Sabtu, 28 April 2012

Desain Kurikulum GBKP sei Tapung Klasis Riau Sumbar



Pengantar
Dalam pembuatan sebuah kurikulum, disarankan (lebih tepanya diwajibkan) untuk membuat sebuah desain kurikulum. Yang dimana desain kurikulum berisi prinsip-prinsip mengajar dan belajar yang baik, ketentuan atau pedoman bagi berbagai aspek dari program yang edukatif. Selain prinsip-prinsip desain kurikulum berisi ketentuan serta ketetapan tentang alat-alat bantu edukatif.
Konteks Gereja
GBKP Riau Sumbar terdiri dari beberapa runggun. Salah satunya merupakan runggun Ujung Batu-Maranatha Kabun.  Runggun ini terdiri dari 5 gereja terpisah yang disebut dengan perpulungen yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kumpulan. Di sini saya sebagai penulis memfokuskan kepada sejarah perkembangan pendidikan kristiani pada Perpulungen Sei Tapung.
Perpulungen Sei Tapung terletak pada kompleks perumahan PTPN V Tandun Sumatera Barat. Perpulungen ini ada berhubung banyak jemaat karo dari Sumatera Utara merantau ke Riau khususnya ke Sei Tapung. Tempat kebaktian tetap untuk perpulungen ini merupakan milik bersama, artinya gereja yang dipakai untuk melaksanakan kebaktian merupakan bangunan Gereja Oikumene. Awalnya gereja ini hanya di pakai oleh HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) gereja kesukuan Batak Toba, namun telah menjadi milik bersama dan dipakai bersama.
GBKP Jemaat Sei Tapung berada ditengah-tengah budaya Minang yang dimana masyarakat nya mayoritas beragama Islam. Walau hidup berdampingan dengan masyarakat muslim, namun jemaat hampir tidak pernah memiliki masalah yang berkaitan dengan perbedaan suku dan agama. Hal ini mungkin juga di pengaruhi dari pekerjaan mereka yang sama, yaitu sebagai karyawan PTPN V. Pekerjaan menurut saya mempengaruhi kerukunan karena menurut saya mereka memiliki tujuan yang sama berada di perkebunan ini. Kehidupan jemaat yang berdekatan karena faktor tempat tinggal yang berupa perumahan milik PTPN V, membuat jemaat mengenal dekat satu dengan yang lainnya. Bukan hanya faktor rumah yang berdekatan namun juga lamanya tinggal di Sei Tapung yang dimana sebagian besar jemaat sudah tinggal lebih dari lima tahun. Contohnya saja salah seorang jemaat bernama Rinaldi Sembiring, yang tinggal sudah hampir dua puluh tahun.
Namun permasalahan yang muncul di gereja adalah soal karakter kepemimpinan yang tidak ada di kemajelisan. Tidak adalagi yang dapat memberikan contoh hidup yang baik dan perduli akan sesama. Hal ini terlihat dari kegagalan-kegagalan yang dialami para majelis lewat perselingkuhan, perjudian dan juga permainan uang. Selain itu kepedulian terhadap gereja sendiri juga tidak tumbuh digereja ini . Hal ini terlihat dari tidak berkembangnya kepengurusan di kategorialnya, dan tidak terlibatnya majelis dalam kegiatan kategorial-kategorial khususnya anak.
Perpulungen Sei Tapung terdiri dari 37 kepala keluarga. 30 orang merupakan anak sekolah minggu,50 orang merupakan anak remaja, dan 6 orang anak dewasa yang disebut Permata. Perpulungen Sei Tapung di pimpin 6 majelis. 3 majelis disebut dengan pertua dan yang 3 majelis lagi disebut dengan diaken. Perbedaan kedua majelis ini merupakan perbedaan fungsi pada masa dahulunya. Pertua merupakan majelis yang mengurus tentang hal-hal yang menyangkut gereja. Misalnya, kebaktian dan katekisasi. Diaken merupakan majelis yang mengurus hal-hal yang menyangkut tentang pelayanan terhadap jemaat. Namun sekarang pertua dan  diaken cenderung sudah mempunyai tugas yang sama di GBKP.[1]
Gereja dan Masyarakat
Gereja akan selalu berhubungan dengan masyarakat, baik nasional maupun global. Mau tidak mau pengaruh-pengaruh global akan terasa hingga pelosok-pelosok daerah termasuk gereja. Dibawah ini merupakan lima konteks nasional dan global yang melingkupi kurikulum
1)      Masyarakat majemuk
Kemajemukan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keanekaragaman. Sedangkan masyarakat adalah sejumlah manusia dlm arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka anggap sama. Sehingga Masyarakat majemuk merupakan sejumblah manusia yang terikat oleh kebudayaan yang sama didalam keanekaragaman.
Masyarakat majemuk tersebut merupakan konteks yang tidak bisa dipungkiri dari Indonesia, walaupun hidup dan tinggal di desa sekalipun, saat ini sudah memiliki kemajemukan yang beragam. Walaupun dipersatukan disatu bangsa yaitu bangsa indonesia, diatur dengan hukum Indonesia namun keanekaragaman yang lain tidak bisa di hilangkan begitu saja. Kemajemukan bisa terlihat dalam bidang agama, ekonomi, budaya, sosial, hingga pendidikan sekalipun. Indonesia juga sering mengalami konflik yang disebabkan oleh kemajemukan.
Faktor yang menyebabkan kemajemukan masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
a.                   Keadaan geografi Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari lima pulau besar dan lebih dari 13.000 pulau kecil sehingga hal tersebut menyebabkan penduduk yang menempati satu pulau atau sebagian dari satu pulau tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa, dimana setiap suku bangsa memandang dirinya sebagai suku jenis tersendiri.

b.                  Letak Indonesia diantara Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik serta diantara Benua Asia dan Australia, maka Indonesia berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan. Hal ini mempengaruhi terciptanya pluralitas/kemajemujkan agama.

c.                    Iklim yang berbeda serta struktur tanah di berbagai daerah kepulauan Nusantara ini merupakan faktor yang menciptakan kemajemukan regional.

