאֶֽל־אַהֲרֹ֖ן לֵאמֹֽר:
Pada bagian ini diawali dengan keadaan Israel yang meninggalkan mesir namun masih berkemah di Gunung Sinai. Dalam pasal 1 diperintahkanlah Musa untuk menghitung jumlah bangsa itu. Disekitar kemah, ditetapkanlah posisi suku-suku tersebut. Pada saat itu dilakukan Musa dan Harun melakukan sesnsus terhadap umat Israel yang dibantu oleh pemimpin suku.Suku Lewi yang juga tidak dicatat dan dihitung (1:47) namun diberikan kewajiban lalu dikuduskan oleh Tuhan. Lalu ditetapkanlah urutan suku yang mengelilingi kemah suci itu.
Pada pasal 5-9, merupakan perintah untuk umat. Umat menerima berbagai perintah yaitu diantaranya,peraturan khusus untuk suami yang pencemburu(5:11-30), Janji khusus yang diambil orang untuk menjadi nazir, yaitu orang yang mengkhususkan dirinya bagi Tuhan(6:1-21), dan mengenai proses penahbisan imam-imam Israel dan orang Lewi(7:1-89). Juga mereka mendengar perintah mengenai perayaan paskah saat bersiap-siap meninggalkan gunung sinai(9:1-14).
2. Sejarah mengenai bangsa Israel di Padang Gurun
Perjalanan bangsa Israel dimulai dari gunung sinai menuju tanah Kanaan.Walaupun mereka merupakan bangsa pilihan, bukan berarti mereka terlepas dari sifat-sifat manusiawi yang mereka miliki. Mereka bersungut-sungut dan memberontak. Pemberontakan dan sungut-sungut yang dilakukan oleh bangsa Israel membuat bangsa ini mendapatkan nyala api dari Tuhan diantara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan.
Sungut-sungut bangsa Israel disini ternyata bukanlah dari bangsa Israel namun dari “bajingan” yang ada diantara mereka(pasal 11:4). Bajingan disini merupakan orang asing yang mengikuti bangsa Israel dari tanah Mesir dan mengingat dan merindukan yang mereka dapatkan di Mesir. Bukan hanya itu, “bajingan” tersebut bersungut-sungut yang membuat bangsa Israel bersungut-sungut juga. Dalam kemarahan lewat api yang mengelilingi kemah, Tuhan masih mengasihi bangsa ini. Hal ini terlihat dari pemberian Tuhan kepada Israel berupa manna.Dalam Kel 16:4 manna berupa biskuit/roti kecil berwarna putih dan manis. Mannadiberikan Tuhan secara cuma-Cuma dan juga makanan lainnya berupa burung puyuh yang banyak memenuhi perkemahan itu. Namun pada saat itu Tuhan marah(lagi) karena bangsa Israel seperti tidak menaruh kpercayaan bahwa nantinya Tuhan akan memberikan makanan terus menerus.
Sebelum mereka menuju tanah Kanaan, diutuslah kedua belas pengintai untuk melihat seberapa kuat orang-orang disana dan seberapa subur tanah di Kanaan(pasal 13:18-20). Kemudian keduabelas pengintai kembali ke perkemahan membawa anggur, delima, dan ara. sepuluh dari duabelas pengintai kembali dengan membuat laporan yang menyebabkan Israel takut dan akhirnya memberontak kepada Musa. Pada saat itu, ada dua orang pengintai yaitu Yosua dan Kaleb yang mencoba menenangkan bangsa Israel namun gagal. Tindakan bangsa Israel tersebut membuat perjalanan mereka lebih panjang menjadi empatpuluh tahun(pasal 14:33).
Pada pasal 15:22-31 di jelaskan mengenai kesalahan yang dilakukan diluar pengetahuan(ketidak sengajaan) tetap melanggar hukum Tuhan dan tetap memberi persembahan berupa korban.Dalam pasal 16 terdapat pemberontakan yang dilakukan oleh Korah, Datan dan Abiram. Israel dalam pimpinan mereka menimbulkan pemberontakan terhadap Musa dan Harun. Pada bagian ini dikatakan bahwa dalam masa pemberontakan yang dilakukan pemimpin Israel ini, Tuhan memberikan hukuman yang dimana tanah tempat mereka berpijak terbelah dan menelan mereka bersama dengan harta benda mereka(pasal 16:32). Bukan hanya itu saja, didekat ukupan juga terjadi tulah karena muka Tuhan(pasal 16:46).
3. Bileam
Bileam adalah seorang peramal yang handal yang dimana dikatakan dalam pasal 22:6 bahwa siapapun yang diberkati Bileam akan terberkati dan siapapun yang dikutuk akan terkutuk. Pada masa itu, Bileam disuruh oleh Balak yang merupakan raja Moab untuk mengutuk bangsa Israel. hal ini dikarenakan oleh ketakutannya akan jumlah bangsa Israel yang banyak dan menurutnya akan mengambil alih semua lembu, sapi serta tumbuh-tumbuhan hijau dipadang yang merupakan miliknya (pasal 22:4-5). Dalam pasal 22 ini juga dituliskan bahwa Tuhan melarang Bileam untuk pergi. Bileam dipanggil lagi dan akhirnya dia ikut. malaikan Tuhan menampakkan diri sebanyak tiga kali kepada keledainya yaitu dijalan, ditengah kebun anggur, dan di tempat yang sempit dan sebanyak tiga kali pula Bileam memukul keledainya itu. Dan Bileam dapat melihat malaikat Tuhan itu dan berkeingina untuk pulang, namun ia diharuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Bileam bertemu dengan Balak dan mengatakan kepadanya bahwa dia akan mengucapkan perkataan yang akan dikatakan oleh Tuhan kepadanya.
Dalam pasal 23-24 dituliskan bahwa Balak empat kali membawa Bileam keatas bukit. untuk melihat tentara Israel agar ia mengutukinya, tetapi empat kali pula Bileam memberkati Israel.
4. Peristiwa dan Peraturan.
Pembagian ini diawali Blommendal melalui pasal 25. Dalam pasal 25 di ceritakan mengenai kehidupan bangsa Israel yang berzina dengan perempuan Moab. Selain itu mereka ikut menyembah allah orang-orang itu. Oleh tindakan bangsa Israel, bangsa ini mendapatkan tulah dari Tuhan(pasal 25: 8).
Pada saat memasuki Kanaan, Musa digantikan Yosua yang dipilih oleh Tuhan. Kemudian laki-laki Israel dihitung untuk kedua kalinya. Saat itu mereka menerima hukum-hukum tentang hari raya keagamaan dan berjanji kepada Tuhan. Hukum mengenai perayaan mencakup hal korban pagi dan petang, korban sabat dan bulan baru juga korban pada hari dari raya juga mengenai hukum terhadap hak waris perempuan. Sedangkan hal mengenai janji kepada Tuhan mencakup nazar kaum perempuan. Lalu pada pasal 31 dituliskan mengenai bangsa Israel yang melawan orang median dan menetap ditanah sebelah timur sungai Yordan.
5. Tambahan
Pada Blommendal pembagian ini dimasukkan kedalam bagian tambahan. Tambahan yang dimaksudkan di mulai dari pasal 33-pasal 36. Mengapa? Karena pada pasal 33: 2 di tuliskan bahwa musa menuliskan ringkasan mengenai perjalanan bangsa Israel dari mesir hingga Kanaan. secar spesifik, Musa menuliskan perjalanan mereka dari satu persinggahan ke persinggahan lainnya. Selain itu pada bagian ini terdapat pula hal-hal mengenai pembagian tanah Kanaan, kota-kota orang Lewi dan kota-kota perlindungan, syarat perkawinan anak perempuan yang memiliki hak waris.
ULANGAN
Kitab Ulangan banyak diartikan sebagai menempati posisi penting dalam Perjanjian Lama. Kitab ini melanjutkan kisah umat Allah yang sudah dimulai dari kitab Keluaran. Kitab Ulangan mengacuh kembali pada apa yang telah dikerjakan Tuhan. Namun, perkataan Musa juga mengarah kedepan dan menjadi pengajaran bagi generasi mendatang. Kitab ini juga menjadi dasar dan pendahuluan bagi sejarah Israel yang tercatat dalam kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Raja-raja.
Dalam Pentateukh, Ulangan berdiri sendiri. Beberapa sumber mengatakan bahwa Ulangan mungkin kitab pertama yang diakui sebagai kitab suci. Namun seringkali disebut bahwa Ulangan merupakan pengUlangan dari kitab-kitab sebelumnya , namun sebenarnya pengUlangan itu hanya terdapat pada beberapa pasal dan selanjutnya merupakan lanjutan dari kitab-kitab selanjutnya. Kitab ini dikatakan oleh Blommendal sebagai kitab Ulangan dan reformasi Yosia karena ada bagian dari kitab Ulangan yang merupakan dasar bagi reformasi Yosia yang lebih dikenal sebagai Reformasi Deuteronomistis.
