Shared Christian Praxis(SCP) adalah Suatu pedagogi yang partisipatif dan dialogis di mana orang-orang berefleksi secara kritis terhadap pengalaman hidup mereka sendiri pada suatu waktu dan tempat dan terhadap realitas sosiokultural mereka. Sharing Christian Faith juga mempunyai akses bersama ke dalam Cerita/Visi Kristen, dan secara pribadi mengambil maknanya dalam komunitas dengan tujuan kreatif untuk memperbarui praksis iman Kristen menuju pemerintahan Allah bagi seluruh ciptaan.
Dalam Pendidikan Kristiani, tujuan SCP adalah sepenuhnya untuk pemerintahan Allah. Dalam prosesnya tujuan SCP juga adalah untuk pertumbuhan iman peserta dan pendidik didalam pengetahuan, relasi dan dalam tidakan atau perbuatan sehari-hari.
SCP memiliki lima tahap dalam perencanaan atau persiapan dan dalam pelaksanaannya. Lima gerakan tersebut adalah
a. G1 Ekspresi/cerita praksis masa kini
b. G2 Refleksi kritis aksi masa kini
c. G3 Jalan masuk kepada Cerita dan Visi Kristen
d. G4 Hermeneutik dialektis untuk mengambil makna Cerita dan Visi Kristen bagi cerita-cerita dan visi-visi peserta
e. G5 Keputusan/respon untuk hidup sesuai iman Kristen
Mengubah Bahan PA Tradisional Menjadi SCP
Peserta dalam praktek metode SCP adalah kelompok komunitas iman para ibu-ibu yang terdapat di Gereja Batak Karo Protestan(GBKP) klasis Riau-Sumbar. Peserta memiliki latar belakang keluarga yang merantau dari kampung halaman dan berada ditengah budaya dan agama yang berbeda-beda namun sumber pencaharian yang sama yaitu pekerja di pabrik kelapa sawit. Penulis berharap, dengan peserta yang demikian memiliki pengalaman yang berbeda dan cara pandang yang berbeda-beda dilihat dari tempat dan pekerjaan yang sama. Dalam PA biasanya jumlah peserta 10-15 orang.
Aktivitas Terfokus
Aktifitas terfokus adalah sebuah aktifitas yang bertujuan memfokuskan aktifitas-aktifitas atau gerakan-gerakan berikutnya. Memfokuskan gerakan-gerakan yang dimaksud adalah dengan menentukan tema generatif. Tema generatif dapat mengandung isu historis berupa pertanyaan, nilai, kepercayaan, konsep, peristiwa, situasi dan hal-hal lain yang membuat peserta terlibat aktif karena isu itu penting dan berarti. Tema generatif selain memfokuskan gerakan-gerakan yang akan dilaksanakan juga bertujuan agar peserta diarahkan ke praxis masa kini dalam ruang dan waktu beberapa aspek dari kehidupan mereka di dunia dan sesuai dengan kenyataan hidup mereka .
Penentuan Tema Generatif
Dalam penentuan tema generatif ada beberapa hal yang harus dapat diperhatikan yaitu tema harus benar-benar generatif, jelas, spesifik, menarik, dapat diselesaikan , relevan, pengalaman pribadi dan lingkungan , dan untuk pemerintahan Allah. Dalam praktek SCP yang di lakukan dalam komunitas iman, sebaiknya penentuan tema generatif di tentuka oleh pemimpin dan apabila memakai cara bertanya kepada peserta maka sebaiknya ditentukan pada seminggu sebelumnya.
Pada pengubahan bahan yang tradisional menjadi SCP, terjadi perubahan tema yang dipertimbangkan memakai sudut pandang SCP.
Tema awal yang di tawarkan “Salam dan Syukur” yang terdapat dalam bahan bacaan 1 Korintus 1:1 menjadi “Salamkah atau syukurkah yang penting dan mendatangkan berkat?”