Dalam hal ini GBKP memang memiliki dan merasakan kemajemukan itu sendiri, mulai dari hidup ditengah-tengah masyarakat yang berbeda agama , budaya yang berbeda hingga pendidikan yang juga membedakan mereka. Warga Sei Tapung mampu dikatakan masyarakat, hal ini dikarenakan adanya sesuatu yang menyamakan yaitu kepentingan bekerja dan juga dapat disebut majemuk karena terdiri dari hal-hal yang membedakan satu dengan yang lain.
Dalam budaya karo sendiri pun terjadi kemajemukan ataupun keanekaragaman kedudukan dalam pesta-pesta adat. Dalam pesta adat karo terdiri dari tiga posisi utama yang menjalankan acara. Tiga posisi tersebut dirangkai dalam satu kesatuan yaitu rakut sitelu.
Rakut sitelu atau daliken sitelu (artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga) adalah sesuatu yang penting dalam susunan masyarakat Karo yang  berarti ikatan yang tiga. Arti rakut sitelu tersebut adalah sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) bagi orang Karo.Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam masyarakat Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
1.      Kalimbubu adalah kelompok pihak pemberi wanita dan sangat dihormati dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo. Masyarakat Karo menyakini bahwa kalimbubu adalah pembawa berkat sehingga kalimbubu itu disebut juga dengan Dibata Ni Idah (Tuhan yang nampak). Sikap menentang dan menyakiti hati kalimbubu sangat dicela. Kalau dahulu pada acara jamuan makan, pihak kalimbubu selalu mendapat prioritas utama, para anakberu (kelompok pihak penerima istri) tidak akan berani mendahului makan sebelum pihak kalimbubu memulainya, demikian juga bila selesai makan, pihak anakberu tidak akan berani menutup piringnya sebelum pihak kalimbubunya selesai makan, bila ini tidak ditaati dianggap tidak sopan. Dalam hal nasehat, semua nasehat yang diberikan kalimbubu dalam suatu musyawarah keluarga menjadi masukan yang harus dihormati, perihal dilaksanakan atau tidak masalah lain. kalimbubu diumpamakan sebagai legislatif,  pembuat undang- undang apabila dijelaskan dengan dilogikakan pada sistem pemerintahan Indonesia.

2.      Anakberu adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak gadis untuk diperistri. Anakberu ini diumpamakan sebagai yudikatif, kekuasaan peradilan. Hal ini maka anakberu disebut pula hakim moral, karena bila terjadi perselisihan dalam keluarga kalimbubunya, tugasnyalah mendamaikan perselisihan tersebut. Dalam pelaksanaan acara adat peran anakberu adalah yang paling penting. Anakberulah yang pertama datang dan juga yang terakhir pada acara adat tersebut. Lebih lanjut tugas-tugasnya antara lain.

3.      Senina adalah hubungan perkerabatan disebabkan seclan, atau hubungan lain yang berdasarkan kekerabatan. Tugas senina adalah memimpin pembicaraan dalam musyawarah, bila dikondisikan dengan situasi sebuah organisasi adalah sebagai ketua dewan. Fungsinya adalah sebagai sekaku, sekat dalam pembicaraan adat, agar tidak terjadi friksi-friksi ketika akan memusyawarahkan pekerjaan yang akan didelegasikan kepada anak beru. Sembuyak adalah mereka yang satu subclan, atau orang-orang yang seketurunan (dilahirkan dari satu rahim), tetapi tidak terbatas pada lingkungan keluarga batih, melainkan mencakup saudara seketurunan di dalam batas sejarah yang masih jelas diketahui. Saudara perempuan tidak termasuk sembuyak walaupun dilahirkan dari satu rahim, hal ini karena perempuan mengikuti suaminya. Peranan sembuyak adalah bertanggungjawab kepada setiap upacara adat sembuyak-sembuyaknya, baik ke dalam maupun keluar. Bila perlu mengadopsi anak yatim piatu yang ditinggalkan oleh saudara yang satu clan. Mekanisme ini sesuai dengan konsep sembuyak, sama dengan seperut, sama dengan saudara kandung.  Yang di maksudkan dengan satu subclan adalah sama dengan saudara kandung.

Dalam budaya Batak karo setiap orang akan pernah mendapat posisi sebagai kalimbubu, senina, sembuyak, dan anak beru. Hal ini menanamkan salah satu nilai demokrasi yang ada di budaya batak karo. Sehingga semua memiliki kewajiban dan menerima hak yang sama.

