Pengantar
Dalam pembuatan sebuah kurikulum, disarankan (lebih
tepanya diwajibkan) untuk membuat sebuah desain kurikulum. Yang dimana desain
kurikulum berisi prinsip-prinsip mengajar dan belajar yang baik, ketentuan atau
pedoman bagi berbagai aspek dari program yang edukatif. Selain prinsip-prinsip
desain kurikulum berisi ketentuan serta ketetapan tentang alat-alat bantu edukatif.
Konteks Gereja
GBKP Riau Sumbar terdiri dari beberapa runggun. Salah
satunya merupakan runggun Ujung Batu-Maranatha Kabun. Runggun ini terdiri dari 5 gereja terpisah
yang disebut dengan perpulungen yang
dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kumpulan. Di sini saya sebagai penulis
memfokuskan kepada sejarah perkembangan pendidikan kristiani pada Perpulungen Sei Tapung.
Perpulungen Sei Tapung terletak pada kompleks perumahan
PTPN V Tandun Sumatera Barat. Perpulungen
ini ada berhubung banyak jemaat karo dari Sumatera Utara merantau ke Riau
khususnya ke Sei Tapung. Tempat kebaktian tetap untuk perpulungen ini merupakan milik bersama, artinya gereja yang
dipakai untuk melaksanakan kebaktian merupakan bangunan Gereja Oikumene.
Awalnya gereja ini hanya di pakai oleh HKBP (Huria Kristen Batak Protestan)
gereja kesukuan Batak Toba, namun telah menjadi milik bersama dan dipakai
bersama.
GBKP Jemaat Sei Tapung berada
ditengah-tengah budaya Minang yang dimana masyarakat nya mayoritas beragama
Islam. Walau hidup berdampingan dengan masyarakat muslim, namun jemaat hampir
tidak pernah memiliki masalah yang berkaitan dengan perbedaan suku dan agama.
Hal ini mungkin juga di pengaruhi dari pekerjaan mereka yang sama, yaitu
sebagai karyawan PTPN V. Pekerjaan menurut saya mempengaruhi kerukunan karena
menurut saya mereka memiliki tujuan yang sama berada di perkebunan ini.
Kehidupan jemaat yang berdekatan karena faktor tempat tinggal yang berupa
perumahan milik PTPN V, membuat jemaat mengenal dekat satu dengan yang lainnya.
Bukan hanya faktor rumah yang berdekatan namun juga lamanya tinggal di Sei
Tapung yang dimana sebagian besar jemaat sudah tinggal lebih dari lima tahun.
Contohnya saja salah seorang jemaat bernama Rinaldi Sembiring, yang tinggal
sudah hampir dua puluh tahun.
Namun permasalahan yang muncul di gereja
adalah soal karakter kepemimpinan yang tidak ada di kemajelisan. Tidak adalagi
yang dapat memberikan contoh hidup yang baik dan perduli akan sesama. Hal ini
terlihat dari kegagalan-kegagalan yang dialami para majelis lewat
perselingkuhan, perjudian dan juga permainan uang. Selain itu kepedulian
terhadap gereja sendiri juga tidak tumbuh digereja ini . Hal ini terlihat dari
tidak berkembangnya kepengurusan di kategorialnya, dan tidak terlibatnya
majelis dalam kegiatan kategorial-kategorial khususnya anak.
Perpulungen Sei Tapung terdiri dari 37 kepala keluarga.
30 orang merupakan anak sekolah minggu,50 orang merupakan anak remaja, dan 6
orang anak dewasa yang disebut Permata. Perpulungen
Sei Tapung di pimpin 6 majelis. 3 majelis disebut dengan pertua dan yang 3 majelis lagi disebut
dengan diaken. Perbedaan kedua
majelis ini merupakan perbedaan fungsi pada masa dahulunya. Pertua merupakan majelis yang mengurus
tentang hal-hal yang menyangkut gereja. Misalnya, kebaktian dan katekisasi. Diaken merupakan majelis yang mengurus
hal-hal yang menyangkut tentang pelayanan terhadap jemaat. Namun sekarang pertua dan diaken cenderung sudah
mempunyai tugas yang sama di GBKP.[1]
Gereja
dan Masyarakat
Gereja
akan selalu berhubungan dengan masyarakat, baik nasional maupun global. Mau
tidak mau pengaruh-pengaruh global akan terasa hingga pelosok-pelosok daerah
termasuk gereja. Dibawah ini merupakan lima konteks nasional dan global yang
melingkupi kurikulum
1)
Masyarakat majemuk
Kemajemukan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
keanekaragaman. Sedangkan masyarakat adalah sejumlah manusia dlm arti
seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka anggap sama.
Sehingga Masyarakat majemuk merupakan sejumblah manusia yang terikat oleh
kebudayaan yang sama didalam keanekaragaman.
Masyarakat majemuk tersebut merupakan konteks yang tidak
bisa dipungkiri dari Indonesia, walaupun hidup dan tinggal di desa sekalipun,
saat ini sudah memiliki kemajemukan yang beragam. Walaupun dipersatukan disatu
bangsa yaitu bangsa indonesia, diatur dengan hukum Indonesia namun keanekaragaman
yang lain tidak bisa di hilangkan begitu saja. Kemajemukan bisa terlihat dalam
bidang agama, ekonomi, budaya, sosial, hingga pendidikan sekalipun. Indonesia
juga sering mengalami konflik yang disebabkan oleh kemajemukan.
Faktor yang menyebabkan kemajemukan
masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
a.
Keadaan geografi Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan
yang terdiri dari lima pulau besar dan lebih dari 13.000 pulau kecil sehingga
hal tersebut menyebabkan penduduk yang menempati satu pulau atau sebagian dari
satu pulau tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa, dimana setiap suku bangsa
memandang dirinya sebagai suku jenis tersendiri.
b.
Letak Indonesia diantara Samudra Indonesia dan Samudra
Pasifik serta diantara Benua Asia dan Australia, maka Indonesia berada di
tengah-tengah lalu lintas perdagangan. Hal ini mempengaruhi terciptanya
pluralitas/kemajemujkan agama.
c.