Latar Belakang Tema
Latar belakang pemilihan tema ini melihat saat ini interaksi jemaat yang terjalin bukan hanya dengan sesama umat yang beragama sama tetapi juga dengan orang yang berbeda agama. Interaksi yang terjalin bukan hanya secara tidak langsung yaitu hidup dalam lingkup daerah yang sama namun juga secara langsung bertegur sapa. Selain itu juga tema ini dilatar belakangi bagaimana interaksi manusia dengan Tuhan setelah terjalin interaksi yang baik terhadap sesama. Sehingga dari PA ini diharapkan peserta dapat lebih mempraktekkan secara langsung “salam” dan “syukur”yang menjadi dua poin penting dalam tema.
Gerakan 1
First Movement atau yang sering disebut dengan gerakan 1 (G1) merupakan aktifitas pertama pada saat PA. Dalam gerakan ini berisi tanggapan-tanggapan peserta terhadap tema generatif yang ditetapkan pemimpin ataupun yang ditetapkan bersama. Tanggapan-tanggapan yang dimaksud adalah berupa pengalaman para peserta baik yang pengalaman langsung maupun pengalaman yang tidak langsung. Pengalaman langsung adalah pengalaman pribadi yang benar-benar dialami peserta sendiri atau itu merupakan pengalaman pribadi peserta. Pengalaman tidak langsung merupakan pengalaman peserta secara tidak langsung, baik dari media atau pengalaman yang ia pernah ketahui dari orang lain. Selain langsung dan tidak langsung, pengalaman juga dapat berisikan pengalaman positif dan negatif. Pengalaman positif merupakan pengalaman yang sejalan ataupun sesuai dengan tema generatif, sedangkan pengalaman negatif merupakan pengalaman yang berlawanan dengan tema generatif.
Dalam mempersiapkan PA, selain bahan PA yang perlu disiapkan pemimpin juga adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanggapi oleh peserta berupa pengalaman yang dialami agar terkesan tidak kaku dan mendapat arah yang sesuai dengan tema generatif.
Pertanyaan-Pertanyaan
Sesuai dengan tema “Salamkah atau syukurkah yang penting dan mendatangkan berkat?” pertanyaan yang akan diajukan oleh pemimpin PA
1. Bagaimana cara ibu-ibu sekalian dalam bertegur sapa dengan tetangga atau saudara-saudara yang beragama sama, ketika pertama kali bertemu?
2. Bagaimana cara ibu-ibu sekalian dalam bertegur sapa dengan tetangga atau saudara-saudara yang memiliki agama yang berbeda, ketika pertama kali bertemu?
3. Syukur yang seperti apakah yang selama ini kita mengerti?
4. Syukur dan salam yang seperti apa yang menurut ibu-ibu sekalian yang akan mendatangkan berkat?
5. Apa arti salam dan syukur menurut ibu-ibu sekalian?
Tanggapan Peserta
Dalam persiapannya, pemimpin PA juga harus punya gambaran kira-kira apa tanggapan peserta dan pengalaman seperti apa yang akan diutarakan oleh mereka. hal ini bertujuan agar pemimpin mengetahui bagaimana mengarahkan suasana ketika cerita melebar sehingga tidak terfokus, atau semua peserta diam. gambaran tersebut juga berupa harapan pemimpin akan tanggapan peserta terhadap tema generatif. Tanggapan yang diharapkan adalah;
1. Terdapat peserta yang becerita tentang pengalamannya mengucapkan salam dengan baik dengan tetangga yang beragama lain ketika masuk kedalam rumah tetanggnya. salam yang diucapkan adalah salam dari agama yang dianut oleh tetangganya tersebut. “asalamualaikum warahmatulahi wabbarahkatuh” karena telah menjadi terbiasa dan tetangganya juga tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut.
2. Terdapat peserta yang bercerita ketika ia bertemu dengan teman yang seagama dan lama tidak bertemu, ia kemudian bersalaman dan menganggap itu merupakan sebuah contoh salam dengan tindakan. Dan peserta menceritakan bahwa dirumahnya ia membudayakan ucapan syaloom, yang menurutnya itu mendatangkan berkat bagi rumah orang kristen dan tanda rumah seorang yang kristen.
3. Terdapat cerita dari peserta tentang ucapan syukur ketika mendapat kesusahan dan kesulitan. didalam ucapan syukur tersebut ia seperti mensyukuri akan proses yang ia dapatkan. Dan dalam ucapan syukur juga terdapat permohonan akan pemberian berkat dari Tuhan.