2)      Kemiskinan
Salah satu yang memajemukkan kemajemukan adalah ekonomi. Perbedaan yang ada dalam bidang ekonomi adalah tingkat pendapatan.Selama ini tingkat ekonomi yang biasa muncul di Indonesia adalah kelas atas, menengah dan kelas bawah. Namun yang menjadi permasalahn apabila ada kata “terlalu” yaitu dimana ada yang terlalu atas dan ada yang terlalu bawah.
Sangat kaya bukanlah kekhawatiran apa bila banyak orang yang sangat kaya yang membuat indonesia menjadi negara yang kaya. Namun apabila terlalu miskin membuat sebuah kekhawatiran dibidang ekonomi dimana indonesia ini cukup terkenal menjadi negara yang miskin padahal Indonesia kaya dengan alam dan budayanya.
Dalam konteks GBKP seitapung, kemiskinan bukanlah sesuatu yang dekat dengan kemiskinan. Hal ini dikarenakan dengan pekerjaan yang 80 % sama yaitu di pabrik dan kantor PTPN V membuat tingkat ekonomi yang hampir sama yaitu menengah. Selain itu tempat tinggal yang berkelompok yaitu di kompleks kelapa sawit, membuat masyarakat tidak terlalu bergaul dengan dunia luar secara langsung.  Bukan berarti semuanya berkemampuan, ada juga 20 % yang menurut saya masih butuh bantuan dan perhatian. Perhatian tersebut muncul karena orang-orang yang kurang mampu tersebut anaknya tidak dapat bersekolah bahkan mencari makan dengan meminta kepada orang lain.
3)      HAM
Hak asasi adalah hak dasar atau pokok. Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia.
Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999  Tentang Hak Asasi Manusia :
1.            Hak Asasi Pribadi / Personal Right
ü Hak kebebasan untuk bergerak,berpindah tempat
ü Hak kebebasan untuk mengeluarkan / menyatakan pendapat
ü Hak kebebasan memilih di organisasi atau perkumpulan
ü Hak untuk memilih,menjalankan agama dan kepercayaan masing - masing
       2.  Hak Asasi Politik / Political Right
ü Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
ü Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintah
ü Hak membuat dan mendirikan partai politik dan organisasi politik lainnya
ü Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
       3.  Hak Asasi Hukum / Legal Equality Right
ü Hak mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
ü Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / PNS
ü Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
      4.  Hak Asasi Ekonomi / Property Right
ü Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
ü Hak Kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
ü Hak kebebasan menyelenggarakan sewa - menyewa
ü Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu
ü Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang sama
      5.  Hak Asasi Peradilan / Produral Right
ü Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
ü Hak persamaan atas perlakuan,penggeledahan,penangkapan,penahanan,penyelidikan di mata hukum
      6.  Hak Asasi Sosial Budaya / Social Culture Right
ü Hak menentukan memilih,mendapatkan pendidikan
ü Hak mendapatkan pengajakan
ü Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat 