Iklim yang berbeda
serta struktur tanah di berbagai daerah kepulauan Nusantara ini merupakan
faktor yang menciptakan kemajemukan regional.
Dalam hal ini GBKP memang memiliki dan merasakan
kemajemukan itu sendiri, mulai dari hidup ditengah-tengah masyarakat yang
berbeda agama , budaya yang berbeda hingga pendidikan yang juga membedakan
mereka. Warga Sei Tapung mampu dikatakan masyarakat, hal ini dikarenakan adanya
sesuatu yang menyamakan yaitu kepentingan bekerja dan juga dapat disebut
majemuk karena terdiri dari hal-hal yang membedakan satu dengan yang lain.
Dalam budaya karo sendiri pun terjadi kemajemukan ataupun
keanekaragaman kedudukan dalam pesta-pesta adat. Dalam pesta adat karo terdiri
dari tiga posisi utama yang menjalankan acara. Tiga posisi tersebut dirangkai
dalam satu kesatuan yaitu rakut sitelu.
Rakut sitelu atau daliken sitelu (artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga) adalah
sesuatu yang penting dalam susunan masyarakat Karo yang berarti ikatan yang tiga. Arti rakut
sitelu tersebut adalah sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) bagi orang Karo.Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga
sosial yang terdapat dalam masyarakat Karo yang terdiri dari
tiga kelompok, yaitu:
1.
Kalimbubu adalah kelompok pihak
pemberi wanita dan sangat dihormati dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo.
Masyarakat Karo menyakini bahwa kalimbubu adalah pembawa berkat sehingga
kalimbubu itu disebut juga dengan Dibata Ni Idah (Tuhan yang nampak). Sikap
menentang dan menyakiti hati kalimbubu sangat dicela. Kalau dahulu
pada acara jamuan makan, pihak kalimbubu selalu mendapat prioritas utama, para
anakberu (kelompok pihak penerima istri) tidak akan berani mendahului makan
sebelum pihak kalimbubu memulainya, demikian juga bila selesai makan, pihak
anakberu tidak akan berani menutup piringnya sebelum pihak kalimbubunya selesai
makan, bila ini tidak ditaati dianggap tidak sopan. Dalam hal nasehat, semua
nasehat yang diberikan kalimbubu dalam suatu musyawarah keluarga menjadi
masukan yang harus dihormati, perihal dilaksanakan atau tidak masalah lain.
kalimbubu diumpamakan sebagai legislatif, pembuat undang- undang apabila dijelaskan
dengan dilogikakan pada sistem pemerintahan Indonesia.
2. Anakberu adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak gadis
untuk diperistri. Anakberu ini diumpamakan sebagai yudikatif, kekuasaan
peradilan. Hal ini maka anakberu disebut pula hakim moral, karena bila terjadi
perselisihan dalam keluarga kalimbubunya, tugasnyalah mendamaikan perselisihan
tersebut. Dalam pelaksanaan acara adat peran anakberu adalah
yang paling penting. Anakberulah yang pertama datang dan juga yang terakhir
pada acara adat tersebut. Lebih lanjut tugas-tugasnya antara lain.
3. Senina adalah hubungan perkerabatan disebabkan seclan, atau
hubungan lain yang berdasarkan kekerabatan. Tugas senina adalah memimpin pembicaraan
dalam musyawarah, bila dikondisikan dengan situasi sebuah organisasi adalah
sebagai ketua dewan. Fungsinya adalah sebagai sekaku, sekat dalam pembicaraan
adat, agar tidak terjadi friksi-friksi ketika akan memusyawarahkan pekerjaan
yang akan didelegasikan kepada anak beru. Sembuyak adalah mereka yang satu subclan, atau orang-orang
yang seketurunan (dilahirkan dari satu rahim), tetapi tidak terbatas pada
lingkungan keluarga batih, melainkan mencakup saudara seketurunan di dalam
batas sejarah yang masih jelas diketahui. Saudara perempuan tidak termasuk
sembuyak walaupun dilahirkan dari satu rahim, hal ini karena perempuan
mengikuti suaminya. Peranan sembuyak
adalah bertanggungjawab kepada setiap upacara adat sembuyak-sembuyaknya, baik
ke dalam maupun keluar. Bila perlu mengadopsi anak yatim piatu yang
ditinggalkan oleh saudara yang satu clan. Mekanisme ini sesuai dengan konsep
sembuyak, sama dengan seperut, sama dengan saudara kandung. Yang di maksudkan dengan satu subclan adalah
sama dengan saudara kandung.
Dalam budaya Batak
karo setiap orang akan pernah mendapat posisi sebagai kalimbubu, senina,
sembuyak, dan anak beru. Hal ini menanamkan salah satu nilai demokrasi yang ada
di budaya batak karo. Sehingga semua memiliki kewajiban dan menerima hak yang
sama.
2)
Kemiskinan
Salah satu yang memajemukkan kemajemukan adalah ekonomi.
Perbedaan yang ada dalam bidang ekonomi adalah tingkat pendapatan.Selama ini
tingkat ekonomi yang biasa muncul di Indonesia adalah kelas atas, menengah dan
kelas bawah. Namun yang menjadi permasalahn apabila ada kata “terlalu” yaitu
dimana ada yang terlalu atas dan ada yang terlalu bawah.
Sangat kaya bukanlah kekhawatiran apa bila banyak orang
yang sangat kaya yang membuat indonesia menjadi negara yang kaya. Namun apabila
terlalu miskin membuat sebuah kekhawatiran dibidang ekonomi dimana indonesia
ini cukup terkenal menjadi negara yang miskin padahal Indonesia kaya dengan
alam dan budayanya.
Dalam konteks GBKP seitapung, kemiskinan bukanlah sesuatu
yang dekat dengan kemiskinan. Hal ini dikarenakan dengan pekerjaan yang 80 %
sama yaitu di pabrik dan kantor PTPN V membuat tingkat ekonomi yang hampir sama
yaitu menengah. Selain itu tempat tinggal yang berkelompok yaitu di kompleks
kelapa sawit, membuat masyarakat tidak terlalu bergaul dengan dunia luar secara
langsung. Bukan berarti semuanya
berkemampuan, ada juga 20 % yang menurut saya masih butuh bantuan dan perhatian.