1. Mengulas Kejadian Lampau
Pada bagian ini terdapat dua pendahuluan, dimana keduanya tergabung. Pendahuluan yang pertama membentuk pendahuluan yang historis, sedangkan yang kedua adalah gabungan dari khotbah-khotbah.
a. Pendahuluan yang Pertama
Bagian ini terdiri dari pasal 1-4:43. pasal 1:1-5 berupa pendahuluan singkat tentang kitab Ulangan yang dimulai dengan cerita ketika orang Israel berkemah di gurun Moab, di timur sungai Yordan, setelah meninggalkan perbudakan Mesir selama 40 tahun. Dalam bagian ini juga Musa memaparkan bagaimana generasi pertama orang Israel yang tidak setia selama 40 tahun berada di gurun. Namun generasi pertama telah meninggal karena sungutan dan pemberontakan. Musa juga mengatakan kesetiaan Allah yang selalu mencukupkan kebutuhan mereka sehingga dapat bertahan hidup. Pada pasal 4, Musa menasehati generasi yang baru dari umat Israel untuk taat kepada Tuhan sehingga mereka dapat mendiami tanah Kanaan. Hal yang sangat ditekankan oleh Musa ialah jangan sampai bangsa Israel menyembah ilah lain.
b. Pendahuluan yang Kedua
Bagian ini dimulai dengan perkataan Musa mengenai inti agama Israel yaitu Hukum Taurat yang diberikan Allah kepada Musa dan umat.Inti agama itu diawali dengan Sepuluh Firman yang akan dilanjutkan dengan khotbah tentang pentingnya perintah pertama dan kewajiban Israel untuk menyembah Allah saja. Kitab Ulangan berisi dua perangkat aturan, pada pasal 5-11, merupakan hukum-hukum dasar yang akan dispesifikkan pada perangkat aturan kedua, pada pasal 12-26.
Pada pasal 5, jelas menyatakan hukum-hukum dasar dala Sepuluh Firman yang sepertinya hampir seluruhnya mengulang Keluaran 20. Pada pasal 6 menurut Collins, memiliki kalimat khusus yaitu, “dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan Allah dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.” Dalam pengertian Collins, kalimat ini tidak memiliki ciri monoteisme, tetapi memiliki kemungkinan kepada Allah lain. namun Collins juga mengataka bahwa kesetiaan bangsa Iserael hanyalah kepada Tuhan.
Pada pasal 7- 11, merupakan bagian dari hukum dasaryang merupakan bahan refleksi dari pengalaman bangsa Israel.
2. Pusat Kitab Ulangan
Pada bagian ini (pasal 12-26), merupakan paparan hukum yang lebih rinci, dibandingan dengan pasal 5- 11. Hukum-hukum ini berfokus pada beberapa hal, yaitu ibadah sejati, peran para pemimpin, hukum-hukum sipil, hukum-hukum kekudusan, dan merayakan perjanjian dan janji-janji Allah. Pada pembagian ini, terlihat bahwa pasal 12- 26 yang lebih ditekankan adalah bagaimana seharusnya bangsa Israel hidup sebagai umat Allah, karena itu tak heran jika isinya didominan oleh hukum tersebut diatas. Beberapa hukum tersebut telah dipaparkan dalam kitab0kitab berikutnya, namun beberapa hukum yang lain melengkapi hukum yang sudah dipaparkan tersebut. Hukum-hukum dan peringatan yang lain tersebut, diantaranya:
• Persembahan persepuluhan (14:22-29). Setelah pada awalnya bangsa Israel diberikan hukum mengenai persembahan korban bakaran, kembali lagi mereka diberi peringatan mengenai pemberian persembahan persepuluhan, dari hasil tanah atau ladang mereka. persembahan tersebut selain dibawa ke tempat peribadatan, juga harus selalu berada dalam kota tersebut untuk diberikan kepada orang Lewi dan orang-orang miskin.
• Bangsa Israel diperingatkan pula untuk menghapuskan hutang sesamanya yang selama tujuh tahun tak bisa membayar hutangnya.
• Di dalam Ulangan, perayaan dispesifikkan lagi menjadi tiga perayaan yang utama, yaitu hari raya paskah, hari raya tujuh minggu, dan hari raya pondok daun.
• Terdapat pula pengadilan tertinggi yang bertujuan untuk memutuskan perkara-perkara yang sukar yang akan diputuskan oleh hakim-hakim. Dimana ada anggapan bahwa Allah memilih tempat itu, juga hakim serta imam yang mengartikan hukum. perkara dibawa kesitu dengan anggapan bahwa putusan yang diambil merupakan putusan Allah.
• pada kitab sebelumnya, telah ada peraturan mengenai seorang nabi dan imam, namun secara spesifik, Collins memaparkan dalam pasal 18: 15 bahwa standar seorang nabi adalah “nabi seperti Musa”
• Collins mengelompokkan pasal 22-26 terghadap kemurnian. Kemurnian yang didalamnya mencakup hal tolong-menolong, perkawinan dan hubungan seks, perceraian.
4. Upacara di Sikhem
Pada bagian ini terdiri dari pasal 27 dan 28 dimana Musa memberikan ucapan atau menerangkan sebuah upacara untuk memperbaharui perjanjian yang dibuat Tuhan dengan bangsa Israel di gunung Sinai. Pada bagian ini terdapat aturan, dimana upacara harus diadakan digunung Ebal dekat Sikhem. pada bagian ini juga dituliskan bahwa Musa memberikan dua daftar. yang pertama merupakan daftar berkat (pahala-pahala material) yang akan didapatkan Israel jika memelihara perjanjian (pasal 28: 1-14) dan yang kedua adalah daftar kutuk yang jauh lebih panjang yang didapatkan bangsa Israel jika mereka tidak memelihara perjanjian.
5. Kata-kata perpisahan oleh Musa
Bagian ini terdiri dari pasal 29 dan 30. Kata-kata perpisahan dari Musa dapat dikatakan berupa pidato. Pidato merupakan ringkasan pidato-pidatonya yang terdahulu, diamana mengingatkan kembali kepada umat bahwa Allah telah membebaskan dan memimpin mereka dari Mesir melalui gurun. Pidato ini juga mengingatkan bahwa Allah telah berjanji menjadi Allah mereka (pasal 29: 13). Selain itu, Musa juga mnegingatkan umat bahwa keputusan yang diambil umat akan memberi akibat atau konsekuensi. Hal terakhir yang disampaikan oleh Musa pada pasal 30:20 adalah mengingatkan umat tentang kesetiaan umat kepada Tuhan yang mempengaruhi keadaan bangsa Israel.
6. Tambahan
Bagian ini terdiri dari pasal 31-34. Hal ini merupakan tambahan karena menjelang kematian Musa, ia telah megatur beberapa hal untuk masa depan Israel. Hal-hal tersebut antara lain, pengalihan kepemimpinan kepada Yosua, pesan agar umat membaca dan menaati taurat sepenuhnya, menyanyikan pembebasan Israel oleh Allah, memberkati suku-suku Israel.
Setelah Musa meninggal, bersama Yosua, bangsa Israel menaklukkan tanah Kanaan dan mendapatkan hukum baru yang disimpan dalam tabut perjanjian dan dibacaka dalam pertemuan khusus tiap tujuh tahun.
Nyanyian Musa pada pasal 32 berbentuk sebuah gugatan atau protesan yang berisi bahwa Allah menuduh Israel tidak setia pada perjanjian mereka.Selain gugatan, Musa menyampaikan berkat dalam bentuk puisi dan Musa memohon agar Allah terus memberkati setiap suku Israel.
Pasal terakhir, yaitu 34 berisikan kematian Musa, diamana ia mati di tanah Moab. Msa mati saat memandang tanah perjanjian yang tidak boleh dimasukinya. Terdapat tambahan dalam pasal 34, dimana terdapat perkataan untuk menghormatinya menutup kelima kitab taurat yang disebut kitab Musa.
Daftar Pustaka
Blommendal,J , 1979, Pengantar Kepada Perjanjian Lama,Jakarta:BPK Gunung Mulia
Collins,John J .2004. An Introduction To The Hebrew Bible. Minneapolis: Fortrees Press
Calvin Dan Perannya dalam pendidikan
Yohanes Calvin
Yohanes Calvin merupakan salah satu reformator gereja yang saat ini pengajarannya dianut oleh banyak gereja dengan nama Calvinisme. Calvin merupakan reformator dengan masa hidup dari tahun 1509-1564. Calvin merupakan seorang sarjana hukum yang tertarik pada teologi. Ia merupakan pengagum Erasmus dan Humanisme,hal ini terlihat juga dari karangan-karangan Calvin melalui pemikiran mereka. Selain itu Calvin menjadi pengikut Luther sehingga membuat Calvin diusir dari tempat dia berasal dan menjadi pedeta di kota Jenewa(Swis). Dan tidak dapat dipungkiri bahwa Calvin menghargai dan sangat menghormati Luther sebagai guru besarnya.