Pelanggaran HAM merupakan pelanggaran yang dilakukan dengan tidak menghargai HAM yang dimiliki oleh orang lain. Tahun 2011 di Indonesia penuh dengan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh berbagai pihak dan lapisan. Tidak memandang siapa pelaku dan korbannya, baik politisi, keamanan, rakyat biasa semua berpotensi menjadi pelaku dan korban pelanggaran HAM. Bisa dilihat di berita baik cetak maupun elektronik pada saat ini, dimana para pihak pembela negara bisa dengan enaknya membunuh rakyat yang menyampaikan aspirasinya.
Hal ini sangat bertentangan dengan pandangan dunia selama ini . Dunia sekarang ini melihat Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara dimana Islam bisa berdampingan dengan demokrasi dan HAM. Namun, dalam prakteknya di lapangan ternyata 2011 penuh dengan berbagai macam pelanggaran HAM.
HRWG(Human Right Advocacy ) melihat kondisi tersebut ditandai semakin besarnya jarak antara tanda-tanda keberhasilan di tingkat regional dan global dengan situasi HAM di tingkat nasional. Terutama tatkala pemerintah tidak menindaklanjuti serius rekomendasi dan seruan komunitas internasional terkait dengan pelanggaran HAM di Indonesia. Dalam catatannya, terungkap sejumlah contoh yakni munculnya sejumlah kasus-kasus kekerasan yang dilakukan aparat negara sebagai implikasi dari keterlibatan negara dalam bisnis-bisnis segelintir pihak swasta semakin mencuat ke permukaan. Mengenai kelompok minoritas, kelompok ini semakin berada pada posisi yang terdiskriminasi dan tersingkirkan. Sedangkan di sisi lain, tidak ada tindakan kongkrit pemerintah untuk melindungi kelompok-kelompok minoritas.
Lebih lanjut dipaparkan bahwa sepajang 2011 hampir tiap bulannya terjadi kekerasan dan penyerangan kepada kelompok-kelompok minoritas agama dan keyakinan olek kelompok-kelompok intoleran. Bahkan oleh aparat negara, hak-hak mereka yang minoritas terabaikan. Belum lagi, menurut HRWG, pelanggaran HAM lain yang sampai saat ini belum terselesaikan. Baik itu pelanggaran masa lalu atau pelanggaran lain yang terjadi pasca-reformasi.
GBKP sei tapung juga sepertinya tidak memiliki masalah mengenai HAM. Sampai sejauh ini saya di GBKP saya tidak pernah mendengar permasalahan mengenai pelanggaran HAM yang cukup serius. Hal ini juga terlihat dari kesempatan-kesempatan menjadi pejabat gereja yang terbuka. Walaupun ada kemungkinan keterbukaan itu disebabkan oleh kekurangan sumber daya manusia untuk menjadi pejabat-pejabt gereja.
4)      Kemajuan Iptek Era Informasi Globalisasi
Ilmu pengetahuan adalah gabungan berbagai pengetahuan yg disusun secara logis dan bersistem dng memperhitungkan sebab dan akibat. Teknologi merupakan metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan, dan secara keseluruhan merupakan  sarana untuk menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia
Ilmu Pengetahuan muncul sebagai akibat dari aktivitas untuk pemenuh kebutuhan hidup manusia, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat bisa di pisahkan dari lembaga pendidikan. Dimana pada abad 20 peran ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berarti bagi lembaga pendidikan. Sehingga pada abad 20 mampu mendorong lebih cepat dalam industri. Informasi,komunikasi,transportasi dan pertanian.
Di Indonesia pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi ini sangat dirasakan oleh masyarakat. Hal ini terlihat semua aktifitas masyarakat Indonesia sangat tergantung pada Ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun Indonesia masih dapat dikatakan jauh tertinggal dari negara lain, kemajuannya tetaplah sangat pesat.
Gereja dewasa ini juga sudah menerima baik ilmu pengetahuan dan teknologi dalam aktifitas bergereja. Begitu juga dengan GBKP Sei Tapung yang juga sudah cukup baik dalam menerima walaupun belum begitu maju apabila dibandingkan dengan gereja-gereja di kota. Hal ini dikarenakan kurangnya pendidikan dan kurangnya sumber daya manusia.
5)      Masalah Ekologi
Ekologi dapat dimengerti sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan (kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya).  
Fauna  Indonesia memiliki keanekaragaman yang  tinggi karena wilayahnya  yang  luas  dan  berbentuk  kepulauan tropis. Keanekaragaman yang tinggi ini disebabkan oleh Garis Wallace, yaitu garis  yang membagi Indonesia menjadi  dua  area;  zona zoogeografi Asia,  yang  dipengaruhi  oleh  fauna Asia,  dan  zona zoogeografi Australasia, dipengaruhi oleh  fauna Australia. Pencampuran  fauna di Indonesia  juga  dipengaruhi  oleh ekosistem yang  beragam diantaranya: pantai, bukit pasir, hutan bakau, dan terumbu karang.
Masalah ekologi yang  muncul  di  Indonesia  adalah  proses industrialisasi  dan pertumbuhan populasi yang  tinggi,  yang menyebabkan  prioritas  pemeliharaan  lingkungan  menjadi terpinggirkan.  Keadaan  ini  menjadi  semakin  buruk  akibat  aktivitas pembalakan  liar,  yang  menyebabkan  berkurangnya  area  hutan; sedangkan masalah lain, termasuk tingginya urbanisasi, polusi udara, manajemen sampah dan  sistem  pengolahan  limbah  juga  berperan dalam perusakan hutan. Dampak-dampak yang sangat dirasakan oleh manusia pada masa kini adalah global warming yang disertai dengan bencana-bencana alam. 
GBKP Sei Tapung mungkin kurang merasakan dan mengerti betul dengan ekologi. Dimana pembicaraan tentang ini kurang hangat untuk menjadi perbincangan. Hal ini dikarenakan lagi-lagi  hanya karena pendidikan dan juga pengetahuan yang kurang serta kesibukan masing-masing terhadap pekerjaan. Pengetahuan akan ekologi dan permasalahan hanya didapatkan dari media yang ada, dan jarang menjadi topik pembicaraan antara warga sekitar. Mereka lebih membicarakan masalah relasi sosial, pekerjaan dan perekonomian. Misalnya masalah antara warga, masalah manager yang kejam, masalah harga sawit yang rendah dan beberapa yang lain.
Panggilan Gereja dalam Konteks
Keluarga batak karo yang Harmonis dalam budaya, bernegara dan beragama
Keluarga adalah hal yang harus dimiliki oleh masyarakat karo, dengan budaya ia akan mampu menjadi keluarga bagi sekelompok orang hanya katena marga yang diturunkan dari orang tuanya. Dengan tutur yang akan berujung pada kekeluargaan yang diharapkan mampua ada rasa saling menyayangi menghormati yang akan membentuk harmonisasi dalam keluarga. (Mazmur 133 : 1-3)  merupakan ayat yang selalu dipakai untuk menciptakan kehidupan bersama yang rukun. Hal ini keluarga mampu menjadi berkat juga dalam komunitas
Pribadi yang berbagi hidup dalam kasih dan keadilan terhadap sesama dalam kemajemukan
Selanjutnya konsep kasih yang diletakkan dalam kerangka mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri (Matius 22:39).  Tuntutan kasih di dalam pengalaman Yesus Kristus adalah tuntutan yang egaliter. Menganggap manusia lain sebagai yang setara. Bercermin dari gagasan teologis seperti ini seharusnya pula gereja maupun seluruh anggota-anggotanya menganggap dirinya sejajar dengan kemanusiaan secara menyeluruh dan berlaku inklusif secara total dalam menebarkan kasih. Hal ini bukan hanya berlaku pada sesama agama namun juga ada ajaran untuk mengasihi sesama manusia seperti diri sendir. Sehingga ada keadilan terhadap sesama manusia yang berbeda agama dan suku yang akan di junjung tinggi oleh naradidik
Pribadi yang memimpin dan terpimpin dalam relasi sosial dengan sesama dan alam
Sesuai dengan keadaan warga, gereja terpanggil untuk memberikan pendidikan kepada warga untuk mempu menjadi pemimpin yang mau dipimpin hingga menjadi pribadi yang terpimpin. Konsep kepemimpinan umum biasanya dikaitkan dengan konsep kuasa (power). Karena pemimpin diidentikkan dengan kuasa, muncul opini umum yang mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki kuasa. Kuasa itu sendiri sering kali didefinisikan sebagai kapasitas untuk mempengaruhi orang lain. Beberapa sumber kuasa yang populer termasuk posisi, uang, fisik, senjata, kepakaran, dan informasi.Namun gereja mengingatkan bahwa yang penting terlebih dulu adalah bahwa yesus tidak meniadakan kuasa. Ia sendiri mengatakan bahwa ia memiliki kuasa. Yang yesus lakukan adalah membongkar dan memperbaiki pengertian kuasa dan aplikasinya oleh pemimpin. Ajaran yesus sama sekali tidak berfokus pada kuasa seorang pemimpin, namun kerendahan hati seorang pelayan. Kristus memandang kerajaan-nya sebagai suatu komunitas individu yang melayani satu sama lain (galatia 5:13).
Manusia yang berhubungan dengan Alam, dalam mazmur 104 di paparkan bahwa penyusun unsur-unsur alam ini bukan hanya manusia dan juga tidak tampak penonjolan peran manusia yang berlebihan. Tetapi bila mereka Kauberi napas, mereka dijadikan; Engkau memberi hidup baru kepada bumi. (Psa 104:30 BIS) Disini terlihat ada roh yang diberikan juga kepada ciptaan lain dan bukan hanya manusia. Manusia bukanlah satu-satunya ciptaan yang diberikan roh namun semua ciptaan. Hal ini membuat setiap ciptaan memiliki harga yang sama di mata TUHAN, tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Oleh sebab itu gereja memiliki panggilan untuk menjaga keseimbangan lingkungan bukan hanya menjaga jemaat saja.
Tujuan Kurikulum
Sesuai dengan konteks yang meliputi kurikulum maka tujuan umum adalah sebagai berikut
1.               Jemaat menjadi pribadi yang memiliki belas kasih terhadap sesama dalam pemahaman maupun tindakan sehari-hari dengan masih memegang dan menghargai budaya Batak Karo.
2.               Jemaat mampu menjadi pribadi yang menghindari ketidakadilan dan berlaku adil dalam kehidupan bersosial.
3.               Jemaat mampu menjadi pribadi yang memakai kebebasannya dengan menghargai kebebasan orang lain sehingga mampu menciptkan damai.
4.               Jemaat mampu menjadi pribadi yang dewasa dimana mampu memimpin membimbing dan dijadikan contoh di lingkungan sosial, sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.
5.               Jemaat mampu menjadi pribadi yang etis, mampu menggunakan dan memilah  ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang mana ada untuk pengembangan agama, sosial dan budaya dan yang mana yang menghancurkan
6.               Jemaat menjadi pribadi yang perduli dan cinta akan lingkungan sekitar dan mampu melakukan tindakan-tindakan nyata yang mendatangkan transformasi sosial.