Perhatian tersebut muncul karena orang-orang yang kurang mampu tersebut anaknya
tidak dapat bersekolah bahkan mencari makan dengan meminta kepada orang lain.
3)
HAM
Hak
asasi adalah hak dasar atau pokok. Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang
dimiliki oleh setiap manusia.
Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia :
1.
Hak Asasi Pribadi /
Personal Right
ü Hak kebebasan untuk bergerak,berpindah tempat
ü Hak kebebasan untuk mengeluarkan / menyatakan pendapat
ü Hak kebebasan memilih di organisasi atau perkumpulan
ü Hak untuk memilih,menjalankan agama dan kepercayaan
masing - masing
2. Hak
Asasi Politik / Political Right
ü Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
ü Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintah
ü Hak membuat dan mendirikan partai politik dan
organisasi politik lainnya
ü Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak
Asasi Hukum / Legal Equality Right
ü Hak mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan
ü Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / PNS
ü Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak Asasi
Ekonomi / Property Right
ü Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
ü Hak Kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
ü Hak kebebasan menyelenggarakan sewa - menyewa
ü Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu
ü Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang sama
5. Hak Asasi Peradilan
/ Produral Right
ü Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
ü Hak persamaan atas perlakuan,penggeledahan,penangkapan,penahanan,penyelidikan
di mata hukum
6. Hak Asasi
Sosial Budaya / Social Culture Right
ü Hak menentukan memilih,mendapatkan pendidikan
ü Hak mendapatkan pengajakan
ü Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan
bakat dan minat
Pelanggaran HAM merupakan pelanggaran yang dilakukan
dengan tidak menghargai HAM yang dimiliki oleh orang lain. Tahun 2011 di
Indonesia penuh dengan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh berbagai pihak dan
lapisan. Tidak memandang siapa pelaku dan korbannya, baik politisi, keamanan,
rakyat biasa semua berpotensi menjadi pelaku dan korban pelanggaran HAM. Bisa
dilihat di berita baik cetak maupun elektronik pada saat ini, dimana para pihak
pembela negara bisa dengan enaknya membunuh rakyat yang menyampaikan aspirasinya.
Hal ini sangat
bertentangan dengan pandangan dunia selama ini . Dunia sekarang ini melihat
Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara dimana Islam bisa
berdampingan dengan demokrasi dan HAM. Namun, dalam prakteknya di lapangan ternyata
2011 penuh dengan berbagai macam pelanggaran HAM.
HRWG(Human Right Advocacy ) melihat kondisi tersebut
ditandai semakin besarnya jarak antara tanda-tanda keberhasilan di tingkat
regional dan global dengan situasi HAM di tingkat nasional. Terutama tatkala
pemerintah tidak menindaklanjuti serius rekomendasi dan seruan komunitas
internasional terkait dengan pelanggaran HAM di Indonesia. Dalam catatannya,
terungkap sejumlah contoh yakni munculnya sejumlah kasus-kasus kekerasan yang
dilakukan aparat negara sebagai implikasi dari keterlibatan negara dalam
bisnis-bisnis segelintir pihak swasta semakin mencuat ke permukaan. Mengenai
kelompok minoritas, kelompok ini semakin berada pada posisi yang
terdiskriminasi dan tersingkirkan. Sedangkan di sisi lain, tidak ada tindakan
kongkrit pemerintah untuk melindungi kelompok-kelompok minoritas.
Lebih lanjut dipaparkan
bahwa sepajang 2011 hampir tiap bulannya terjadi kekerasan dan penyerangan
kepada kelompok-kelompok minoritas agama dan keyakinan olek kelompok-kelompok
intoleran. Bahkan oleh aparat negara, hak-hak mereka yang minoritas terabaikan.
Belum lagi, menurut HRWG, pelanggaran HAM lain yang sampai saat ini belum
terselesaikan. Baik itu pelanggaran masa lalu atau pelanggaran lain yang
terjadi pasca-reformasi.
GBKP sei tapung juga sepertinya tidak memiliki masalah
mengenai HAM. Sampai sejauh ini saya di GBKP saya tidak pernah mendengar
permasalahan mengenai pelanggaran HAM yang cukup serius. Hal ini juga terlihat
dari kesempatan-kesempatan menjadi pejabat gereja yang terbuka. Walaupun ada
kemungkinan keterbukaan itu disebabkan oleh kekurangan sumber daya manusia
untuk menjadi pejabat-pejabt gereja.
4)
Kemajuan Iptek Era Informasi Globalisasi
Ilmu
pengetahuan adalah gabungan berbagai pengetahuan yg disusun secara logis dan
bersistem dng memperhitungkan sebab dan akibat. Teknologi merupakan metode
ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan, dan secara
keseluruhan merupakan sarana untuk
menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup
manusia
Ilmu
Pengetahuan muncul sebagai akibat dari aktivitas untuk pemenuh kebutuhan hidup
manusia, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak dapat bisa di pisahkan dari lembaga pendidikan. Dimana pada
abad 20 peran ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berarti bagi lembaga
pendidikan. Sehingga pada abad 20 mampu mendorong lebih cepat dalam industri.
Informasi,komunikasi,transportasi dan pertanian.
Di
Indonesia pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi ini sangat dirasakan oleh
masyarakat. Hal ini terlihat semua aktifitas masyarakat Indonesia sangat
tergantung pada Ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun Indonesia masih dapat
dikatakan jauh tertinggal dari negara lain, kemajuannya tetaplah sangat pesat.
Gereja
dewasa ini juga sudah menerima baik ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
aktifitas bergereja. Begitu juga dengan GBKP Sei Tapung yang juga sudah cukup
baik dalam menerima walaupun belum begitu maju apabila dibandingkan dengan
gereja-gereja di kota. Hal ini dikarenakan kurangnya pendidikan dan kurangnya
sumber daya manusia.
5)
Masalah Ekologi
Ekologi dapat dimengerti sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dan (kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya).