Yohanes Calvin membuat kota Jenewa menjadi lambang bagi gereja reformasi yang diprakarsai olehnya. Dalam prosesnya ia mulai berusaha mengatur seluruh kehidupan warga Jenewa menurut cita-cita teokrasi (kekuasaan Allah atas seluruh kehidupan). Hal ini diawali dengan sependapatnya Calvin dengan Luther dalam hal pembenaran oleh iman yang membuat Calvin menekankan “penyucian”. Pengajaran Agama Kristen yang disusun oleh Calvin merupakan buku yang paling membuatnya dikenal merupakan buku yang bukan hanya berisikan tentang risalah, tetapi keseluruhan sikap yang saleh.
Di Jenewa Usaha-usaha dalam mengatur kehidupan jemaat terlihat dari tindakannya yaitu 1) menyusun tata gereja baru dan 2) menentang sesuatu yang tidak sopan dalam jemaat. supaya Allah dihormati. Dalam pengaturan ini, Calvin juga membuat empat jabatan bagi gereja yaitu pendeta, doktor/guru, penatua, diaken/ syamas.
Lima Dasar Pendidikan Agama Kristen
Walaupun beberapa tindakannya dalam mereformasi gereja mengandung hal-hal yang menurut penulis tidak mencerminkan kasih dari iman seorang kristiani, namun buah pikirannya terhadap pendidikan dan gereja bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng. Kepeduliannya terhadap kepedulian ini juga terlihat keinginannya mendirikan salah satu akademi bermutu yang mencakup taraf pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Hal ini diwujudkannya dengan usahanya mengumpulkan dana dari banyak dompet warga khususnya di Jenewa. Dan pada Tahun 1563 terbangunlah gedung yang dia inginkan untuk proses belajar mengajar itu untuk para pelajar dan pengajar.
Dalam usaha-usaha dalam bidang pendidikan, ada juga hal yang perlu di perhatikan dari pendidikan melalui pengajaran Calvin, yaitu dasar teologi. Ada dasar-dasar teologi yang mendasari pendidikan Pendidikan Agama Kristen.
- Pertama adalah kedaulatan Allah yang dimana Allah dinyatakan Allah yang berdaulat atas dunia karena Allah-lah yang menciptakan segala yang ada. Namun dalam hal ini Boehlke berpendapat bahwa yang dimaksudkan Calvin bukan berarti manusia menjadi boneka dan Allah menjadi dalang.Namun Allah memberikan tugas untuk memelihara dunia ini berikut dengan dirinya sendiri.
- Kedua Alkitab sebagai Firman Allah yag membuat Calvin bependapat bahwa sumber pengetahuan didapati dari Alkitab Firman yang tertulis. Namun Firman tidak hanya terbatas pada Alkitab, tetapi juga perkataan-perkataan manusia yang dapat berupa firman yang diberitakan. Alkitab yang merupakan pokok isi pendidikan agama kristen menjadi tolak ukur dalam proses pelaksanaan pembinaan warga jemaat.
- Ketiga Ajaran tentang manusia. mengenai ajaran tentang manusia, Boehlke membagi atas dua bagian yaitu, manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang segambar dengan Allah dan manusia yang kemudian jatuh dengan dampak luas yang tersirat didalamnya. Dalam hal ini, identitas manusia belum lengkap karena manusia hanya dikenal dalam pribadi Yesus. Walaupun tidak hanya bisa dipandang unsur kemanusiaannya namun Boehlke melihat bahwa tindakan Yesus dan gaya bertindaknya menyatakan maksud Allah semula untuk manusia. Selain itu dalam bagian ini Boehlke juga mengutip perkataan Calvin bahwa Kristus menjadi teladan yang harus kita ikuti. Dalam pengabdian tersebutlah terdapat proses belajar.
- Keempat, Ajaran gereja yang dimana dalam pengajaran Calvin mendasarkan kepada gereja yang “am”. Gereja merupakan persekutuan orang-orang terpilih yang didalamnya dididik dengan sarana kebaktian. Khotbah merupakan sarana untuk menginjili dan mendidik jemaat. pengaplikasian terhadap didikan tersebut terdapat dalam tindakan-tindakan kasih demi sesama manusi dalam kehidupan sehari-hari.
- Kelima, ajaran tentang gereja dan negara yang dimana calvin menanamkan bibit demokrasi. dalam hal ini dimaksudkan juga bahwa gereja tidak mendominasi negara dan negara tidak mendominasi gereja. Namun gereja tetap mengajarkan keseluruhan dari kebudayaan kepada gereja.
Pendidikan Agama Kristen
Dalam institutio yang merupakan karya yang membuat Calvin terkenal, tidak luput dari hal-hal yang menyinggung kepada pendidikan. Hal-hal mengenai sumber pendidikan tersebut, tetapi juga isi-isi pendidikan, tenaga pendidik, jabatan, hingga cara pendidik dihunjuk. Dalam memaparkan hal-hal tersebut, Calvin mengawali dengan pendapatnya dalam hal mengapa sebagai orang kristen butuh pendidikan.
Tetapi, kita tidak terdidik dan lamban, dan akal kita tidak tetap, sehingga kita memerlukan sarana dari luar agar dalam diri kita dilahirkan dan ditumbuhkan iman dan iman itu maju sampai tercapai tujuan terakhir.
Mengacu pada Efesus 4:10-12 “Dan Ia yang sudah turun itu, Ialah juga yang naik sampai ke tempat yang jauh lebih tinggi dari segala langit sehingga seluruh alam semesta terisi dengan kehadiran-Nya. Ialah yang "memberi pemberian-pemberian kepada manusia"; sebagian diangkat-Nya menjadi rasul, yang lain menjadi nabi; yang lain lagi menjadi pemberita Kabar Baik itu, dan yang lain pula diangkat-Nya menjadi guru-guru dan pemelihara jemaat.Ini dilakukan-Nya supaya umat Allah dilengkapi sepenuhnya agar dapat melayani Tuhan dan membangun tubuh Kristus.” Dimana Calvin melihat bahwa Allah menghendaki umat menjadi dewasa dengan cara pendidikan gereja. Hal ini diasumsikan penulis bahwa Calvin memusatkan sumber pendidikan adalah Pengajaran Gereja.
Seperti yang telah dipaparkan pada paragraf-paragraf sebelumnya bahwa Calvin menetapkan empat jabatan di gereja sesuai dengan Efesus 4:11. Hal ini ia lihat penting dan memilih manusia sebagai alat pengajar karena melihat bahwa manusia merupakan alat dan menjadi utusan pribadi Allah. Namun tidak dapat dilepaskan bahwa pada hakekatnya Allah sebagai pemengang kekuasaan tertinggi dalam pendidikan
Jalan satu-satunya untuk membina Gereja adalah dengan pelayan gereja sendiri berupaya untuk mmemelihata bagi Kristus wewenang yang menjadi hak-Nya. wewenang ini dapat tetap aman apabila hanya bila Dia dibiarkan memiliki apa yang diterimaNya dari Bapa, yaitu menjadi satu-satunya Guru didalam Gereja.
Dalam karangan Boehlke melihat tujuan pendidikan yang dimiliki oleh Calvin. Tujuan dilihat merupakan sebagai sesuatu yang akan didapatkan sebagai hasil akhir yang dapat dicapai. Hal ii dilihat oleh Boehlke melalui pendapat Calvin sebagai identitas yang dimiliki oleh manusia. Manusia sebaiknya mengingat bahwa dirinya bukanlah kepunyaan dirinya sendiri melainkan kepunyaan Tuhan. Oleh sebab itu manusia sebaiknya tidak mengutamakan jiwanya tetapi Tuhannya. Dalam Efesus 4: 11-16 yang merupakan tolak ukur untuk pendidikan, Calvin memiliki asas tersendiri untuk mendukung tujuan pendidikan tersebut. Asas yangtersebut agar putra-putri dididik oleh gereja dan mengambil bagian dalam gereja.
Para pelajar yang dibagi oleh Calvin menjadi empat golongan yaitu anak didik, kaum muda, remaja orang-orang dewasa. Dan ternyata bukan hanya kaum awam yang membutuhkan pendidikan, tetapi juga golongan pengajar dan pendeta degan tujuan agar pelayan di gereja merupakan orang yang terpelajar.