Berdasarkan tujuan umum dan konteks, maka tujuan pendidikan untuk setiap kategorial adalah sebagai berikut:
a)      Anak
1.      Anak mampu menjadi pribadi yang mampu bermain, berbagi  dan berkomunikasi dengan teman-temannya baik yang yang satu suku, agama maupun yang berbeda.
2.      Anak mampu menjadi pribadi yang mau mengasihi dan saling berbagi terhadap orang lain.
3.      Anak mampu bertanggung jawab terhadap perbuatannya dan mau memaafkan kesalahan orang lain.
4.      Anak mampu mengenal sesuatu yang bukan miliknya, dan yang merupakan miliknya, baik itu budaya, gereja, teman, sekolah, sekolah minggu dan rumah.
5.      Anak mengerti manfaat serta kerugian ilmu pengetahuan dan alat elektronik.
6.      Anak  mampu menjaga kebersihan lingkungannya dan menjaga kelestarian lingkungan.

b)      Remaja
1.      Remaja  mampu  memahami konsep dalam berteman, bekerjasama, dan berlaku adil terhadap sesama teman serta  memahami  penyebab munculnya konflik dan  dan terjalinnya perdamaian dalam keluarga,  komunitas dan masyarakat.
2.      Remaja mampu mengetahui dan  memahami mengenali arti dan yang dimaksud dengan kaum marginal serta mengerti dan memiliki nilai-nilai yang baik untuk ia pegang seumur hidupnya sebagai orang yang berbelas kasih.
3.      Remaja mampu melihat peraturan-peraturan yang ada sebagai sarana untuk saling menjaga kebebasan satu dengan yang lain, bukan sekedar larangan yang memiliki sanksi.
4.      Remaja mampu menjadi teladan untuk sesama dengan bersikap pemimpin dengan memegang nilai rakut sitelu di  budaya karo.
5.      Remaja mengetahui dan mampu menggunakan teknologi-teknologi yang mampu menambah pengetahuan dan peran dalam gereja.
6.      Remaja mampu menghargai jasa orang lain yang menjaga lingkungan dan ikut berperan mencintai dan menjaga lingkungan dalam pergaulan sehari-hari.

c)      Dewasa
1.      Jemaat dewasa menjadi jemaat yang berbudaya dan berbelaskasih terhadap orang yang berbeda dengan budaya dan agamanya sekalipun dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Jemaat dewasa memiliki gaya hidup sebagai seorang pembawa damai dengan berlaku adil terhadap segala hal, dalam keluarga, pekerjaan maupun bermasyarakat.
3.      Jemaat dewasa mampu menjadi pribadi yang menjadi contoh dan berkarakter sebagai seorang pemimpin, sehingga mampu memimpin baik di acara-acara adat, gereja maupun bermasyarakat.
4.      Jemaat dewasa mampu menjadi pribadi yang menghargai sejarah dan budayanya dengan menggunaka ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu menjaga agar budaya dan kearifan lokal tidak dirusak oleh ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
5.      Jemaat dewasa mampu menjadi pribadi yang melakukan tindakan nyata yang mendatangkan transformasi sosial dalam perduli akan lingkungan.
Skopa
Dalam isi atau materi kurikulum hal-hal yang perlu diperhatikan adalah bukan hanya pribadi naradidik namun juga hubungan nara didik dengan hal-hal yang ada diluar dirinya.
a.       Relasi manusia dengan Tuhan merupakan suatu hubungan yang tidak bisa dipisahkan yang ada dalam pendidikan kristiani. Bagaimana pemahaman dan pengalaman manusia dengan Tuhan merupakan salah satu bagian kurikulum yang berguna untuk menyadari akan relasi tersebut. Sesuai dengan konteks maka hubungan manusia dengan Tuhan juga mampu di jalin melalui pengadaan disiplin spiritualitas misalnya saat teduh, lectio divina dan beberapa yang lain. Hal ini penting selain gereja dan PA, karena setiap orang butuh keheningan untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan dan menjalin hubungan yang lebih harmonis lagi.

b.      Relasi manusia dengan sejarah adalah suatu hubungan yang mempengaruhi peradapan manusia. Hubungan ini juga penting dalam kurikulum. Mengapa? ada istilah jangan seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Hubungan antara manusia dan sejarah adalah hubungan yang untuk mengingatkan kembali siapa manusia itu, bagaimana perjalanan nya, bagaimana peradabannya dan bagaimana masa lalunya. Hal ini warga GBKP disadarkan dengan kurikulum yang mengandung penyadaran bahwa mereka manusia yang bersejarah dan hidup dengan masa lalu di daerah asal. Daerah perantauan bukanlah tempat untuk meninggalkan budaya, namun nilai budaya dalam sejarah bisa dilestarikan.

c.       Relasi manusia dengan sesama adalah hubungan yang diakibatkan oleh terciptanya manusia sebagai makhluk sosial. Namun pada zaman sekarang muncul sifat individualis pada manusia sehingga hubungan tidak lagi terjalin harmonis. Hal ini penting dalam kurikulum khususnya ketika ini berhubungan dengan komunitas dan kemajemukan masyarakat. Hubungan antara warga satu dengan yang lain GBKP tidak bisa lepas dari tutur dan marga. Kurikulum lebih mengarah kepada mengatasi konflik yang ada didalam hubungan dengan sesama.