Fauna Indonesia memiliki
keanekaragaman yang tinggi karena
wilayahnya yang luas
dan berbentuk kepulauan tropis. Keanekaragaman yang tinggi
ini disebabkan oleh Garis Wallace, yaitu garis
yang membagi Indonesia menjadi
dua area; zona zoogeografi Asia, yang
dipengaruhi oleh fauna Asia,
dan zona zoogeografi Australasia,
dipengaruhi oleh fauna Australia.
Pencampuran fauna di Indonesia juga
dipengaruhi oleh ekosistem
yang beragam diantaranya: pantai, bukit
pasir, hutan bakau, dan terumbu karang.
Masalah ekologi yang
muncul di Indonesia
adalah proses industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tinggi,
yang menyebabkan prioritas pemeliharaan
lingkungan menjadi
terpinggirkan. Keadaan ini
menjadi semakin buruk
akibat aktivitas pembalakan liar,
yang menyebabkan berkurangnya
area hutan; sedangkan masalah
lain, termasuk tingginya urbanisasi, polusi udara, manajemen sampah dan sistem
pengolahan limbah juga
berperan dalam perusakan hutan. Dampak-dampak yang sangat dirasakan oleh
manusia pada masa kini adalah global warming yang disertai dengan
bencana-bencana alam.
GBKP Sei Tapung mungkin kurang merasakan dan mengerti
betul dengan ekologi. Dimana pembicaraan tentang ini kurang hangat untuk
menjadi perbincangan. Hal ini dikarenakan lagi-lagi hanya karena pendidikan dan juga pengetahuan
yang kurang serta kesibukan masing-masing terhadap pekerjaan. Pengetahuan akan
ekologi dan permasalahan hanya didapatkan dari media yang ada, dan jarang
menjadi topik pembicaraan antara warga sekitar. Mereka lebih membicarakan
masalah relasi sosial, pekerjaan dan perekonomian. Misalnya masalah antara
warga, masalah manager yang kejam, masalah harga sawit yang rendah dan beberapa
yang lain.
Panggilan Gereja
dalam Konteks
Keluarga batak karo yang Harmonis dalam
budaya, bernegara dan beragama
Keluarga adalah hal yang harus dimiliki oleh masyarakat
karo, dengan budaya ia akan mampu menjadi keluarga bagi sekelompok orang hanya
katena marga yang diturunkan dari orang tuanya. Dengan tutur yang akan berujung
pada kekeluargaan yang diharapkan mampua ada rasa saling menyayangi menghormati
yang akan membentuk harmonisasi dalam keluarga. (Mazmur 133 :
1-3) merupakan ayat yang selalu dipakai
untuk menciptakan kehidupan bersama yang rukun. Hal ini keluarga mampu menjadi
berkat juga dalam komunitas
Pribadi yang berbagi hidup dalam kasih dan
keadilan terhadap sesama dalam kemajemukan
Selanjutnya
konsep kasih yang diletakkan dalam kerangka mengasihi sesama manusia seperti
mengasihi diri sendiri (Matius 22:39).
Tuntutan kasih di dalam pengalaman Yesus Kristus adalah tuntutan yang
egaliter. Menganggap manusia lain sebagai yang setara. Bercermin dari gagasan
teologis seperti ini seharusnya pula gereja maupun seluruh anggota-anggotanya
menganggap dirinya sejajar dengan kemanusiaan secara menyeluruh dan berlaku
inklusif secara total dalam menebarkan kasih. Hal ini bukan hanya berlaku pada
sesama agama namun juga ada ajaran untuk mengasihi sesama manusia seperti diri
sendir. Sehingga ada keadilan terhadap sesama manusia yang berbeda agama dan
suku yang akan di junjung tinggi oleh naradidik
Pribadi yang memimpin dan terpimpin dalam
relasi sosial dengan sesama dan alam
Sesuai dengan keadaan warga, gereja terpanggil untuk memberikan
pendidikan kepada warga untuk mempu menjadi pemimpin yang mau dipimpin hingga
menjadi pribadi yang terpimpin. Konsep kepemimpinan umum biasanya dikaitkan
dengan konsep kuasa (power). Karena pemimpin diidentikkan dengan kuasa, muncul
opini umum yang mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki
kuasa. Kuasa itu sendiri sering kali didefinisikan sebagai kapasitas untuk
mempengaruhi orang lain. Beberapa sumber kuasa yang populer termasuk posisi,
uang, fisik, senjata, kepakaran, dan informasi.Namun gereja mengingatkan bahwa
yang penting terlebih dulu adalah bahwa yesus tidak meniadakan kuasa. Ia
sendiri mengatakan bahwa ia memiliki kuasa. Yang yesus lakukan adalah
membongkar dan memperbaiki pengertian kuasa dan aplikasinya oleh pemimpin.
Ajaran yesus sama sekali tidak berfokus pada kuasa seorang pemimpin, namun
kerendahan hati seorang pelayan. Kristus memandang kerajaan-nya sebagai suatu
komunitas individu yang melayani satu sama lain (galatia 5:13).
Manusia yang berhubungan dengan Alam, dalam mazmur 104 di
paparkan bahwa penyusun unsur-unsur alam ini bukan hanya manusia dan juga tidak
tampak penonjolan peran manusia yang berlebihan. Tetapi
bila mereka Kauberi napas, mereka dijadikan; Engkau memberi hidup baru kepada
bumi. (Psa 104:30 BIS) Disini
terlihat ada roh yang diberikan juga kepada ciptaan lain dan bukan hanya
manusia. Manusia bukanlah satu-satunya ciptaan yang diberikan roh namun semua
ciptaan. Hal ini membuat setiap ciptaan memiliki harga yang sama di mata TUHAN,
tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Oleh sebab itu
gereja memiliki panggilan untuk menjaga keseimbangan lingkungan bukan hanya
menjaga jemaat saja.
Tujuan Kurikulum
Sesuai dengan konteks yang meliputi kurikulum maka tujuan
umum adalah sebagai berikut
1.
Jemaat
menjadi pribadi yang memiliki belas kasih terhadap sesama dalam pemahaman
maupun tindakan sehari-hari dengan masih memegang dan menghargai budaya Batak
Karo.