Kurikulum Calvin menurut Boehlke mencakup akan empat hal besar yang menjadi pokok kurikulumnya yaitu Iman, Hukum, Doa, dan Sakramen-sakramen. Kurikulum yang dimiliki oleh Calvin tersebut disusun dalam rupa Katekismus yang disiapkan untuk pendidikan untuk mendidik kaum muda. Katekismus tersebut juga agar anak didik diperlengkapi dengan iman Kristen. Katekismus ini juga disebut Katekismus Heidelberg (1563) yang menurut data salah satu buku sejarah dibuat atas perintah Friedrich III untuk mengembangkan dan memajukan Calvinisme di Palatinat(salah satu negara Jerman).
Metode yang sangat dijunjung tinggi oleh Calvin adalah khotbah. Menurut penulis hal itu dikarenakan oleh pendapat Calvin yang memusatkan pendidikan yang menitik beratkan pada pengajaran gereja. Penulis setuju dengan pendapat Boehlke yang mengatakan bahwa mimbar dan meja perjamuan kudus merupakan pusat perhatian.
Analisis Penulis
Penulis melihat secara metode dan teori Calvin memang sangat ketat dalam hal pengajaran. Dapat dilihat dalam aksi-aksinya pada masa reformasi, sehingga ia dianggap melakukan penyesatan dan satu orang dibakar karena pengajarannya yang sangat ketat.
Selain pada masa reformasi, ketatnya pengajaran dalam bidang pendidikan dapat diketahui dari catatan Boehlke mengenai sekolah yang dibangun oleh Calvin yaitu Akademi Jenewa. Calvin membagi akademinya atas dua sekolah, yaitu schola privata dan schola publica. Penulis cukup tertarik dengan hal-hal yang terjadi dalam akademi ini. Sistem dan peraturan-peraturan akademi ini dibuat khusus oleh Calvin walaupun menurut salah satu buku sejarah Calvin memakai pola pendidikan si Stasburg ketika ia berkunjung atas undangan Martin Bucer.
Peraturan yang dibuat mencakup hal-hal yang sangat mendetail, yaitu dimulai dari hal pelajar, proses belajar mengajar hingga pengajar. Dari segi pendidikan memang ini dapat dievaluasi, namun menurut penulis ini cukup lebay, karena menimbulkan rasa tidak nyaman. Peraturan ini menurut McNeill yang dituliskan kembali oleh Boehlke dalam bukunya memiliki dua maksud pokok yaitu 1)menentukan suasana belajar yang cederung menghasilkan keuntungan sebanyak mungkin bagi pihak pelajar dan pengajar, dan 2) melatih pelajar bertindak sesuai peraturan, agar gaya hidup berdisiplin itu menjadi biasa bagi mereka sesudah tamat.
Seperti yang telah dikatakan oleh penulis bahwa kedua maksud pokok tersebut hanya dapat dievaluasi saja secara tekhnis dan teori, namun dari pelajar tidak dapat dilihat apakah benar-benar dapat dievaluasi. Misalnya kedisiplinan apakah membuat sebagai habit ataukah hanya menekan sang pelajar dalam proses pendidikannya.
Walaupun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan yang dibagi atas dua sistem tersebut banyak peminat dari berbagai negara, Prancis, Inggris, Skotlandia, Belanda, Jerman, Swis dan Italia. Hal ini juga diungkapkan oleh Boehlke menjadi penyebab Akademi tersebut menduduki tempat tinggi dalam sejarah pendidikan pada umumnya dan dalam sejarah pendidikan agama pada khususnya.
Akademi ini dilihat penulis tidak dapat dilaksanakan pada setiap konteks budaya dan aliran(pada awalnya Calvin mengarah pada setiap jenis pendidikan). Mungkin dalam hal ini dapat dilihat konteks Jenewa yang tidak terlalu beragam dan hal ini dapat dilaksanakan secara ketat oleh Calvin, namun dalam negara atau daerah dengan kebudayaan dan agama yang plural, menurut penulis hal ini sangat sulit dikarenakan paham dan pemahaman yang berbeda.
Pengalaman Penulis
Calvin merupakan reformator gereja saya GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) dan secara otomatis GBKP menganut aliran Calvinis. Aliran ini sangat melekat hingga sekarang, khususnya di daerah pusat GBKP berasal yaitu Sumatera Utara. Hal ini dilihat dari gereja-gereja yang merupakan bagian dari sinode GBKP yang sangat mengikuti peraturan dari sinode.
Peraturan-peraturan tersebut secara langsung mengikuti hal-hal yang terdapat dalam pengajaran Calvin. Dalam hal ini penulis hanya melihat pada bagian pendidikan. Dalam bidang pendidikan pokok-pokok pengajaran Calvin juga terdapat dalam pendidikan di gereja. Hal yang pertama terlihat adalah pendidikan pada pengajar yang berpusat pada pelayan dibidang khotbah. Sesuai dengan pokok pengajaran Calvin yang menginginkan dan mengharus kepada pelayan yang terpelajar, gereja juga mengharuskan demikian. Sesuai dengan pengalaman penulis ketika pengamatan jemaat, dimana pelayan-pelayan yang belum berpengalaman dan berpendidikan masih diragukan dalam hal berkhotbah dan memimpin PA. Selain pelayan khotbah yang harus terpelajar, majelis yang juga menjadi pelayan di gereja juga hingga saat ini diberikan pendidikan khusus oleh sinode semacam “pembekalan” yang menurut penulis agar memenuhi syarat “terpelajar” yang dimaksud oleh Calvin. Hal ini bukan hanya satu atau dua kali, namun setiap pergantian periode kepengurusan. Selain itu, GBKP juga memiliki buku Persiapan Khotbah untuk para majelis.
Ternyata bukan hanya pelayan yang langsung berhubungan dengan jemaat yang harus terpelajar, tetapi juga dibidang komisi-komisi tertentu. Sepengetahuan penulis, GBKP memiliki “pembekalan khusus” bagi orang-orang yang mengurus dan berhubungan langsung dengan komisi anak, misalnya guru sekolah minggu. Dimana setiap tahun diadakan “pembekalan” atau setidaknya ketika pergantian periode kepengurusan sekolah minggu.
Dalam pendidikan kaum muda dan remaja juga masih dilakukan oleh GBKP lewat katekisasi. Hal ini tidak banyak di ketahui oleh penulis. Tetapi katekisasi yang diadakan oleh gereja sangat mengarah kepada teori-teori bukan penghayatan secara pribadi. Dan bukan itu, kerap kali dalam katekisasi memiliki ujian mengenai teori yang diajarkan dalam proses katekisasi tersebut.
Daftar Pustaka
Berkhof, H & Enklaar, I.H. 2005. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Boehlke, Robert R. 2006. Sejararah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato Sampai IG. Loyola. Jakarta:BPK Gunung Mulia.
Calvin, Yohanes.2008. Institutio:Pengajaran Agama Kristen.Jakarta : BPK Gunung Mulia
End, Th. van den . Harta Dalam Bejana:Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta:BPK Gunung Mulia.
Lane, Tony. 2009.Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Agustinus berperan dalam Pendidikan
Dalam sejarah pendidikan kristiani, menurut saya begitu banyak tokoh yang berperan dari masa Yunani-Romawi hingga sekarang ini. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peran baik kecil maupun besar terhadap perkembangan pemikiran pendidikan formal dan pendidikan kristiani . Tokoh-tokoh tersebut-pun berasal dari berbagai latar belakang daerah dan pendidikan, baik sorang filsuf hingga seorang teolog
Pada makalah ini, saya memaparkan mengenai sejarah dan peran seorang Augustinus dalam pendidikan.
Augustinus (354-430)
Augustinus merupakan seorang teolog yang terbesar yang dimiliki oleh perkembangan kristen setelah Paulus. Dilatar belakangi kelahiran ditengah-tengah orang tua dengan tabiat yang bertolak belakang, Augustinus cenderung mengikuti tabiat dari ayahnya yang adalah seorang kafir. Ayah Augustinus yang memiliki status sebagai orang kafir ini memiliki tabiat yang keras dan memburu hawa nafsu. Namun, ibunya yang bernama Monika seseorang yang taat dan setia dalam pelayanannya.
Dalam dunia pendidikan yang dimiliki oleh Augustinus bahwa pada awal hidupnya ia tertarik kepada aliran ilmu non-kristen dan filsafat. Dalam masa awal ini, Augustinus tidak memiliki ketertarikan pada Alkitab sama sekali,bahkan ia menertawakan perkataa-perkataan Allah di Alkitab ketika ia membacanya. Namun kekristenan itu terus diajarkan kepadanya melalui pendidikan walaupun ia merasa tidak puas pada hal-hal yang diberikan oleh ibunya.