4. Terdapat juga ibu yang bercerita tentang arti syukur dan salam dalam sudut pandangnya dan sesuai dengan apa yang ia ketahui dari berbagai bahan yang pernah ia baca dan dengar.
Peserta Diam
Dalam proses ber-PA ada kemungkinan kita tidak mendapat tanggapan dari peserta, dengan kata lain peserta diam. Ada beberapa alasan yang membuat peserta tidak mau atau tidak ingin bercerita, yaitu yang pertama takut ceritanya tidak berharga dan tidak bagus, kedua takut untuk mengatakan jujur apabila tanggapan atau cerita tersebut merupakan tanggapan yang negatif, ketiga karena peserta yang memiliki atau menganut budaya diam, yang keempat karena pengalamannya merupakan sesuatu yang menyebabkan trauma sehingga takut untuk menginngat dan membuka luka lama tersebut,.
Oleh karena itu, sebagai pemimpin PA kita harus mempersiapkan cara mengantisipasi kalau-kalau tidak ada peserta yang memberikan tanggapan. Cara mengantisipasinya adalah kita haraus memiliki stock cerita yang berhubungan dengan tema generatif, sehingga didalam PA tidak terjadi suasana diam dan cerita memancing peserta untuk bisa berani berbicara. Namun cerita yang dimaksudkan disini benar benar fakta. Tidak harus pengalaman pribadi, namun dari media dan pengalaman orang lain juga dapat kita ceritakan.
G2
Gerakan 2 merupakan refleksi kritis aksi masa kini yang bertujuan untuk memperdalam kesadaran kritis terhadap praksis masa kini. Dalam gerakan ini juga dapat dimunculkan pertanyaan-pertanyaan dalam mengkritisi pengalaman atau tanggapan dari peserta. Pertanyaan atau tanggapan kritis dari peserta dan pemimpin diharapkan mengandung sudut pandang dari berbagai ilmu. Hal ini bertujuan agar peserta memiliki pengetahuan sehingga selaras dengan tujuan SCP ini. Ilmu yang dimaksud bisa saja berupa ilmu sosial, pendidikan, kesehatan, informatika dan yang lainnya. dengan situasi yang demikian biasanya akan terjadi sesuatu dimana G1 dan G2 berjalan sekaligus. Hal ini yang biasanya membuat peserta memberi tanggapan yang dapat meluas, sehingga inilah tugas pemimpin dalam mengarahkan lagi sehingga tidak terlalu meluas.
Contoh Tanggapan Kritis
1. Sesuai dengan pengalaman peserta pada pengalaman yang pertama, ternyata itu bukan salam biasa namun salam yang mengandung arti tersendiri untuk agama Islam. Assalamu alaikum merupakan salam dalam Bahasa Arab, dan digunakan oleh kultur Muslim. Salam ini adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang dapat merekatkan Ukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia. Untuk yang mengucapkan salam, hukumnya adalah Sunnah. Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya.
Salam ini juga digunakan oleh kultur Kristen di Timur Tengah yang mempunyai arti kedamaian dan kesejahteraan bagi yang mengucapkan salam dan penerima salam tersebut. Salam ini sama dengan salam shalom aleichem dalam bahasa Ibrani.
Ungkapan Islami ini lebih berbobot dibandingkan dengan ungkapan-ungkapan kasih-sayang yang digunakan oleh bangsa-bangsa lain. Hal ini dapat dijelaskan dengan alasan-alasan berikut ini.
1. Salam bukan sekedar ungkapan kasih-sayang, tetapi memberikan juga alasan dan logika kasih-sayang yang di wujudkan dalam bentuk doa pengharapan agar anda selamat dari segala macam duka-derita. Tidak seperti kebiasaan orang Arab yang mendoakan untuk tetap hidup, tetapi Salam mendoakan agar hidup dengan penuh kebaikan.
2. Salam mengingatkan kita bahwa kita semua bergantung kepada Allah SWT. Tak satupun makhluk yang bisa mencelakai atau memberikan manfaat kepada siapapun juga tanpa perkenan Allah SWT.
3. Perhatikanlah bahwa ketika seseorang mengatakan kepada anda, "Aku berdoa semoga kamu sejahtera." Maka ia menyatakan dan berjanji bahwa anda aman dari tangan(perlakuan)-nya, lidah(lisan)-nya, dan ia akan menghormati hak hidup, kehormatan, dan harga-diri anda.