2.
Jemaat mampu
menjadi pribadi yang menghindari ketidakadilan dan berlaku adil dalam kehidupan
bersosial.
3.
Jemaat mampu
menjadi pribadi yang memakai kebebasannya dengan menghargai kebebasan orang
lain sehingga mampu menciptkan damai.
4.
Jemaat mampu
menjadi pribadi yang dewasa dimana mampu memimpin membimbing dan dijadikan
contoh di lingkungan sosial, sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi orang
lain.
5.
Jemaat mampu
menjadi pribadi yang etis, mampu menggunakan dan memilah ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang mana ada
untuk pengembangan agama, sosial dan budaya dan yang mana yang menghancurkan
6.
Jemaat
menjadi pribadi yang perduli dan cinta akan lingkungan sekitar dan mampu
melakukan tindakan-tindakan nyata yang mendatangkan transformasi sosial.
Berdasarkan tujuan umum dan konteks, maka tujuan pendidikan
untuk setiap kategorial adalah sebagai berikut:
a) Anak
1. Anak
mampu menjadi pribadi yang mampu bermain, berbagi dan berkomunikasi dengan teman-temannya baik
yang yang satu suku, agama maupun yang berbeda.
2. Anak
mampu menjadi pribadi yang mau mengasihi dan saling berbagi terhadap orang
lain.
3. Anak
mampu bertanggung jawab terhadap perbuatannya dan mau memaafkan kesalahan orang
lain.
4. Anak
mampu mengenal sesuatu yang bukan miliknya, dan yang merupakan miliknya, baik
itu budaya, gereja, teman, sekolah, sekolah minggu dan rumah.
5. Anak
mengerti manfaat serta kerugian ilmu pengetahuan dan alat elektronik.
6. Anak mampu menjaga kebersihan lingkungannya dan
menjaga kelestarian lingkungan.
b) Remaja
1. Remaja mampu
memahami konsep dalam berteman, bekerjasama, dan berlaku adil terhadap
sesama teman serta memahami penyebab munculnya konflik dan dan terjalinnya perdamaian dalam
keluarga, komunitas dan masyarakat.
2.
Remaja mampu mengetahui dan memahami mengenali arti dan yang dimaksud
dengan kaum marginal serta mengerti dan memiliki nilai-nilai yang baik untuk ia
pegang seumur hidupnya sebagai orang yang berbelas kasih.
3.
Remaja mampu melihat peraturan-peraturan
yang ada sebagai sarana untuk saling menjaga kebebasan satu dengan yang lain,
bukan sekedar larangan yang memiliki sanksi.
4.
Remaja mampu menjadi teladan untuk
sesama dengan bersikap pemimpin dengan memegang nilai rakut sitelu di budaya karo.
5.
Remaja mengetahui dan mampu menggunakan
teknologi-teknologi yang mampu menambah pengetahuan dan peran dalam gereja.
6.
Remaja mampu menghargai jasa orang lain
yang menjaga lingkungan dan ikut berperan mencintai dan menjaga lingkungan
dalam pergaulan sehari-hari.
c) Dewasa
1. Jemaat dewasa menjadi jemaat yang berbudaya
dan berbelaskasih terhadap orang yang berbeda dengan budaya dan agamanya
sekalipun dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2. Jemaat dewasa memiliki gaya hidup sebagai
seorang pembawa damai dengan berlaku adil terhadap segala hal, dalam keluarga,
pekerjaan maupun bermasyarakat.
3. Jemaat dewasa mampu menjadi pribadi yang
menjadi contoh dan berkarakter sebagai seorang pemimpin, sehingga mampu
memimpin baik di acara-acara adat, gereja maupun bermasyarakat.
4. Jemaat dewasa mampu menjadi pribadi yang
menghargai sejarah dan budayanya dengan menggunaka ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta mampu menjaga agar budaya dan kearifan lokal tidak dirusak
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
5. Jemaat dewasa mampu menjadi pribadi yang
melakukan tindakan nyata yang mendatangkan transformasi sosial dalam perduli
akan lingkungan.
Skopa
Dalam isi atau materi kurikulum hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah bukan hanya pribadi naradidik namun juga hubungan nara
didik dengan hal-hal yang ada diluar dirinya.
a. Relasi manusia dengan Tuhan merupakan suatu
hubungan yang tidak bisa dipisahkan yang ada dalam pendidikan kristiani.
Bagaimana pemahaman dan pengalaman manusia dengan Tuhan merupakan salah satu
bagian kurikulum yang berguna untuk menyadari akan relasi tersebut. Sesuai
dengan konteks maka hubungan manusia dengan Tuhan juga mampu di jalin melalui
pengadaan disiplin spiritualitas misalnya saat teduh, lectio divina dan
beberapa yang lain. Hal ini penting selain gereja dan PA, karena setiap orang
butuh keheningan untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan dan menjalin hubungan yang
lebih harmonis lagi.
b. Relasi manusia dengan sejarah adalah suatu
hubungan yang mempengaruhi peradapan manusia. Hubungan ini juga penting dalam
kurikulum. Mengapa? ada istilah jangan
seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Hubungan antara manusia dan sejarah
adalah hubungan yang untuk mengingatkan kembali siapa manusia itu, bagaimana
perjalanan nya, bagaimana peradabannya dan bagaimana masa lalunya. Hal ini
warga GBKP disadarkan dengan kurikulum yang mengandung penyadaran bahwa mereka
manusia yang bersejarah dan hidup dengan masa lalu di daerah asal. Daerah
perantauan bukanlah tempat untuk meninggalkan budaya, namun nilai budaya dalam
sejarah bisa dilestarikan.
c. Relasi manusia dengan sesama adalah hubungan
yang diakibatkan oleh terciptanya manusia sebagai makhluk sosial. Namun pada
zaman sekarang muncul sifat individualis pada manusia sehingga hubungan tidak
lagi terjalin harmonis. Hal ini penting dalam kurikulum khususnya ketika ini
berhubungan dengan komunitas dan kemajemukan masyarakat. Hubungan antara warga
satu dengan yang lain GBKP tidak bisa lepas dari tutur dan marga. Kurikulum
lebih mengarah kepada mengatasi konflik yang ada didalam hubungan dengan
sesama.