Aliran ilmu non-Kristen yang ia ikuti dan pelajari adalah berupa Manicheisme. Manicheisme adalah agama Persia dengan prinsip dewa utama yaitu terang dan kegelapan . Namun kemampuan yang dimiliki Augustinus dalam bidang intelektual dan dalam menganalisis, ia tidak juga puas dengan prinsip yang ditawarkan oleh Manicheisme. Dan pada akhirnya Augustinus keluar dari agama ini dengan sendirinya dan beralih kefilsafat. Bidang filsafat yang ia ikuti pada awalnya adalah Neo-Platonisme. Neo-Platonisme yang menyediakan pertanyaan-pertanyaan mengenai kebenaran, satu-persatu di jawab oleh Augustinus. Hal ini membuat ia lebih dekat lagi dengan Kristen yang menyadarkan ia bahwa pemahaman mengenai kebenaran oleh Neo-Platonisme sangat berbeda dan pada akhirnya augustinus menetapkan dan mengertikan bahwa kebenaran itu ia dapat dari agama kristen.
Namun penyadarannya tersebut tidak diikuti oleh tindakannya dan pertobatannya hingga satu ketika ia memiliki pengalaman yang membuat ia membaca Roma 13:13b-14 dan pada saat-saat setelah itu ia memulai hidupnya yang baru menjadi seorang pemimpin gereja, teolog termahsyur, guru dan pengarang. Namun tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang imam.
Dengan segala ilmu dan kemampuan di bidang intelektual, Augustinus menulis banyak karangan melawan Manicheisme. hal ini terlihat dari beberapa karangan yang dibuat didasari oleh rasa tidak setuju Augustinus dengan agama itu,karena paling tidak ia pernah merasakan menjadi pemeluk agama itu. Hal ini ia lakukan karena ia merasa bertanggung jawab khusus.
Kisah hidup Augustinus dilanjutkan dengan pertobatannya yang ia dapatkan dari baptisan pada umur 33 tahun. Pada saat itu Augustinus benar-benar tidak punya keiinginan untuk menjadi seorang imam. Hal ini terlihat ketika ia kembali ke Afrika dimana ia berasal dan menghindari tempat yang tidak memiliki uskup. Namun kedatangannya didengar dan Hippo Regius meminta agar Augustinus menjadi presbiter disana.
Pengaruhnya terhadap teologi sangat besar. Ia mempengaruhi lewat karangannya, surat, dan khotbahnya yang ia tuliskan. Dicatat bahwa teologi Augustinus bersifat Barat. Sebagian juga karya teologisnya tersebut di gunakan Augustinus berupa bantahan terhadap kaum Donatisme, Pelagius dan penganut agama Romawi tradisional. Beberapa karangan yang ia buat berisikan doktrin yang ia yakini . Salah dua dari doktrin tersebut adalah doktrin Ketritunggalan dan doktrin “gereja yang tak kelihatan”.
Augustinus dalam karangan-karangannya terlihat tidak hanya berupa refleksi dari setiap perjalanan hidupnya. Namun dalam karangannya juga mengandung unsur pendidikan. Beberapa karangannya mengenai doktrin, katekisasi, dan karangan yang lainnya. Namun karangan yang paling besar adalah De civitate Dei yang berisikan tentang filsafat sejarah antara dua kota, yaitu kota Allah dan kota duniawi. Dalam karangan yang memiliki unsur pendidikan yang terkandung didalamnya ternyata didasari refleksi seorang Kristen atas pendidikan yang ia alami. Refleksinya ini ia tuliskan lengkap dalam karangannya yang berjudul Confensiones yang berisi tentang riwayat hidupnya serta pengakuan-pengakuannya tentang kehidupannya.
Didalam Confensiones ia menuliskan pengalamannya dididik oleh seorang guru secara tak sewajarnya. Augustinus menyatakan bahwa seharusnya dalam proses pendidikan, guru harus bersikap sopan dan murid harus diperlakukan dengan hormat karena murid juga merupakan suatu pribadi. Kesopanan dan rasa hormat yang dituliskan ini muncul karena pengalaman terhadap gurunya ketika belajar di bidang filsafat. Guru tersebut bertindak kurang sopan dan suka mengecam murid.
Selain mempelajari filsafat Neo-Platonisme, Augustinus juga terpengaruh pada filsafat Cicero. Boehlke mengatakan bahwa melalui dua filsuf ini, Augustinus dipuaskan hikmat abadinya. Augustinus pun memformulasikan perkataan Plato yang mengatakan “kebenaran telah ada dalam diri setiap manusia” dengan Injil Allah. Formulasi itu menghasilkan pendapat baru mengenai kebenaran itu sendiri bahwa kebenaran itu datangnya dari Allah yang dimana hidup didalam akal orang yang sudah siap menerima Allah.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa menurut Augustinus bahwa pelajar diajar bukan hanya dari kata-kata yang berupa ilmu saja. Dalam karangannya Augustinus mengatakan bahwa kata-kata saja tidak memadai dalam mengajar. Sehingga menurutnya pelajar harus juga melihat pengalaman sebagai sesuatu yang dapat melengkapi dalam proses belajarnya.
Selain itu Augustinus melihat juga sesuatu yang penting tentang belajar mengajar dari pengalaman belajarnya. Augustinus melihat bahwa setiap orang dan tidak terkecuali seorang guru memiliki cara, sistem mengajar yang berbeda-beda. Namun hal ini yang membuat Augustinus berpendapat bahwa cara mengajar guru harus sesuai dengan kepribadian pelajar yang diajar oleh guru tersebut. Bukan berarti dengan kepribadian setiap pelajar yang berbeda, adanya perhatian yang berbeda juga terhadap sipelajar tersebut. Misalnya, pelajar A memiliki masa lalu yang kelam sehingga ia harus lebih diperhatikan daripada si B, tidak!. Dalam mengetahui pribadi seorang pelajar membutuhkan komunikasi sehingga guru dapat mengidentifikasi kepribadian pelajar tersebut. Komunikasi merupakan kunci utama dari belajar mengajar tersebut.
Belajar juga sesuatu yang tidak dapat dipaksakan. Dalam suratnya, augustinus kepada Deogratias yang berisi mengenai pendidikan yang diperuntukkan kepada calon baptisan. Dalam suratnya tersebut, Augustinus menyarankan agar Deogratias tidak mengulang-ulang hal mengenai iman kristen secara panjang hingga calon baptisan bosan. Tapi sang guru disarankan hanya mengawasi bagaimana perkembangan calon baptisan itu saja, apakah mereka sudak dapat mengenal dan dapat mengutarakannya kembali.
Guru juga dapat bertanya kepada calon baptisan mengenai hal-hal apa yang mereka ketahui dan mereka pahami. Namun guru hanya sebatas memberikan saran dan tanggapan secara dasar mengenai pemahaman pelajar saja. Guru tidak disaran kan untuk memaksakan pelajar memahami sesuatu yang dipahami oleh sang guru. Apabila sesuatu yang dipahami si pelajar berpengaruh baik terhadap pertumbuahn iman kristen pelajar tidaklah salah dalam bergembira dan memuji hal tersebut. Namun apabila pemahaman pelajar justru berpengaruh buruk, baiklah guru untuk memberikan pertimbangan kepada pelajar agar mereka dapat memikirkan kembali pemahaman mereka tersebut.
Pemahaman yang lain lagi yang dimiliki oleh Agustinus mengenai pendidikan adalah penolakan terhadap sekuler dan agama atau kristiani. Menurut Agustinus kedua bidang tersebut tidak dapat dipisahkan, dimana unsur agama, alkitab dan kristiani ada didalam bidang-bidang lain. Dalam hal ini dilihat Boehlke sebagai kurikulum pendidikan yang dibuat atau dimiliki oleh seorang Augustinus.
Kurikulum yang dibuat oleh Augustinus diefektifkan dengan gaya mengajar yang dimiliki olehnya. Menurut Boehlke, Augustinus
......condong memanfaatkan dua metode pokok, yaitu penjelasan panjang lebar yang dibawakan secara lisan dan suatu pendekatan dialogis. Tetapi dalam gaya berceramahnya, ia menyiapkan bahannya secara jelas dan sesistematis mungkin.
Metode dialog yang dipunyai oleh Augustinus memiliki tujuan agar pelajar dapat aktif dan memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar. hal ini melihat pentingnya pendapat pelajar dalam proses tersebut, walaupun terkadang keliru menurut guru. Kekeliruan tersebut dapat diberi tanggapan berupa pertanyaan mengenai sejauh apa pendapat pelajar tersebut di dalami oleh pelajar itu sendiri.
Pengaruh dan Hubungan dengan Pendidikan Kristiani
Kenyataan memang dapat terlihat bahwa Augustinus merupakan seorang teolog yang sangat berpengaruh bagi gereja-gereja. Pengaruhnya jugat terlihat didalam berbagai jenis gereja. Perannya yang besar dalam bidang pendidikan juga dapat dilihat, walaupun ia tidak pernah menyusun tujuan bulat bagi pendidikan kristen.