d.      Relasi manusia dengan dirinya sendiri merupakan sebuah hubungan yang terkadang sering kurang diperhatikan. Hal ini dikarenakan manusia lebih banyak terfokus dengan hal-hal yang berada diluar dirinya. Misalkan pekerjaan, komunitas lingkungan. Namun ia tidak memperhatikan dirinya dan kebutuhannya. Oleh karena itu kurikulum penting untuk memasukkan hubungan ini sebagai penyadaran pribadi naradidik.

e.       Relasi manusia dengan lingkungan merupakan hal yang tidak mampu untuk terpisahkan, hal ini karena manusia hidup di lingkungan. Namun lingkungan seakan-akan harus memenuhi keinginan manusia bukan sekedar kebutuhan. Hubungan antara manusia dan lingkungan sebaiknya juga terjalin harmonis.  Mungkin tidak terlalu disadari mengenai hubungan ini, namun dengan kurikukulum merupakan salah satu cara untuk menyadarkan warga untuk menjalin hubungan dengan lingkungan.
Isi/ Materi Kurikulum
Sesuai konteks yang dihadapi, maka prioritas materi dalam desain kurikulum ini berisikan mengenai resolusi konflik dan dialog mengenai upaya membangun komunikasi yang terus terang dan terbuka untuk mewujudkan keluarga Kristen yang harmonis dan bersama-sama perduli dengan sesama dan lingkungan.  Kemudian penyusunan tema generatif harus dikaitkan dengan permasalahan-permasalahan yang mengakibatkan konflik di kalangan warga dan mencipatakan kedamaian. Permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi ditengah-tengah masyarakat merupakan hal-hal yang tabu untuk di bicarakan. oleh sebab itu dibutuhkan  diskusi yang radikal. Hal ini bertujuan untuk membahas sikap-sikap hidup dan menghadapi pandangan yang berbeda  Hal ini menurut saya menjadi hal penting menjadi materi dalam kurikulum yang disusun untuk membangun perdamaian dan keterbukaan di dalam tubuh jemaat.
a.       Dalam materi kurikulum,kesadaran akan intimnya relasi dengan TUHAN merupakan suatu materi yang ada dalam kurikulum. Dengan pengetahuan yang bukan hanya dari agama sendiri, tapi juga bisa dengan melihat perspektif agama lain mengenai relasi ini. Hal ini penting selain melihat bagaimana ragam cara membangun relasi dengan TUHAN begitu pula mengenal agama lain.
b.      Dalam pendidikan kristiani, bukan hanya berpusat pada alkitab namun juga dapat belajar dari pengalaman. Pengalaman yang merupakan bagian dari sejarah ini dapat diolah dalam kurikulum khususnya untuk anak. Hal ini untuk membangun pengetahuan anak mengenai sejarah, budaya masa lampau. Apalagi daerah ini merupakan daerah perantauan dimana adat tidak terlalu ditekankan.
c.       Etos dan komitmen melayani para majelis perlu dibangkitkan dan diolah lagi secara maksimal untuk menumbuhkan keteladanan mereka di kalangan warga gereja. Para majelis dan aktivis gereja perlu dibekali dengan materi-materi seputar praktek melayani dan pemahaman teologis yang mendalam mengenai motivasi melayani dan tujuan melayani. Hal ini menjadi sesuatu yang kurang diperhatikan di gereja. Majelis terkadang terpilih karena kurangnya sumber daya manusia sehingga jemaat yang ingin menjadi majelis boleh menjadi majelis tanpa memperhatikan memampuan dan keteladanannya. Oleh karena itu ketika masa kepengurusan majelis muncul masalah-masalah yang berhubungan dengan pelayanan dan keteladanan seorang pemimpin.
Para majelis  maupun pengurus komisi dan aktivis gereja juga dilatih  untuk  mengatasi konflik yang mereka hadapi maupun dihadapi warga gereja.  Hal ini penting dalam membangun rasa damai di gereja. Terkadang penyelesaian konflik tidak ditemukan titik terangnya bahkan dibutuhkan orang-orang ketiga untuk mencari penyelesaian akan konflik tersebut. Penyelesaian konflik akan lebih bisa ditemukan ketika jemaat mengingat budaya rakut sitelu yang ada didalam kebudayaan karo . Marga yang menjadikan mereka bersaudara di lingkungan perntauan.Rasa menghargai sembuyak, kalimbubu anak beru  dan senina akan membuat konflik lebih mudah dibicarakan dan diselesaikan. Sementara itu usaha meningkatkan kualitas aktivitas Sekolah Minggu sudah harus dikonkretkan dengan upaya pembinaan guru Sekolah Minggu yang teratur. Hal ini perlu disadari dikarenakan aktivis sekolah minggu merupakan pemuda-pemuda gereja yang hanya memakai pengalaman sejak mereka di sekolah minggu. Padahal sekolah minggu merupakan langkah awal pembangunan dan kehidupan gereja dan bangsa, tetapi perhatian kepada sekolah minggu sangatlah kurang.
d.      Mengenal akan siapa diri dan bagaimana diri merupakan salah satu cara untuk membangun relasi dengan diri sendiri. Dimana materi yang akan disampaikan adalah materi dalam pengenalan diri pribadi, baik itu sifat, karakter, spiritualitas, seksualitas dan pengenalan yang lainnya.
e.       Materi yang akan disampaikan merupakan materi yang mencoba melihat bahwa lingkungan merupakan pribadi, yang dimana butuh relasi dengan manusia yang dimana juga merupakan pribadi yang diciptakan. Sehingga manusia mampu menyadari bahwa tidak berarti manusia semena-mena terhadap lingkungannya. Hal ini bisa saja dengan pengetahuan-pengetahuan umum mengenai lingkungan baik nasional dan global.
Proses Belajar Mengajar
Proses merupakan bagian yang penting, hal ini akan menentukan bagaimana tercapainya tujuan. Proses akan berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum yang akan melibatkan keseluruhan hal yang telah di rencanakan, baik penggunaan alat, tindakan guru hingga perkembangan nara didik.
Proses belajar mengajar yang terjadi di GBKP dapat diperkirakan akan memiliki hambatan yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Hal ini seperti yang telah dijelaskan di konteks bahwa sumber saya yang mau ambil bagian digereja sedikit dan tidak memiliki pengetahuan di bidang pendidikan. Namun hal yang perlu dipikirkan sebelum kurikulum ini dilaksanakan adalah tenaga pelaksana yang akan bekerja. Solusi yang ditawarkan adalah mendatangkan tenaga pengajar dari luar, apakah mahasiswa teologi praktek[2] atau dilakukan pelatihan-pelatihan kepada majelis dan beberapa jemaat sebagai calon fasilitator.
Selain itu juga dalam prosesnya akan dibutuhkan fasilitator yang ada di bidang ekonomi, ekologi, sosial, budaya, kesehatan, ilmu pengetahuan. Hal ini selain menambah fariasi untuk mencegah kebosanan, akan memperluas pengetahuan dan pandangan naradidik. Dengan materi yang butuh untuk praktek secara langsung diharapkan  sebisa mungkin fasilitator dari luar ini hidup live in bersama warga jemaat, sehingga ketrampilan dan pengetahuan mereka bisa secara serius dan langsung praktek hingga mahir. Selain itu proses belajar mengajar didukung suasana saling mengenal sehingga  membentuk hubungan fasilitator dengan naradidik yang menjadi “saling”.
Proses ini sebaiknya terus di evaluasi. Menurut saya evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses. Hal ini sebenarnya secara teknis namun mempengaruhi proses belajara mengajar.
Metode
Dalam pendidikan ada metode-metode dalam proses belajar mengajar. Metode merupakan sarana untuk mencapai tujuan dari kurikulum itu sendiri. Dalam pemakaian metode sebaiknya melihat tujuan, materi, konteks belajar mengajar itu sendiri