d. Relasi manusia dengan dirinya sendiri
merupakan sebuah hubungan yang terkadang sering kurang diperhatikan. Hal ini
dikarenakan manusia lebih banyak terfokus dengan hal-hal yang berada diluar
dirinya. Misalkan pekerjaan, komunitas lingkungan. Namun ia tidak memperhatikan
dirinya dan kebutuhannya. Oleh karena itu kurikulum penting untuk memasukkan
hubungan ini sebagai penyadaran pribadi naradidik.
e. Relasi manusia dengan lingkungan merupakan
hal yang tidak mampu untuk terpisahkan, hal ini karena manusia hidup di
lingkungan. Namun lingkungan seakan-akan harus memenuhi keinginan manusia bukan
sekedar kebutuhan. Hubungan antara manusia dan lingkungan sebaiknya juga
terjalin harmonis. Mungkin tidak terlalu
disadari mengenai hubungan ini, namun dengan kurikukulum merupakan salah satu
cara untuk menyadarkan warga untuk menjalin hubungan dengan lingkungan.
Isi/ Materi
Kurikulum
Sesuai konteks yang dihadapi, maka prioritas materi
dalam desain kurikulum ini berisikan mengenai resolusi konflik dan dialog
mengenai upaya membangun komunikasi yang terus terang dan terbuka untuk
mewujudkan keluarga Kristen yang harmonis dan bersama-sama perduli dengan
sesama dan lingkungan. Kemudian
penyusunan tema generatif harus dikaitkan dengan permasalahan-permasalahan yang
mengakibatkan konflik di kalangan warga dan mencipatakan kedamaian.
Permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi ditengah-tengah masyarakat
merupakan hal-hal yang tabu untuk di bicarakan. oleh sebab itu dibutuhkan diskusi yang radikal. Hal ini bertujuan untuk
membahas sikap-sikap hidup dan menghadapi pandangan yang berbeda Hal ini menurut saya menjadi hal penting
menjadi materi dalam kurikulum yang disusun untuk membangun perdamaian dan
keterbukaan di dalam tubuh jemaat.
a. Dalam
materi kurikulum,kesadaran akan intimnya relasi dengan TUHAN merupakan suatu
materi yang ada dalam kurikulum. Dengan pengetahuan yang bukan hanya dari agama
sendiri, tapi juga bisa dengan melihat perspektif agama lain mengenai relasi
ini. Hal ini penting selain melihat bagaimana ragam cara membangun relasi
dengan TUHAN begitu pula mengenal agama lain.
b. Dalam
pendidikan kristiani, bukan hanya berpusat pada alkitab namun juga dapat
belajar dari pengalaman. Pengalaman yang merupakan bagian dari sejarah ini
dapat diolah dalam kurikulum khususnya untuk anak. Hal ini untuk membangun
pengetahuan anak mengenai sejarah, budaya masa lampau. Apalagi daerah ini
merupakan daerah perantauan dimana adat tidak terlalu ditekankan.
c. Etos
dan komitmen melayani para majelis perlu dibangkitkan dan diolah lagi secara
maksimal untuk menumbuhkan keteladanan mereka di kalangan warga gereja. Para
majelis dan aktivis gereja perlu dibekali dengan materi-materi seputar praktek
melayani dan pemahaman teologis yang mendalam mengenai motivasi melayani dan
tujuan melayani. Hal ini menjadi sesuatu yang kurang diperhatikan di gereja.
Majelis terkadang terpilih karena kurangnya sumber daya manusia sehingga jemaat
yang ingin menjadi majelis boleh menjadi majelis tanpa memperhatikan memampuan
dan keteladanannya. Oleh karena itu ketika masa kepengurusan majelis muncul
masalah-masalah yang berhubungan dengan pelayanan dan keteladanan seorang
pemimpin.
Para majelis maupun pengurus komisi dan aktivis gereja
juga dilatih untuk mengatasi konflik yang mereka hadapi maupun
dihadapi warga gereja. Hal ini penting
dalam membangun rasa damai di gereja. Terkadang penyelesaian konflik tidak
ditemukan titik terangnya bahkan dibutuhkan orang-orang ketiga untuk mencari
penyelesaian akan konflik tersebut. Penyelesaian konflik akan lebih bisa
ditemukan ketika jemaat mengingat budaya rakut sitelu yang ada didalam
kebudayaan karo . Marga yang menjadikan mereka bersaudara di lingkungan
perntauan.Rasa menghargai sembuyak, kalimbubu anak beru dan senina akan membuat konflik lebih mudah
dibicarakan dan diselesaikan. Sementara itu usaha meningkatkan kualitas
aktivitas Sekolah Minggu sudah harus dikonkretkan dengan upaya pembinaan guru
Sekolah Minggu yang teratur. Hal ini perlu disadari dikarenakan aktivis sekolah
minggu merupakan pemuda-pemuda gereja yang hanya memakai pengalaman sejak
mereka di sekolah minggu. Padahal sekolah minggu merupakan langkah awal
pembangunan dan kehidupan gereja dan bangsa, tetapi perhatian kepada sekolah
minggu sangatlah kurang.
d.
Mengenal akan
siapa diri dan bagaimana diri merupakan salah satu cara untuk membangun relasi
dengan diri sendiri. Dimana materi yang akan disampaikan adalah materi dalam pengenalan
diri pribadi, baik itu sifat, karakter, spiritualitas, seksualitas dan
pengenalan yang lainnya.
e.
Materi yang akan
disampaikan merupakan materi yang mencoba melihat bahwa lingkungan merupakan
pribadi, yang dimana butuh relasi dengan manusia yang dimana juga merupakan
pribadi yang diciptakan. Sehingga manusia mampu menyadari bahwa tidak berarti
manusia semena-mena terhadap lingkungannya. Hal ini bisa saja dengan
pengetahuan-pengetahuan umum mengenai lingkungan baik nasional dan global.