Walau namanya tidak disebutkan, secara tidak langsung dengan menghubungkan teorinya dengan kehidupan masa kini kita bisa melihat peran Augustinus. Metode, pendapat tentang pendidikan banyak dipraktekkan walau jarang dalam praktek disebutkan. Diawali dengan pemahaman mengenai doktrinnya yang sampai kini masih ada beberapa gereja masih mempercayai dan melakukannya.
Dalam pendidikan di lain sisi, pendapat mengenai seorang guru banyak dipakai. Seorang guru harus mengenal pelajarnya, sehingga dalam situasi ini tumbuh rasa nyaman, aman, dan akrab seperti didalam keluarga sendiri. Dalam kurikulumnya sendiri, banyak yang memakai pendapat Augustinus dan pengaruhnya besar. Misalnya, dalam ilmu pengetahuan atau secara metode instruksi memiliki hubungan yang diarahkan kepada Allah yang Maha dan Esa. Dan juga tidak hanya sekedar menghubungkan, dalam belajar mengajar kebanyakan memiliki relevansi terhadap pengalaman pelajar masing-masing.
Cara atau metode yang dipaparkan sesuai dengan pendapat Augustinus banyak dipakai para guru pada zaman sekarang sehingga para pelajar dituntut untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Misalnya saja pada saat sekarang ini metode diskusi dianggap lebih efektif dalam mengajar, sehingga ide-ide atau kebingungan-kebingungan bisa di-share¬-kan.
Daftar Pustaka
Boehlke, Robert R. 2006. Sejararah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato Sampai IG. Loyola. Jakarta:BPK Gunung Mulia.
Lane, Tony. 2009.Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Berkhof, H & Enklaar, I.H. 2005. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Pada makalah ini, saya memaparkan mengenai sejarah dan peran seorang Augustinus dalam pendidikan.
Augustinus (354-430)
Augustinus merupakan seorang teolog yang terbesar yang dimiliki oleh perkembangan kristen setelah Paulus. Dilatar belakangi kelahiran ditengah-tengah orang tua dengan tabiat yang bertolak belakang, Augustinus cenderung mengikuti tabiat dari ayahnya yang adalah seorang kafir. Ayah Augustinus yang memiliki status sebagai orang kafir ini memiliki tabiat yang keras dan memburu hawa nafsu. Namun, ibunya yang bernama Monika seseorang yang taat dan setia dalam pelayanannya.
Dalam dunia pendidikan yang dimiliki oleh Augustinus bahwa pada awal hidupnya ia tertarik kepada aliran ilmu non-kristen dan filsafat. Dalam masa awal ini, Augustinus tidak memiliki ketertarikan pada Alkitab sama sekali,bahkan ia menertawakan perkataa-perkataan Allah di Alkitab ketika ia membacanya. Namun kekristenan itu terus diajarkan kepadanya melalui pendidikan walaupun ia merasa tidak puas pada hal-hal yang diberikan oleh ibunya.
Aliran ilmu non-Kristen yang ia ikuti dan pelajari adalah berupa Manicheisme. Manicheisme adalah agama Persia dengan prinsip dewa utama yaitu terang dan kegelapan . Namun kemampuan yang dimiliki Augustinus dalam bidang intelektual dan dalam menganalisis, ia tidak juga puas dengan prinsip yang ditawarkan oleh Manicheisme. Dan pada akhirnya Augustinus keluar dari agama ini dengan sendirinya dan beralih kefilsafat. Bidang filsafat yang ia ikuti pada awalnya adalah Neo-Platonisme. Neo-Platonisme yang menyediakan pertanyaan-pertanyaan mengenai kebenaran, satu-persatu di jawab oleh Augustinus. Hal ini membuat ia lebih dekat lagi dengan Kristen yang menyadarkan ia bahwa pemahaman mengenai kebenaran oleh Neo-Platonisme sangat berbeda dan pada akhirnya augustinus menetapkan dan mengertikan bahwa kebenaran itu ia dapat dari agama kristen.
Namun penyadarannya tersebut tidak diikuti oleh tindakannya dan pertobatannya hingga satu ketika ia memiliki pengalaman yang membuat ia membaca Roma 13:13b-14 dan pada saat-saat setelah itu ia memulai hidupnya yang baru menjadi seorang pemimpin gereja, teolog termahsyur, guru dan pengarang. Namun tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang imam.
Dengan segala ilmu dan kemampuan di bidang intelektual, Augustinus menulis banyak karangan melawan Manicheisme. hal ini terlihat dari beberapa karangan yang dibuat didasari oleh rasa tidak setuju Augustinus dengan agama itu,karena paling tidak ia pernah merasakan menjadi pemeluk agama itu. Hal ini ia lakukan karena ia merasa bertanggung jawab khusus.
Kisah hidup Augustinus dilanjutkan dengan pertobatannya yang ia dapatkan dari baptisan pada umur 33 tahun. Pada saat itu Augustinus benar-benar tidak punya keiinginan untuk menjadi seorang imam. Hal ini terlihat ketika ia kembali ke Afrika dimana ia berasal dan menghindari tempat yang tidak memiliki uskup. Namun kedatangannya didengar dan Hippo Regius meminta agar Augustinus menjadi presbiter disana.
Pengaruhnya terhadap teologi sangat besar. Ia mempengaruhi lewat karangannya, surat, dan khotbahnya yang ia tuliskan. Dicatat bahwa teologi Augustinus bersifat Barat. Sebagian juga karya teologisnya tersebut di gunakan Augustinus berupa bantahan terhadap kaum Donatisme, Pelagius dan penganut agama Romawi tradisional. Beberapa karangan yang ia buat berisikan doktrin yang ia yakini . Salah dua dari doktrin tersebut adalah doktrin Ketritunggalan dan doktrin “gereja yang tak kelihatan”.
Augustinus dalam karangan-karangannya terlihat tidak hanya berupa refleksi dari setiap perjalanan hidupnya. Namun dalam karangannya juga mengandung unsur pendidikan. Beberapa karangannya mengenai doktrin, katekisasi, dan karangan yang lainnya. Namun karangan yang paling besar adalah De civitate Dei yang berisikan tentang filsafat sejarah antara dua kota, yaitu kota Allah dan kota duniawi. Dalam karangan yang memiliki unsur pendidikan yang terkandung didalamnya ternyata didasari refleksi seorang Kristen atas pendidikan yang ia alami. Refleksinya ini ia tuliskan lengkap dalam karangannya yang berjudul Confensiones yang berisi tentang riwayat hidupnya serta pengakuan-pengakuannya tentang kehidupannya.
Didalam Confensiones ia menuliskan pengalamannya dididik oleh seorang guru secara tak sewajarnya. Augustinus menyatakan bahwa seharusnya dalam proses pendidikan, guru harus bersikap sopan dan murid harus diperlakukan dengan hormat karena murid juga merupakan suatu pribadi. Kesopanan dan rasa hormat yang dituliskan ini muncul karena pengalaman terhadap gurunya ketika belajar di bidang filsafat. Guru tersebut bertindak kurang sopan dan suka mengecam murid.
Selain mempelajari filsafat Neo-Platonisme, Augustinus juga terpengaruh pada filsafat Cicero. Boehlke mengatakan bahwa melalui dua filsuf ini, Augustinus dipuaskan hikmat abadinya. Augustinus pun memformulasikan perkataan Plato yang mengatakan “kebenaran telah ada dalam diri setiap manusia” dengan Injil Allah. Formulasi itu menghasilkan pendapat baru mengenai kebenaran itu sendiri bahwa kebenaran itu datangnya dari Allah yang dimana hidup didalam akal orang yang sudah siap menerima Allah.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa menurut Augustinus bahwa pelajar diajar bukan hanya dari kata-kata yang berupa ilmu saja. Dalam karangannya Augustinus mengatakan bahwa kata-kata saja tidak memadai dalam mengajar. Sehingga menurutnya pelajar harus juga melihat pengalaman sebagai sesuatu yang dapat melengkapi dalam proses belajarnya.
Selain itu Augustinus melihat juga sesuatu yang penting tentang belajar mengajar dari pengalaman belajarnya. Augustinus melihat bahwa setiap orang dan tidak terkecuali seorang guru memiliki cara, sistem mengajar yang berbeda-beda. Namun hal ini yang membuat Augustinus berpendapat bahwa cara mengajar guru harus sesuai dengan kepribadian pelajar yang diajar oleh guru tersebut. Bukan berarti dengan kepribadian setiap pelajar yang berbeda, adanya perhatian yang berbeda juga terhadap sipelajar tersebut. Misalnya, pelajar A memiliki masa lalu yang kelam sehingga ia harus lebih diperhatikan daripada si B, tidak!. Dalam mengetahui pribadi seorang pelajar membutuhkan komunikasi sehingga guru dapat mengidentifikasi kepribadian pelajar tersebut. Komunikasi merupakan kunci utama dari belajar mengajar tersebut.