2. Ada juga yang mengomentari apabila salam adalah sebuah kata biasa untuk menyapa orang lain ketika bertemu.
3. Tentang syukur ada juga yang mengatakan pernah membaca di buku tentang syukur bahwa Ungkapan syukur dan terima kasih, bila disampaikan dengan tulus, akan meningkatkan kekuatan sebuah hubungan. ia membaca pendapat Nathaniel Lambert, pakar psikologi dalam jurnal Psychological Science.
Tidak Ada Yang Menanggapi Atau Mengkritisi
Melihat faktor-faktor yang membuat peserta diam, dalam G2 juga memiliki kemungkinan peserta akan diam. namun hal ini dapat diatasi dengan cara peserta dilontarkan beberapa pertanyaan yang membuat peserta berfikir sehingga tau akan mengkritisi apa. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat dilontarkan oleh pemimpin adalah mengapa anda berpikir,bagaimana jika,apa penyebab dari,apa konsekuensi-konsekuensi dari.
Membentuk pertanyaan
a. Mengapa anda berfikir salam merupakan sebuah ungkapan biasa?
b. Bagaimana jika tetangga marah karena menganggap anda melecehkan agamanya?
c. Bagaimana jika anda tidak mengucap syukur, apakan memiliki akibat tertentu?
d. Apa akibat anda menempel kata syaloom yang mewajibkan tamu masuk harus mengucapkannya? Bagaimana dengan agama lain?
G3
Setelah melakukan sharing atau menceritakan tentang pengalaman yang dialami dan mendiskusikannya, dalam G3 merupakan gerakan dimana pemimpin mengajak membaca alkitab dan pemimpin menafsirkannya. G3 adalah jalan masuk kepada Cerita dan Visi Kristen. Cerita Kristen mencakup kitab suci, tradisi, liturgi, pengakuan iman, dogma, doktrin, teologi, sakramen dan ritual; simbol, mite, gesture, dan pola bahasa religius; spiritualitas, nilai, hukum, dan gaya hidup yang diharapkan; lagu dan musik, tarian dan drama; seni, kerajinan tangan, dan arsitektur; kenangan akan orang-orang kudus, pengudusan waktu dan perayaan masa-masa kudus, apresiasi terhadap tempat-tempat kudus; struktur komunitas dan bentuk pemerintahan gereja dan sebagainya. Visi Kristen adalah pemerintahan Allah yang mengarah pada kedatangan yang sedang berlangsung sebagai pemenuhan atas maksud Allah bagi umat manusia, sejarah, dan seluruh ciptaan; janji keselamatan, pengharapan, kebenaran, kebijaksanaan, prinsip etis, tanggung jawab orang beriman.Dalam penafsiran Alkitab ada beberapa hal yang harus di perhatikan, yang pertama bertanggung jawab dalam penafsiran Alkitab, yang kedua bertujuan pada pemerintahan Allah.
Tafsiran 1 Korintus 1:1-9
1:1-3, Salam. Menurut bentuk surat kuno, pengarang memulai dengan memperkenalkan diri. Paulus mengikui kebiasaan ini, Ia menyebut namanya dan Sostenes sebagai pengirim surat kepada orang Korintus ini. Lukisan Paulus mengenai dirinya singkat. Ia dipanggil oleh kehendak Allah. Ia seorang rasul, seseorang yang diutus. Sebagai utusan, Paulus mewakili yang mengutus dia. Meskipun kewibawaannya diragukan, Paulus dengan keras mempertahankannya. Pauluslah, bukan salah seorang dari kelompok 12 atau saksi mata kehidupan Yesus, yang pertama kali memperkenalkan istilah rasul dan yang mempopulerkannya penggunaannya dikalangan Kristen.
Panggilan Paulus juga suatu perutusan yang bukan panggilan yang melulu batiniah, pribadi, individual. jawabannya dihayati dalam pengabdian aktif kepada Yesus Kristus, yang terhadapNya ia menjadi hamba. penggunaan kata hamba oleh Paulus memberi suatu nada kehormatan pada ungkaan itu yang biasanya tidak dimiliki. Yesus Kristus hampir sinonim dengan injil yang diwartakan. Paulus ditangkap Kristus. Ia menjanjikan komitmen mutlak, total kepada Yesus, yang telah mengubah hidupnya dan sekarang tidak hanya mempengaruhi dirinya dengan kuat, melainkan menjadi titik sejati dari Paulus.