Proses Belajar
Mengajar
Proses merupakan bagian yang penting, hal ini akan
menentukan bagaimana tercapainya tujuan. Proses akan berkaitan dengan
pelaksanaan kurikulum yang akan melibatkan keseluruhan hal yang telah di
rencanakan, baik penggunaan alat, tindakan guru hingga perkembangan nara didik.
Proses belajar mengajar yang terjadi di GBKP dapat
diperkirakan akan memiliki hambatan yang berhubungan dengan sumber daya
manusia. Hal ini seperti yang telah dijelaskan di konteks bahwa sumber saya
yang mau ambil bagian digereja sedikit dan tidak memiliki pengetahuan di bidang
pendidikan. Namun hal yang perlu dipikirkan sebelum kurikulum ini dilaksanakan
adalah tenaga pelaksana yang akan bekerja. Solusi yang ditawarkan adalah
mendatangkan tenaga pengajar dari luar, apakah mahasiswa teologi praktek[2]
atau dilakukan pelatihan-pelatihan kepada majelis dan beberapa jemaat sebagai
calon fasilitator.
Selain itu juga dalam prosesnya akan dibutuhkan
fasilitator yang ada di bidang ekonomi, ekologi, sosial, budaya, kesehatan,
ilmu pengetahuan. Hal ini selain menambah fariasi untuk mencegah kebosanan,
akan memperluas pengetahuan dan pandangan naradidik. Dengan materi yang butuh
untuk praktek secara langsung diharapkan
sebisa mungkin fasilitator dari luar ini hidup live in bersama warga jemaat,
sehingga ketrampilan dan pengetahuan mereka bisa secara serius dan langsung
praktek hingga mahir. Selain itu proses belajar mengajar didukung suasana
saling mengenal sehingga membentuk
hubungan fasilitator dengan naradidik yang menjadi “saling”.
Proses ini sebaiknya terus di evaluasi. Menurut saya
evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses. Hal ini sebenarnya secara
teknis namun mempengaruhi proses belajara mengajar.
Metode
Dalam pendidikan ada metode-metode dalam
proses belajar mengajar. Metode merupakan sarana untuk mencapai tujuan dari
kurikulum itu sendiri. Dalam pemakaian metode sebaiknya melihat tujuan, materi,
konteks belajar mengajar itu sendiri
Anak
Untuk anak,
metode yang dipakai bisa menggunakan metode partisipatif, eksperensial maupun
perpaduan dari keduanya. Hal ini dikarenakan selain anak mampu bermain yang
memperhatikan perkembangan psikomotorik anak, namun juga bisa belajar yang
memperhatikan afektif dan kognitif anak. Metode Partisipatif yang bisa dipakai untuk kurikulum anak yaitu
Audio-Visual(Audio-visual) dan
peragaan peran(Role Play). Metode
Eksperiensial Ungkapan kreatif, berjalan buta, penugasan dimana dari metode ini
anak dapat bersentuhan langsung dengan objek yang dipelajari dan bisa merasakan
langsung didalamnya. Partisipatif
Eksperensial yang dapat dipakai hanya seperti test biasa, ataupun seperti
cerdas cermat, cerdas tangkas dan beberapa
Remaja
Dalam pendidikan
untuk remaja, metode yang dapat dipakai lebih berfariasi dibandingkan dengan
metode untuk anak. Metode Partisipatif
yaitu: Pernyataan (Statement),
Pengumpulan gagasan (Brainstorming),
Audio-Visual(Audio-visual), diskusi
kelompok (Group-discussion), kelompok
berbincang-bincang (Buzz Group),
kwis(Quiz), peragaan peran(Role Play). Metode Eksperiensial yang dapat digunakam
yaitu ungkapan kreatif, berjalan buta, penugasan. Partisipatif
Eksperensial yang dapat dipakai yaitu: Pertemuan dan demonstrasi. hal ini
mengingat remaja sudah memiliki cara berpikir sendiri.
Dewasa
Kehidupan yang dijalani orang dewasa adalah
kehidupan yang lebih rumit dibandingkan Metode Partisipatif yaitu: Pernyataan (Statement), Pengumpulan gagasan (Brainstorming), Audio-Visual(Audio-visual),
diskusi kelompok (Group-discussion),
kelompok berbincang-bincang (Buzz Group),
forum(forum),kwis(Quiz), study kasus(Case Study), peristiwa(incident), peragaan peran(Role Play). Metode Eksperiensial yang bisa dimasukkan
kedalam kurikulum orang dewasa yaitu: Ungkapan kreatif, berjalan buta,
penugasan, lokakarya, kunjungan lapangan kerja proyek, tinggal di tempat.
Partisipatif Eksperensial yang bisa dipakai yaitu: Pertemuan, latihan simulasi dan
demonstrasi. Ketiga metode ini menuntut peran murid dalam proses pemeranan yang
ada.
Menurut saya
dalam melaksanakan kurikulum harus ditekankan bahwa sebaiknya metode-metode
pendidikan kristiani yang ada didalam
kurikulum sebaiknya dilaksanakan oleh berbagai komisi secara sinergis. Dalam
arti setiap komisi harus bekerjasama untuk melakasanakannya. Misalnya ketika
thema ekologi ada pelaksanaan setiap komisi yang seragam. Namun setiapa
kegiatan dilaksanakan dengan realisasi yang dapat benar-benar diwujud nyatakan.
Misalnya apabila ingin melakukan penghijauan, tidak berarti warga jemaat
melakukan penghijauan dengan menanam pohon pinus, mahoni dan beberapa pohon
lainnya di daerah perkebunan kelapa sawit. Namun bisa dilakukan dengan
penanaman pohon di hutan lindung atau di pekarangan rumah masing-masing.
Berkunjung ke
tempat yang berhubungan dengan thema akan menambah kemungkinan bahwa tujuan
akan lebih tercapai. Hal ini juga untuk memperluas wawasan dan mampu
membangkitkan diskusi-diskusi yang berasal dari pengalaman yang mereka alami.