Belajar juga sesuatu yang tidak dapat dipaksakan. Dalam suratnya, augustinus kepada Deogratias yang berisi mengenai pendidikan yang diperuntukkan kepada calon baptisan. Dalam suratnya tersebut, Augustinus menyarankan agar Deogratias tidak mengulang-ulang hal mengenai iman kristen secara panjang hingga calon baptisan bosan. Tapi sang guru disarankan hanya mengawasi bagaimana perkembangan calon baptisan itu saja, apakah mereka sudak dapat mengenal dan dapat mengutarakannya kembali.
Guru juga dapat bertanya kepada calon baptisan mengenai hal-hal apa yang mereka ketahui dan mereka pahami. Namun guru hanya sebatas memberikan saran dan tanggapan secara dasar mengenai pemahaman pelajar saja. Guru tidak disaran kan untuk memaksakan pelajar memahami sesuatu yang dipahami oleh sang guru. Apabila sesuatu yang dipahami si pelajar berpengaruh baik terhadap pertumbuahn iman kristen pelajar tidaklah salah dalam bergembira dan memuji hal tersebut. Namun apabila pemahaman pelajar justru berpengaruh buruk, baiklah guru untuk memberikan pertimbangan kepada pelajar agar mereka dapat memikirkan kembali pemahaman mereka tersebut.
Pemahaman yang lain lagi yang dimiliki oleh Agustinus mengenai pendidikan adalah penolakan terhadap sekuler dan agama atau kristiani. Menurut Agustinus kedua bidang tersebut tidak dapat dipisahkan, dimana unsur agama, alkitab dan kristiani ada didalam bidang-bidang lain. Dalam hal ini dilihat Boehlke sebagai kurikulum pendidikan yang dibuat atau dimiliki oleh seorang Augustinus.
Kurikulum yang dibuat oleh Augustinus diefektifkan dengan gaya mengajar yang dimiliki olehnya. Menurut Boehlke, Augustinus
......condong memanfaatkan dua metode pokok, yaitu penjelasan panjang lebar yang dibawakan secara lisan dan suatu pendekatan dialogis. Tetapi dalam gaya berceramahnya, ia menyiapkan bahannya secara jelas dan sesistematis mungkin.
Metode dialog yang dipunyai oleh Augustinus memiliki tujuan agar pelajar dapat aktif dan memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar. hal ini melihat pentingnya pendapat pelajar dalam proses tersebut, walaupun terkadang keliru menurut guru. Kekeliruan tersebut dapat diberi tanggapan berupa pertanyaan mengenai sejauh apa pendapat pelajar tersebut di dalami oleh pelajar itu sendiri.
Pengaruh dan Hubungan dengan Pendidikan Kristiani
Kenyataan memang dapat terlihat bahwa Augustinus merupakan seorang teolog yang sangat berpengaruh bagi gereja-gereja. Pengaruhnya jugat terlihat didalam berbagai jenis gereja. Perannya yang besar dalam bidang pendidikan juga dapat dilihat, walaupun ia tidak pernah menyusun tujuan bulat bagi pendidikan kristen.
Walau namanya tidak disebutkan, secara tidak langsung dengan menghubungkan teorinya dengan kehidupan masa kini kita bisa melihat peran Augustinus. Metode, pendapat tentang pendidikan banyak dipraktekkan walau jarang dalam praktek disebutkan. Diawali dengan pemahaman mengenai doktrinnya yang sampai kini masih ada beberapa gereja masih mempercayai dan melakukannya.
Dalam pendidikan di lain sisi, pendapat mengenai seorang guru banyak dipakai. Seorang guru harus mengenal pelajarnya, sehingga dalam situasi ini tumbuh rasa nyaman, aman, dan akrab seperti didalam keluarga sendiri. Dalam kurikulumnya sendiri, banyak yang memakai pendapat Augustinus dan pengaruhnya besar. Misalnya, dalam ilmu pengetahuan atau secara metode instruksi memiliki hubungan yang diarahkan kepada Allah yang Maha dan Esa. Dan juga tidak hanya sekedar menghubungkan, dalam belajar mengajar kebanyakan memiliki relevansi terhadap pengalaman pelajar masing-masing.
Cara atau metode yang dipaparkan sesuai dengan pendapat Augustinus banyak dipakai para guru pada zaman sekarang sehingga para pelajar dituntut untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Misalnya saja pada saat sekarang ini metode diskusi dianggap lebih efektif dalam mengajar, sehingga ide-ide atau kebingungan-kebingungan bisa di-share¬-kan.
Daftar Pustaka
Boehlke, Robert R. 2006. Sejararah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato Sampai IG. Loyola. Jakarta:BPK Gunung Mulia.
Lane, Tony. 2009.Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Berkhof, H & Enklaar, I.H. 2005. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Agustinus Berperan dalam pendidikan
Dalam sejarah pendidikan kristiani, menurut saya begitu banyak tokoh yang berperan dari masa Yunani-Romawi hingga sekarang ini. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peran baik kecil maupun besar terhadap perkembangan pemikiran pendidikan formal dan pendidikan kristiani . Tokoh-tokoh tersebut-pun berasal dari berbagai latar belakang daerah dan pendidikan, baik sorang filsuf hingga seorang teolog
Pada makalah ini, saya memaparkan mengenai sejarah dan peran seorang Augustinus dalam pendidikan.
Augustinus (354-430)
Augustinus merupakan seorang teolog yang terbesar yang dimiliki oleh perkembangan kristen setelah Paulus. Dilatar belakangi kelahiran ditengah-tengah orang tua dengan tabiat yang bertolak belakang, Augustinus cenderung mengikuti tabiat dari ayahnya yang adalah seorang kafir. Ayah Augustinus yang memiliki status sebagai orang kafir ini memiliki tabiat yang keras dan memburu hawa nafsu. Namun, ibunya yang bernama Monika seseorang yang taat dan setia dalam pelayanannya.
Dalam dunia pendidikan yang dimiliki oleh Augustinus bahwa pada awal hidupnya ia tertarik kepada aliran ilmu non-kristen dan filsafat. Dalam masa awal ini, Augustinus tidak memiliki ketertarikan pada Alkitab sama sekali,bahkan ia menertawakan perkataa-perkataan Allah di Alkitab ketika ia membacanya. Namun kekristenan itu terus diajarkan kepadanya melalui pendidikan walaupun ia merasa tidak puas pada hal-hal yang diberikan oleh ibunya.
Aliran ilmu non-Kristen yang ia ikuti dan pelajari adalah berupa Manicheisme. Manicheisme adalah agama Persia dengan prinsip dewa utama yaitu terang dan kegelapan . Namun kemampuan yang dimiliki Augustinus dalam bidang intelektual dan dalam menganalisis, ia tidak juga puas dengan prinsip yang ditawarkan oleh Manicheisme. Dan pada akhirnya Augustinus keluar dari agama ini dengan sendirinya dan beralih kefilsafat. Bidang filsafat yang ia ikuti pada awalnya adalah Neo-Platonisme. Neo-Platonisme yang menyediakan pertanyaan-pertanyaan mengenai kebenaran, satu-persatu di jawab oleh Augustinus. Hal ini membuat ia lebih dekat lagi dengan Kristen yang menyadarkan ia bahwa pemahaman mengenai kebenaran oleh Neo-Platonisme sangat berbeda dan pada akhirnya augustinus menetapkan dan mengertikan bahwa kebenaran itu ia dapat dari agama kristen.
Namun penyadarannya tersebut tidak diikuti oleh tindakannya dan pertobatannya hingga satu ketika ia memiliki pengalaman yang membuat ia membaca Roma 13:13b-14 dan pada saat-saat setelah itu ia memulai hidupnya yang baru menjadi seorang pemimpin gereja, teolog termahsyur, guru dan pengarang. Namun tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang imam.
Dengan segala ilmu dan kemampuan di bidang intelektual, Augustinus menulis banyak karangan melawan Manicheisme. hal ini terlihat dari beberapa karangan yang dibuat didasari oleh rasa tidak setuju Augustinus dengan agama itu,karena paling tidak ia pernah merasakan menjadi pemeluk agama itu. Hal ini ia lakukan karena ia merasa bertanggung jawab khusus.