Anak
Untuk anak, metode yang dipakai bisa menggunakan metode partisipatif, eksperensial maupun perpaduan dari keduanya. Hal ini dikarenakan selain anak mampu bermain yang memperhatikan perkembangan psikomotorik anak, namun juga bisa belajar yang memperhatikan afektif dan kognitif anak. Metode Partisipatif  yang bisa dipakai untuk kurikulum anak yaitu Audio-Visual(Audio-visual) dan peragaan peran(Role Play). Metode Eksperiensial Ungkapan kreatif, berjalan buta, penugasan dimana dari metode ini anak dapat bersentuhan langsung dengan objek yang dipelajari dan bisa merasakan langsung didalamnya.  Partisipatif Eksperensial yang dapat dipakai hanya seperti test biasa, ataupun seperti cerdas cermat, cerdas tangkas dan beberapa
Remaja
Dalam pendidikan untuk remaja, metode yang dapat dipakai lebih berfariasi dibandingkan dengan metode untuk anak. Metode Partisipatif  yaitu: Pernyataan (Statement), Pengumpulan gagasan (Brainstorming), Audio-Visual(Audio-visual), diskusi kelompok (Group-discussion), kelompok berbincang-bincang (Buzz Group), kwis(Quiz), peragaan peran(Role Play).  Metode Eksperiensial yang dapat digunakam yaitu ungkapan kreatif, berjalan buta, penugasan.   Partisipatif Eksperensial yang dapat dipakai yaitu: Pertemuan dan demonstrasi. hal ini mengingat remaja sudah memiliki cara berpikir sendiri.
Dewasa
Kehidupan yang dijalani orang dewasa adalah kehidupan yang lebih rumit dibandingkan Metode Partisipatif  yaitu: Pernyataan (Statement), Pengumpulan gagasan (Brainstorming), Audio-Visual(Audio-visual), diskusi kelompok (Group-discussion), kelompok berbincang-bincang (Buzz Group), forum(forum),kwis(Quiz), study kasus(Case Study),  peristiwa(incident), peragaan peran(Role Play).  Metode Eksperiensial yang bisa dimasukkan kedalam kurikulum orang dewasa yaitu: Ungkapan kreatif, berjalan buta, penugasan, lokakarya, kunjungan lapangan kerja proyek, tinggal di tempat. Partisipatif Eksperensial yang bisa dipakai  yaitu: Pertemuan, latihan simulasi dan demonstrasi. Ketiga metode ini menuntut peran murid dalam proses pemeranan yang ada.
Menurut saya dalam melaksanakan kurikulum harus ditekankan bahwa sebaiknya metode-metode pendidikan kristiani  yang ada didalam kurikulum sebaiknya dilaksanakan oleh berbagai komisi secara sinergis. Dalam arti setiap komisi harus bekerjasama untuk melakasanakannya. Misalnya ketika thema ekologi ada pelaksanaan setiap komisi yang seragam. Namun setiapa kegiatan dilaksanakan dengan realisasi yang dapat benar-benar diwujud nyatakan. Misalnya apabila ingin melakukan penghijauan, tidak berarti warga jemaat melakukan penghijauan dengan menanam pohon pinus, mahoni dan beberapa pohon lainnya di daerah perkebunan kelapa sawit. Namun bisa dilakukan dengan penanaman pohon di hutan lindung atau di pekarangan rumah masing-masing.
Berkunjung ke tempat yang berhubungan dengan thema akan menambah kemungkinan bahwa tujuan akan lebih tercapai. Hal ini juga untuk memperluas wawasan dan mampu membangkitkan diskusi-diskusi yang berasal dari pengalaman yang mereka alami. Ini juga membangkitkan group-group diskusi dalam warga jemaat yang akan diteruskan di keluarga. Seperti yang dikatakan diatas, apabila dilakukan secara sinergis di setiap komisi maka diskusi akan diteruskan kedalam keluarga bukan hanya sebatas diskusi komisi tertentu.
Berperan langsung dan aktif merupakan metode yang memang bisa membuat tujuan bisa tercapai, namun bukan berarti pengetahuan yang bersifat informatif tifak penting. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan dalam aspek kognitif maka dibutuhkan juga metode perkuliahan, pengajaran, seminar yang mendatangkan pembicara yang ahli dalam bidangnya. Misalnya mengenai ekonomi atau  pendidikan yang bisa mendatangkan pembicara di bidangnya yang akan dihubungkan kepada kehidupan bergereja dan berkeluarga.