Sostenes, seorang saudara, bergabung dengan Paulus memberi salam kepada Jemaaat di Korintus. Seorang bernama Sostenes digambarkan sebagi seorang kepala Sinagoga di Antiokhia, telah dipukuli dihadapan prokonsul oleh orang0orang yahudi, yang sebelumnya penduduk Paulus dan tidak merasa puas. Tidak jelas kisah apakah orang ini menjadi Kristen atau apakah penghukumannya mempunyai hubungan langsung dengan tuduhan yang ditujukan melawan Paulus. Bagaimana pun, ini adlaah nama biasa, dan Paulus karena tidak memberikan keterangan lebih lanjut, suatu tanda bahwa ia cukup dikenal diantara orang Korintus. Sostenes dari I Korintus 1:1 tentu saja orang Kristen, saudara,karena orang-orang Kristen menjadi saudara satu sama lain, melalui iman, memiliki kebersamaan yang kedalamannya sama dengan ikatan keluarga.
Paulus memberi salam kepada Jemeaat Allah di Korintus. Dengan mengambil gambaran dari perjanjian lama, Paulus sudah mengisyaratkan dalam ayat-ayat pembukaan ini dua gagasan yang akan menjadi inti ajarannya kepada orang Korintus melalui surat yang panjang ini : kesucian mereka berdasar pada panggilan umum dan kesatuan mereka dibawah Tuhan yang sama. Seperti Israel, jemaat adalah umat yang kudus. Disucikan dalam Kristus Yesus, orang Korintus sejajar dengan semua orang di segala tempata yang berseru kepada Tuhan, yaitu semua orang yang dibaptis. Kenyataan bahwa mereka mengakui Tuhan yang sama berarti bahwa orang-orang Kristen dimana-mana saling bergantung satu sama lain.
Secara khusus Paulus mengaharapkan kepada sidang pembaca rahmat dan damai sejahtera. Karunia ini meringkas berkat mesias yang diberikan dalam Kristus. paulus menggabungkan bersama salam yang biasa diantara orang Yunani, charis (yaitu rahmat) dan syalomI ( salam yang digunakan orang Yahudi) yang mencerminkan kesatuan dari semua yang mengaku beriman kepada satu Bapa dan satu Tuhan. Dengan cara positif menyalami jemaat yang sedang dalam kesulitan, Paulus memberikan contoh bagaimana seorang pewarta menantang orang-orang Kristen untuk memiliki warisan mereka yang sah.
1:4-9 Ucapan Syukur. Salam mendorong Paulus untuk mengungkapkan syukur. beberapa bentuk syukur permulaan memperlihatkan jejak dari kebiasaan kuno yang diikuti Paulus. biasanya penulis surat mulai dengan mengungkapkan syukur atas kesehatan atau keejahteraan mereka, dengan menggunakan kesempatan untuk meberikan informasi kepada pembaca mengenai keadaan mereka sekarang. Namun, Paulus mengucap syukur bukan untuk dirinya melainkan demi orang-orang Korintus dan rahmat yang telah mereka terima. Paulus mengakui bahwa orang Korintus telah menjadi kaya dalam segala hal. Akan tetapi surat ini ditulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dan laporan-laporan yang didengar Paulus, menjadi jelas bahwa karunia-karunia yang mereka terima, terutama karunia “segala macam pengetahuan dan segala macam perkataan”, yang sangat mereka hargai menjadi alasan perpecahan yang merisaukan mereka. Paulus mengingatkan orang Korintus bahwa semua karunia datang dari Tuhan yang sama.
Jemaat bernilai bagi kerasulan Paulus, bukti hidup bahwa injil telah diwartakan dan didengar oleh mereka. Tidak ada karunia yang kurang. Akan tetapi penyalahgunaan karunia oleh orang korintus tidak menandakan sikap yang tepat dari mereka yang menantikan pernyataan Tuhan Yesus kristus. Pada kedatanganNya, orang-orang Korintus akan dipanggil untuk mempertanggungjawabkan bagaimana karunia-karunia telah mengembangkan kasih persaudaraan diantara mereka.