Ini juga membangkitkan group-group diskusi dalam warga jemaat yang akan
diteruskan di keluarga. Seperti yang dikatakan diatas, apabila dilakukan secara
sinergis di setiap komisi maka diskusi akan diteruskan kedalam keluarga bukan
hanya sebatas diskusi komisi tertentu.
Berperan
langsung dan aktif merupakan metode yang memang bisa membuat tujuan bisa
tercapai, namun bukan berarti pengetahuan yang bersifat informatif tifak
penting. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan dalam aspek kognitif maka
dibutuhkan juga metode perkuliahan, pengajaran, seminar yang mendatangkan
pembicara yang ahli dalam bidangnya. Misalnya mengenai ekonomi atau pendidikan yang bisa mendatangkan pembicara
di bidangnya yang akan dihubungkan kepada kehidupan bergereja dan berkeluarga.
Konteks
Kegiatan Belajar mengajar
Pertama harus dikatakan bahwa desain kurikulum ini harus
menjangkau lingkup sesuai konteks masalah yang dihadapi warga GBKP Sei Tapung.
Konteks GBKP Sei Tapung merupakan konteks
memungkinkan desain kurikulum ini menjangkau dimensi teologis, masalah
kultural, aspek sosial menyangkut dimensi kehidupan yang multikultural,
menjangkau aspek ekonomi warga jemaat hingga aspek ekologi. Aspek-aspek
tersebut sangat pas menjadi ruang lingkup dalam desain kurikulum pendidikan
kristiani
Melihat aspek ekonomi yang sesuai konteks kehidupan warga
gereja yang mayoritas adalah karyawan dan juga wiraswasta maka konteks kegiatan
belajar mengajar pendidikan kristiani perlu diarahkan untuk memperbincangkan kehidupan ekonomi yang
cukup lebih luas lagi. Dimana ada kepeduliaan terhadap lapisan lain dari
mereka, orang-orang yang tidak seberuntung untuk mendapat posisi seperti yang
mereka duduki. Ini perlu didukung dasar teologis yang kuat untuk
memperbincangkan realitas orang lain yang kurang seberuntung mereka sebagai kaum tertindas. Perbincangan teologis
sebisa mungkin juga diwujudnyatakan dengan menyentuh dinamika kehidupan
langsung warga dalam beragam profesi yang dijalaninya,bukan berkisar pada
masalah doktrin semata, namun lebih menyentuh kepada pengalaman langsung. Perbincangan
teologis juga sebisa mungkin dikaitkan dengan keadaan ekologi yang semakin
kehilangan perhatian dan semakin nyata kerusakannya.
Selain itu pembicaraan mengenai nilai-nilai budaya yang
ada di daam budaya batak karo. Misalnya nilai-nilai demokrasi yang ada dalam
budaya rakut sitelu dan beberapa cerita rakyat yang mengandung nilai untuk
menjalani kehidupan. Dengan pendekatan crosstekstual yang dapat mempermudah dan
menyentuh ketika firman masuk lewat budaya.
Dengan konteks kegiatan belajar mengajar, kurikulum yang
menyangkut bidang kehidupan yang langsung dan
umum maka sesungguhnya usaha membangun
karakter jemaat inklusifitas dapat dipastikan dasarnya sudah melekat kuat dalam
kehidupan warga gereja akan menuai hasil dengan lebih kuatnya. Hasil yang akan
dituai berasal dari dimensi moral warga gereja yang lebih tulus menghargai
keberadaan masyarakat plural baik dalam dimensi religiositas maupun dimensi
yang lain. Dengan konteks kegiatan belajar mengajar demikian sesungguhnya fungsi
dan konsep gereja yang berkoinonia, bermarturia, berdiakonia, serta berkerygma
bisa diterapkan dalam desain kurikulum ini.
Tindakan yang bisa dilakukan
1.
Dalam
katekisasi, anak bisa diajak ke LSM-LSM atau panti-panti asuhan yang ada untuk
membangkitkan kepedulian anak, sehingga ketika ia masuk dengan jemaat dewasa
dia siap untuk perduli juga dengan sosial dan sensitif dengan orang-orang yang
terpinggirkan.
2.
Ibadah
keluarga bisa dilakukan di tempat-tempat bencana ataupun alam terbuka ataupun
apabila berani melakukan sesuatu yang ekstrim bisa dilakukan di tempat
pembuangan akhir. Hal ini bertujuan agar keluarga terjun langsung sehingga
mampu membangkitkan kepedulian dan cinta terhadap lingkungan.
3.
Dalam
sekolah minggu, anak-anak dibiasakan berbahasa karo ataupun beribadah dengan
budaya lain. Sehingga anak mampu mengalami langsung kemajemukan di Indonesia.
4.
Dalam
kebaktian pemuda bisa dimasukkan falsafah-dalsafah batak karo. Hal ini juga
sebagai tindakan yang mencegah terhapusnya nilai-nilai budaya yang kini telah
terlihat di kalangan pemuda batak karo.
5.
Adanya
seminar-seminar kepemimpinan yang diadakan di komisi-komisi. Khususnya sebelum
pemilihan majelis-majelis gereja. Hal ini juga bertujuan agar jiwa kepemimpinan
diolah terus menerus dalam setiap komisi dan mempersiapkan calon-calon majelis.
6.
Menyelenggarakan kegiatan tabungan bagi
anak-anak jemaat, pemuda gereja, maupun ibu-ibu jemaat. Maksud dari tabungan
ini adalah untuk membantu membiayai anak-anak dari keluarga miskin agar bisa
bersekolah. Dalam kegiatan ini komisi yang membidangi anak-anak, pemuda, dan
ibu-ibu bisa saling bekerjasama secara sinergis.
Sasaran
Kurikulum Tercetak
Desain kurikulum ini akan dijadikan kurikulum yang akan
dipakai di gereja. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa dalam melaksanakan
kurikulum sebaiknya dilakukan oleh setiap komisi secara sinergis maka sasaran kurikulum
yang di desain ini merupakan untuk pembinaan kategorial yang biasa sebut PA
(Pemahaman Alkitab) dari mulai anak kecil, remaja, dewasa, ibu-ibu, bapak-bapak
dan rumah tangga.