Kisah hidup Augustinus dilanjutkan dengan pertobatannya yang ia dapatkan dari baptisan pada umur 33 tahun. Pada saat itu Augustinus benar-benar tidak punya keiinginan untuk menjadi seorang imam. Hal ini terlihat ketika ia kembali ke Afrika dimana ia berasal dan menghindari tempat yang tidak memiliki uskup. Namun kedatangannya didengar dan Hippo Regius meminta agar Augustinus menjadi presbiter disana.
Pengaruhnya terhadap teologi sangat besar. Ia mempengaruhi lewat karangannya, surat, dan khotbahnya yang ia tuliskan. Dicatat bahwa teologi Augustinus bersifat Barat. Sebagian juga karya teologisnya tersebut di gunakan Augustinus berupa bantahan terhadap kaum Donatisme, Pelagius dan penganut agama Romawi tradisional. Beberapa karangan yang ia buat berisikan doktrin yang ia yakini . Salah dua dari doktrin tersebut adalah doktrin Ketritunggalan dan doktrin “gereja yang tak kelihatan”.
Augustinus dalam karangan-karangannya terlihat tidak hanya berupa refleksi dari setiap perjalanan hidupnya. Namun dalam karangannya juga mengandung unsur pendidikan. Beberapa karangannya mengenai doktrin, katekisasi, dan karangan yang lainnya. Namun karangan yang paling besar adalah De civitate Dei yang berisikan tentang filsafat sejarah antara dua kota, yaitu kota Allah dan kota duniawi. Dalam karangan yang memiliki unsur pendidikan yang terkandung didalamnya ternyata didasari refleksi seorang Kristen atas pendidikan yang ia alami. Refleksinya ini ia tuliskan lengkap dalam karangannya yang berjudul Confensiones yang berisi tentang riwayat hidupnya serta pengakuan-pengakuannya tentang kehidupannya.
Didalam Confensiones ia menuliskan pengalamannya dididik oleh seorang guru secara tak sewajarnya. Augustinus menyatakan bahwa seharusnya dalam proses pendidikan, guru harus bersikap sopan dan murid harus diperlakukan dengan hormat karena murid juga merupakan suatu pribadi. Kesopanan dan rasa hormat yang dituliskan ini muncul karena pengalaman terhadap gurunya ketika belajar di bidang filsafat. Guru tersebut bertindak kurang sopan dan suka mengecam murid.
Selain mempelajari filsafat Neo-Platonisme, Augustinus juga terpengaruh pada filsafat Cicero. Boehlke mengatakan bahwa melalui dua filsuf ini, Augustinus dipuaskan hikmat abadinya. Augustinus pun memformulasikan perkataan Plato yang mengatakan “kebenaran telah ada dalam diri setiap manusia” dengan Injil Allah. Formulasi itu menghasilkan pendapat baru mengenai kebenaran itu sendiri bahwa kebenaran itu datangnya dari Allah yang dimana hidup didalam akal orang yang sudah siap menerima Allah.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa menurut Augustinus bahwa pelajar diajar bukan hanya dari kata-kata yang berupa ilmu saja. Dalam karangannya Augustinus mengatakan bahwa kata-kata saja tidak memadai dalam mengajar. Sehingga menurutnya pelajar harus juga melihat pengalaman sebagai sesuatu yang dapat melengkapi dalam proses belajarnya.
Selain itu Augustinus melihat juga sesuatu yang penting tentang belajar mengajar dari pengalaman belajarnya. Augustinus melihat bahwa setiap orang dan tidak terkecuali seorang guru memiliki cara, sistem mengajar yang berbeda-beda. Namun hal ini yang membuat Augustinus berpendapat bahwa cara mengajar guru harus sesuai dengan kepribadian pelajar yang diajar oleh guru tersebut. Bukan berarti dengan kepribadian setiap pelajar yang berbeda, adanya perhatian yang berbeda juga terhadap sipelajar tersebut. Misalnya, pelajar A memiliki masa lalu yang kelam sehingga ia harus lebih diperhatikan daripada si B, tidak!. Dalam mengetahui pribadi seorang pelajar membutuhkan komunikasi sehingga guru dapat mengidentifikasi kepribadian pelajar tersebut. Komunikasi merupakan kunci utama dari belajar mengajar tersebut.
Belajar juga sesuatu yang tidak dapat dipaksakan. Dalam suratnya, augustinus kepada Deogratias yang berisi mengenai pendidikan yang diperuntukkan kepada calon baptisan. Dalam suratnya tersebut, Augustinus menyarankan agar Deogratias tidak mengulang-ulang hal mengenai iman kristen secara panjang hingga calon baptisan bosan. Tapi sang guru disarankan hanya mengawasi bagaimana perkembangan calon baptisan itu saja, apakah mereka sudak dapat mengenal dan dapat mengutarakannya kembali.
Guru juga dapat bertanya kepada calon baptisan mengenai hal-hal apa yang mereka ketahui dan mereka pahami. Namun guru hanya sebatas memberikan saran dan tanggapan secara dasar mengenai pemahaman pelajar saja. Guru tidak disaran kan untuk memaksakan pelajar memahami sesuatu yang dipahami oleh sang guru. Apabila sesuatu yang dipahami si pelajar berpengaruh baik terhadap pertumbuahn iman kristen pelajar tidaklah salah dalam bergembira dan memuji hal tersebut. Namun apabila pemahaman pelajar justru berpengaruh buruk, baiklah guru untuk memberikan pertimbangan kepada pelajar agar mereka dapat memikirkan kembali pemahaman mereka tersebut.
Pemahaman yang lain lagi yang dimiliki oleh Agustinus mengenai pendidikan adalah penolakan terhadap sekuler dan agama atau kristiani. Menurut Agustinus kedua bidang tersebut tidak dapat dipisahkan, dimana unsur agama, alkitab dan kristiani ada didalam bidang-bidang lain. Dalam hal ini dilihat Boehlke sebagai kurikulum pendidikan yang dibuat atau dimiliki oleh seorang Augustinus.
Kurikulum yang dibuat oleh Augustinus diefektifkan dengan gaya mengajar yang dimiliki olehnya. Menurut Boehlke, Augustinus
......condong memanfaatkan dua metode pokok, yaitu penjelasan panjang lebar yang dibawakan secara lisan dan suatu pendekatan dialogis. Tetapi dalam gaya berceramahnya, ia menyiapkan bahannya secara jelas dan sesistematis mungkin.
Metode dialog yang dipunyai oleh Augustinus memiliki tujuan agar pelajar dapat aktif dan memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar. hal ini melihat pentingnya pendapat pelajar dalam proses tersebut, walaupun terkadang keliru menurut guru. Kekeliruan tersebut dapat diberi tanggapan berupa pertanyaan mengenai sejauh apa pendapat pelajar tersebut di dalami oleh pelajar itu sendiri.
Pengaruh dan Hubungan dengan Pendidikan Kristiani
Kenyataan memang dapat terlihat bahwa Augustinus merupakan seorang teolog yang sangat berpengaruh bagi gereja-gereja. Pengaruhnya jugat terlihat didalam berbagai jenis gereja. Perannya yang besar dalam bidang pendidikan juga dapat dilihat, walaupun ia tidak pernah menyusun tujuan bulat bagi pendidikan kristen.
Walau namanya tidak disebutkan, secara tidak langsung dengan menghubungkan teorinya dengan kehidupan masa kini kita bisa melihat peran Augustinus. Metode, pendapat tentang pendidikan banyak dipraktekkan walau jarang dalam praktek disebutkan. Diawali dengan pemahaman mengenai doktrinnya yang sampai kini masih ada beberapa gereja masih mempercayai dan melakukannya.
Dalam pendidikan di lain sisi, pendapat mengenai seorang guru banyak dipakai. Seorang guru harus mengenal pelajarnya, sehingga dalam situasi ini tumbuh rasa nyaman, aman, dan akrab seperti didalam keluarga sendiri. Dalam kurikulumnya sendiri, banyak yang memakai pendapat Augustinus dan pengaruhnya besar. Misalnya, dalam ilmu pengetahuan atau secara metode instruksi memiliki hubungan yang diarahkan kepada Allah yang Maha dan Esa. Dan juga tidak hanya sekedar menghubungkan, dalam belajar mengajar kebanyakan memiliki relevansi terhadap pengalaman pelajar masing-masing.
Cara atau metode yang dipaparkan sesuai dengan pendapat Augustinus banyak dipakai para guru pada zaman sekarang sehingga para pelajar dituntut untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Misalnya saja pada saat sekarang ini metode diskusi dianggap lebih efektif dalam mengajar, sehingga ide-ide atau kebingungan-kebingungan bisa di-share¬-kan.
Daftar Pustaka
Boehlke, Robert R. 2006. Sejararah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato Sampai IG. Loyola. Jakarta:BPK Gunung Mulia.
Lane, Tony. 2009.Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Berkhof, H & Enklaar, I.H. 2005. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Langganan:
Postingan (Atom)