Konteks Kegiatan Belajar mengajar
Pertama harus dikatakan bahwa desain kurikulum ini harus menjangkau lingkup sesuai konteks masalah yang dihadapi warga GBKP Sei Tapung. Konteks GBKP Sei Tapung merupakan konteks  memungkinkan desain kurikulum ini menjangkau dimensi teologis, masalah kultural, aspek sosial menyangkut dimensi kehidupan yang multikultural, menjangkau aspek ekonomi warga jemaat hingga aspek ekologi. Aspek-aspek tersebut sangat pas menjadi ruang lingkup dalam desain kurikulum pendidikan kristiani
Melihat aspek ekonomi yang sesuai konteks kehidupan warga gereja yang mayoritas adalah karyawan dan juga wiraswasta maka konteks kegiatan belajar mengajar pendidikan kristiani perlu diarahkan  untuk memperbincangkan kehidupan ekonomi yang cukup lebih luas lagi. Dimana ada kepeduliaan terhadap lapisan lain dari mereka, orang-orang yang tidak seberuntung untuk mendapat posisi seperti yang mereka duduki. Ini perlu didukung dasar teologis yang kuat untuk memperbincangkan realitas orang lain yang kurang seberuntung mereka  sebagai kaum tertindas. Perbincangan teologis sebisa mungkin juga diwujudnyatakan dengan menyentuh dinamika kehidupan langsung warga dalam beragam profesi yang dijalaninya,bukan berkisar pada masalah doktrin semata, namun lebih menyentuh kepada pengalaman langsung. Perbincangan teologis juga sebisa mungkin dikaitkan dengan keadaan ekologi yang semakin kehilangan perhatian dan semakin nyata kerusakannya.
Selain itu pembicaraan mengenai nilai-nilai budaya yang ada di daam budaya batak karo. Misalnya nilai-nilai demokrasi yang ada dalam budaya rakut sitelu dan beberapa cerita rakyat yang mengandung nilai untuk menjalani kehidupan. Dengan pendekatan crosstekstual yang dapat mempermudah dan menyentuh ketika firman masuk lewat budaya.
Dengan konteks kegiatan belajar mengajar, kurikulum yang menyangkut bidang kehidupan yang langsung dan  umum  maka sesungguhnya usaha membangun karakter jemaat inklusifitas dapat dipastikan dasarnya sudah melekat kuat dalam kehidupan warga gereja akan menuai hasil dengan lebih kuatnya. Hasil yang akan dituai berasal dari dimensi moral warga gereja yang lebih tulus menghargai keberadaan masyarakat plural baik dalam dimensi religiositas maupun dimensi yang lain. Dengan konteks kegiatan belajar mengajar demikian sesungguhnya fungsi dan konsep gereja yang berkoinonia, bermarturia, berdiakonia, serta berkerygma bisa diterapkan dalam desain kurikulum ini.
Tindakan yang bisa dilakukan
1.               Dalam katekisasi, anak bisa diajak ke LSM-LSM atau panti-panti asuhan yang ada untuk membangkitkan kepedulian anak, sehingga ketika ia masuk dengan jemaat dewasa dia siap untuk perduli juga dengan sosial dan sensitif dengan orang-orang yang terpinggirkan.
2.               Ibadah keluarga bisa dilakukan di tempat-tempat bencana ataupun alam terbuka ataupun apabila berani melakukan sesuatu yang ekstrim bisa dilakukan di tempat pembuangan akhir. Hal ini bertujuan agar keluarga terjun langsung sehingga mampu membangkitkan kepedulian dan cinta terhadap lingkungan.
3.               Dalam sekolah minggu, anak-anak dibiasakan berbahasa karo ataupun beribadah dengan budaya lain. Sehingga anak mampu mengalami langsung kemajemukan di Indonesia.
4.               Dalam kebaktian pemuda bisa dimasukkan falsafah-dalsafah batak karo. Hal ini juga sebagai tindakan yang mencegah terhapusnya nilai-nilai budaya yang kini telah terlihat di kalangan pemuda batak karo.
5.               Adanya seminar-seminar kepemimpinan yang diadakan di komisi-komisi. Khususnya sebelum pemilihan majelis-majelis gereja. Hal ini juga bertujuan agar jiwa kepemimpinan diolah terus menerus dalam setiap komisi dan mempersiapkan calon-calon majelis.
6.               Menyelenggarakan kegiatan tabungan bagi anak-anak jemaat, pemuda gereja, maupun ibu-ibu jemaat. Maksud dari tabungan ini adalah untuk membantu membiayai anak-anak dari keluarga miskin agar bisa bersekolah. Dalam kegiatan ini komisi yang membidangi anak-anak, pemuda, dan ibu-ibu bisa saling bekerjasama secara sinergis.
Sasaran Kurikulum Tercetak
Desain kurikulum ini akan dijadikan kurikulum yang akan dipakai di gereja. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa dalam melaksanakan kurikulum sebaiknya dilakukan oleh setiap komisi secara sinergis maka sasaran kurikulum yang di desain ini merupakan untuk pembinaan kategorial yang biasa sebut PA (Pemahaman Alkitab) dari mulai anak kecil, remaja, dewasa, ibu-ibu, bapak-bapak dan rumah tangga.


[1] Melihat fungsi dan peran, sesuai dengan kegiatan di GBKP Sei Tapung, yang mungkin tidak sama dengan gereja lain.
[2]  banyak mahasiswa teologi yang praktek di klasis riau sumbar yang juga praktek di sei tapung.