Doa Paulus bersifat ekaristi, yaitu syukur karena berdasarkan atas kepercayaan akan Allah, yang jelas akan menyelesaikan pekerjaan baik yang telah dimulai. Inilah sebabnya mengapa paulus menyampaikan begitu banyak syukur, kendati pandangannya yang realistis mengenai keadaan serius dari problem-problem di Korintus. kesaksian Paulus mengenai kesetiaan Allah telah diterima oleh orang Korintus. Mereka telah mengalami rahmat Injil sebagai janji bahwa Allah tidak akan meninggalakan mereka. Kendati problem-problem mereka, Paulus mengungkapkan kepercayan penuh bahwa mereka akan dikuatkan dan akhirnya akan dinilai menang.
G4
G4 merupakan hermeneutik dialektis untuk mengambil makna Cerita dan Visi Kristen bagi cerita-cerita dan visi-visi peserta. Disini merupakan gerakan dimana mendialogkan pengalaman hidup dan pengalaman konkret yang telah direfleksikan yang diaman proses pendialogkan ini merupakan proses hermeneutik(menafsiran). Melalui dialog antara teks Alkitab dan pengalaman, diharapkan peserta dapat mengambil maknanya, karena ditahap ini juga diharapkan agar Teks Alkitab berguna bagi kehidupan orang-orang zaman sekarang. Namun Teks Alkitab bisa saja menguatkan, mengkritik bahkan mempertanyakan yang membuat adanya kemungkinan akan terjadi terjadi perubahan tradisi gereja, pemahaman terhadap teks dan pembaharuan ajaran.
G4 ini merupakan tahap peralihan/ proses transisi dari “faith” menuju kepada “life”. Dalam G4 ini, harus dikaitkan/diintegrasikan antara pengalaman yang telah diceritakan pada G1 dan G2 dengan bahan Alkitab yang telah dijelaskan pada G3 sehingga menjadi satu kesatuan dimana ayat bukan hanya pengetahuan tetapi juga menjadi satu dengan kehidupan nyata.
Dalam prakteknya G4 merupakan gerakan yang paling sulit. Hal ini dikarenakan budaya bank yang telah tertanam pada peserta, menerima banyak tafsiran dari pemimpin yang dianggap cukup hanya sampai di situ. Namun pada SCP, mendialogkan antara pengalaman dan Teks Alkitab.
Melalui perikop ini peserta diharapkan dapat melihat keadaan Paulus yang dalam setiap situasi mampu mengucap syukur dan salam sebagai pembuka suratnya. Sehingga melalui perikop ini juga diigingatkan kepada peserta bahwa sebenarnya tidak ada alasan untuk kita untuk tidak mengucap syukur. Dan menyadari bahwa salah satu rahasia hidup berbahagia adalah di mana kita dapat melatih diri kita untuk selalu mengucap syukur, karena hal itu akan memberikan kekuatan dalam segala dinamika kehidupan yang kita hadapi. Kita dapat bermegah dalam kondisi apapun yang terjadi karena kita belajar untuk melihat kenyataan yang lebih tinggi di dalam Tuhan.
Salam yang disampaikan Paulus bukan sekedar salam sebagai kata basa-basi namun merupakan kata yang penuh berkat, selain untuk Paulus namun juga untuk jemaat yang menerimanya namun paulus lebih mengutamakan berkat dan rahmat untuk jemaat di Korintus. Dalam hal ini peserta dapat melihat bahwa kita salam juga hal untuk memberikan berkat untuk orang lain dan diri sendiri walaupun berkat diberikan dengan otoritas TUHAN sang pemberi berkat.
G5
Dalam komunitas iman terdapat kata kunci yaitu komunitas yang dimana ciri komunitas adalah kata saling dan tindakan keluar. Gerakan 5 merupakan gerakan dimana terdapat keputusan/respon untuk hidup sesuai iman Kristen. Pada gerakan ini, peserta mengembil keputusan ingin melakukan apa, namun bukan merupakan komitmen yang tanpa dengan aksi yang konkret. Gerakan ini harus dilakukan dengan memiliki perencanaan waktu dan pelaksanaan hingga langkah-langkahnya, sehingga dapat dievaluasi dan direfleksikan dari mulai gerakan awal hingga gerakan ini.
Gerakan ini memiliki tiga dimensi yang dalam pelaksanaannya sebainya diadakan secara seimbang. Tiga dimensi itu ialah personal, interpersonal, sosial-struktural. Personal bukan hanya merupakan sesuatu yang komitmen namun benar-benar hal yang nyata yang ingin dilakukan secara personal dan dapat direfleksikan secara pribadi. Dimensi interpersonal lebih kepada relasi kita terhadap sesama di lingkupan yang kecil, misalnya keluarga, komunitas iman, gereja. Gerakan ini diharapkan dalam pelaksanaan dimensi interpersonal ini dapat memberikan refleksi bersama dan pertumbuhan bersama. Sedangkan sosial-struktural merupakan dimensi yang dapat mengubah pola pikir dan budaya sehari-hari masyarakat(transformasi).
Gerakan ini juga bertujuan agar penerapan tema yang lebih nyata, sehingga firman dan isi tema dapat lebih tersampaikan dan makna yang sesungguhnya dapat diambil dan diartikan oleh peserta secara pribadi. Sesuai dengan tema contoh-contoh kegiatan dalam gerakan ini yaitu:
Personal:
1. Penyadaran diri sendiri bahwa sebenarnya salam dan syukur merupakan hal yang mendatangkan bagi diri dan orang lain. Oleh sebab itu secara pribadi juga menanamkan kebiasaan untuk selalu mengucap salam dan mengucap syukur dalam kehidupan sehari-harinya.
2. Selain salam pada agamanya, juga mampu menghargai salam dan syukur agama yang lain dengan pola pikir bahwa itu juga mendatangkan berkat. Tindakan nyatanya bahwa tidak pernah membuat salam dan syukur agama lain menjadi sebuah lelucon dan omongan yang basa-basi.
Interpersonal
1. Dalam komunitas juga membuat komitmen untuk memulai segala kegiatan dengan salam dan mengucap syukur untuk setiap hal yang boleh terjadi dalam kegiatan tersebut.
2. Membiasakan diri dengan mendidik anggota keluarga juga menjadi orang-orang yang mampu mengucap salam dan mengucap syukur dalam segala hal. Hal ini dapat secara nyata dengan mengadakan saat teduh bersama setiap hari di rumah.
Sosial-Struktural
1. Dalam mengubah budaya masyarakat, Komunitas dapat mengadakan hari salam sedaerahnya yang diawali dengan sosialisasi dengan masyarakat baik pertemuan maupun selebaran.
2. syukur akan dapat dinyatakan ketika bersama masyarakat melakukan kegiatan di untuk lembaga sosial, sehingga lebih menyadari bahwa keadaan mereka lebih baik dan lebih patut disyukuri.
Evaluasi dan Refleksi
Dalam mengevaluasi gerakan dapat dilakukan didalam komunitas dan dapat direfleksikan secara pribadi apa yang komunitas dapatkan. dalam mengevaluasi bukan hanya hal-hal yang secara teknis namun juga hal-hal yang bersifat “rasa” yang dirasakan oleh komunitas dan bagaimana respon masyarakat. Sehingga dari evaluasi kita dapat merumuskan tema generatif yang baru yang dapat berlanjut terus menerus.
SUSUNAN PA METODE SCP
i) Aktifitas Terfokus
penentuan tema generatif dan teks alkitab yang sesuai. Waktu yang diperlukan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
ii) G1 menyampaikan cerita, share pengalaman pribadi
waktu : 15 menit
iii) G2 mengkritisi pengalaman dengan berbagai sudut pandang
waktu :10 menit
iv) G3 menyampaikan tafsiran teks alkitab
waktu : 10 menit
v) G4 mendialogkan antara teks alkitab dan pengalaman
waktu : 10 menit
vi) G5 melakukan aksi konkret sebagai saluran
waktu berlanjut, sehingga tidak dapat di tentukan
vii) evaluasi dan refleksi
untuk mengevaluasi dapat menentukan waktu tertentu sehingga dapat dilihat perkembangan dan pengaruhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar