Kamis, 26 Mei 2011

Mereka hanya dipandang Sebelah Mata




PENDAHULUAN
Dunia kini sudah berubah. Ruang dan waktu tidak lagi menjadi sebuah penghalang dalam menjalani kehidupan didunia ini. Hal-hal yang ada diluar negara tempat kita berdiam bisa kita ketahui dalam hitungan detik begitu juga dengan efeknya.

Dunia juga kini semakin sempit dan semakin global. Konsekuensi diatas semuanya itu adalah bertambahnya komunikasi dan interaksi antar negara,wilayah, ras, dan kebangsaan yang berbeda. Interaksi dengan latar belakang yang berbeda tersebut memiliki potensi gesekean, konflik dan pengaruh-pengaruh yang besar pula.
Konflik-konflik yang muncul tersebut berawal dari ketidaktahuan dan salah tafsir akan sebuah budaya, kebiasaan dan tradisi tertentu. Salah satunya ketika memandang sebuah aliran musik keras sebagai sebuah komunitas sesat dan menganggap bahwa metal merupakan sebuah ideologi yang salah. Pendapat ini di juga memunculkan pandangan sinis terhadap orang-orang yang menjadi bagian dari komunitas ini.

Latar belakang pokok pembahasan ini dikarenakan banyaknya kaum dari kalangan anak-anak dengan pakaian dan penampilan yang berbeda merasa terasing gereja dan masyarakat. Masyarakat dan gereja yang memandang sisnis membuat mereka juga enggan untuk berbaur dengan sesama. Pandangan gereja dan masyarakat yang tergolong kuno dan tergolong tidak melihat perkembangan zaman juga membuat munculnya stereotipe baru kepada mereka yang dianggap sebagai sampah masyarakat.

Paper ini mencoba untuk mengangkat realitas yang ada dengan menghadirkan seseorang yang menjadi bagian dari komunitas aliran musik keras ini dan bagaimana Ia berhubungan dengan gereja. Paper ini juga melihat realita kehidupan sebuah komunitas kecil yang merupakan bagian dari komunitas besar tersebut di tengah-tengah kekristenan.

Paper ini akan diakhiri dengan tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap orang karena kebebasan yang merupakan hakekatnya. Melihat dengan pandangan theologis terhadap jemaat dan juga masyarakat sekitar.



SEJARAH KOMUNITAS MUSIK PUNK1
Di Indonesia, terdapat banyak komunitas yang didasari oleh musik. Misalnya saja Underground dari aliran musik yang meliputi beberapa musik keras dari beberapa kalangan. salah satu musik tersebut adalah jenis musik punk, dan pengikut ataupun anggota komunitas musik ini sering dinamakan dengan anak punk.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, punk adalah pemuda yang ikut gerakan menentang masyarakat yang mapan, dengan menyatakannya lewat musik , gaya berpakaian dan gaya rambut yang khas.2

Komunitas musik punk memiliki sejarah tersendiri di aliran musik. Komunitas ini berasal dari perkampungan kumuh London melawan kemapanan musik Rock yang muncul tahun 60-an dari Liverpool dan Manchester.Komunitas punk melihat musik rock yang terlalu komersial, pertunjukan yang selalu diadakan di arena, bergelimang kejayaan. Perlawanan ini dilakukan dengan menciptakan gaya musik yang kasar dan memakai kode gaya berpakaian yang anarkis. Berpakaian yang terkadang memakai aksesoris yang tidak wajar seperti peniti, silet, jepitan pakaia dan beberapa benda yang tidak wajar lainnya sampai corak darah di baju yang dipakai oleh “anak punk” ini.3 Gaya rambut yang aneh juga merupakan ciri-ciri khas mereka.

Dalam musik aliran ini, mereka menyerukan kritik sosial dan lirik-lirik yang berbau politis. teapi semua ini tenggelam ketika muncul sebuah acara televisi yang membuat aliran musik dengan band yang memainkan musik dan kostum yang sama.

post-Punk muncul aliran Glam rock yang berpakaian dan make up seperti wanita. Pengaruh glam rock hingga mempengaruhi musik gothic. Gothic memiliki cara berpakaian sendiri yaitu pakaian serba hitam, aksesoris perak atau timah, gaun dan korset, jaring ikan, make up yang lebih gelap dan horor. Aliran ini berbeda dengan isi musik punk. Gaya Gothic dipengaruhi oleh aliran kesusastraan yang lebih tua sepeti horor, romantisme, filsafat eksistensialisme, dan nihilisme.

Pada tahun 80-an muncul sebuah aliran musik yaitu Hair Metal. Mereka dikenal dengan gaya hidup yang penuh dengan pesta, rambut sasak, menggunakan make up yang feminim, mengenakan celana dan jaket kulit yang ketat, sisi kejantanan ditunjukkan dengan tato yang ada ditubuhnya.

Jenis-jenis musik ini merupakan aliran musik keras, dan komunitas yang dimenampung semua jenis dari musik ini dinamakan Underground. Dan aliran musik keras –seperti yang sudah dipaparkan diatas –sangat berhubungan erat dengan masalah kostum dan penampilan.

INDONESIA IKUT SERTA MEMANDANG KOMUNITAS PUNK

Dari pengertian yang diberikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia yang telah dipaparkan tersebut, maka terlihatlah bahwa bangsa Indonesia berpandangan negatif terhadap komunitas musik punk ini. Padahal disadari atau tidak anak-anak muda Indonesia banyak yang terpengaruh bahkan menjadi anggota dari komunitas musik punk.

Bukan hanya kelompok musik punk yang sangat mempengaruhi anak anak muda pada abad 20 . Hal ini dimulai dari perkembangan budaya dan peliputan perkembangan oleh media massa. Bukan hanya di tiru, namun media juga membuat acara yang sama dengan jenis acara yang diminati tinggi oleh orang muda tersebut. Contohnya Indonesian Idol yang di tiru dari acara American Idol pada tahun 2002, AFI(Akademi Fantasi Indonesia) yang di tiru dari acara di Meksiko yang bernama La Academia. 4

Peniruan-peniruan ini kerap kali dilakukan sehingga Indonesia dinamai dengan bangsa plagiat yang tidak memiliki identitas yang jelas dan selalu mudah dipengaruhi oleh budaya luar yang masuk. Anehnya, peniruan yang dilakukan adalah sesuatu dari sisi negatif sebuah budaya baru tersebut. Misalnya Indonesia bukannya meniru sisi demokratis, perkembangan ilmu pengetahuan, kebebasan berbicara, keberanian atau kemajuan tekhnologi yang ada di kebudayaan barat, tapi meniru sisi negatif seperti free sex,pornografi, budaya komsumtif dan hidup hura-hura. Sehingga Indonesia tidak lagi bisa melestarikan budaya asli luhur Indonesia misalnya nilai-nilai luhur, adat-istiadat, kearifan lokal atau kesenian tradisional, tetapi ketika salah satunya menghilang karena diakui negara lain sebagai nilai luhur dari negaranya barulah Indonesia menjerit-jerit melawan negara itu.5

Keadaan ini juga serta-merta sangat dipengaruhi juga oleh keadaan orde baru, dimana mulai munculnya berbagai produk kultural baru yang mengancam nilai-nilai budaya tradisional dari pada memperkayanya.6 Sehingga budaya tradisional mulai tergantikan oleh budaya barat dan identitas bangsa Indonesia hilang terkikis olehnya.

Terkikisnya budaya dipengaruhi juga oleh era globalisasi yang menghilangkan batas wilayah, agama dan budaya yang membuat budaya luar bisa masuk dengan enaknya ke Indonesia. Kita mengadopsi budaya-budaya tersebut karena memang kita kehilangan akar budaya kita, bukannya kita berontak namun kita malah cenderung menikmatinya. Sehingga wajar ketika banyak peniruan-peniruan yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia.

Salah satunya merupakan meniru sebuah komunitas musik yang beraliran keras beserta gaya hidup dan cara berpakaiannya. Hal ini dapat kita lihat ketika kita pergi ke kota dan melihat anak-anak muda maupun mudi yang memakai baju tanpa mode, serba hitam, bertindik, merokok, rambut yang di cat, memakai eye liner yang tebal dan berbagai aksesoris warisan dari aliran musik keras abad 60-an hingga 70-an, salah satunya adalah komunitas musik punk.
Namun bukan hanya cara berpakaian yang mereka tiru, tetapi hal-hal negatif lainnya seperti yang telah diungkapkan sebelumnnya. Sifat radikal, anarkis dan memberontak yang terdapat di budaya punk juga diikuti dan di terapkan di Indonesia. Hal-hal ini yang menyebabkan banyak orang yang berciri-ciri sebagai anak “punk” di berikan stereotipe oleh masyarakat sebagai warga yang radikal, anarkis, dan pemberontak. Sering juga muncul sebuah pendapat yang terlontar karena sikap mereka dengan mengatakan mereka sebagai “sampah masyarakat”.

Komunitas ini memang cukup setia dengan sesama anggota komunitas mereka, mereka menjaga satu dengan yang lain. Bahkan mereka memiliki jaringan yang luas, sehingga ketika mereka pergi ke suatu tempat mereka bisa mendapatkan tempat tinggal dengan menemui anak yang sama dengan mereka. Hal ini juga yang membuat komunitas ini tidak berkurang, tetapi malah bertambah.nAnak-anak muda yang merasa kurang perhatian misalnya, merasa nyaman apabila sudah masuk kedalam komunitas ini. Namun efek negatif tersebut hanya marak ketika tahun-tahun awal masuknya budaya tersebut ke Indonesia. Hal ini dapat saya katakan karena banyak muncul komunitas yang lahir dari komunitas musik punk yang mendasari komunitasnya pada nilai Kristen dan pelayanan serta persekutuan. Sehingga salah apabila masyarakat dan gereja hanya memandang pemuda-pemudi dengan penampilan punk dengan berpandangan bahwa mereka kaum radikal yang anarkis dan pemberontak.

Buruknya sejarah kehidupan memang sangat mempengaruhi baik buruknya masa depan seseorang. Begitu pula dengan komunitas yang memiliki sejarah perjalanan yang buruk namun ada anggota yang sadar bahwa yang dilakukan oleh komunitas adalah salah dan ia berusaha melakukan hal yang lebih mengarahkan komunitasnya kepada arah yang positif. Walaupun usaha begiru keras dilakukan namun nama yang dipengaruhi oleh sejarah sudah terlalu buruk. Membuat stereotipe orang lain kepada komunitas ini pun sulit untuk di ubah, bahwa komunitas ini setidaknya tidak lagi bertindak separti tindakan ketika awal mereka terbentuk.

TERLANJUR BURUK
Saat saya menulis paper ini, saya sempat mengirimkan pesan kepada beberapa orang teman saya di berbagai daerah dan suku, mengenai pendapat mereka mengenai anak punk. Jangkauan umur yang mendapatkan pesan saya antara 19-22 tahun dan sungguh mengejutkan lebih dari setengah mereka memandang negatif akan keberadaan komunitas musik punk ini.

Pandangan negatif ini terlihat dari jawaban yang mereka kirim kepada saya yang juga lewat pesan pendek dalam menjawab pertanyaan yang saya berika yaitu:
  1. Apa yang anda ketahui tentang anak punk?
  2. Bagaimana pendapat anda tentang anak punk?
  3. Menurut anda apa yang biasa dilakukan oleh anak punk?
  4. Menurut anda apakah melayani itu?
  5. Bagaimana pandangan anda mengenai anak punk yang melakukan pelayanan.?
  6.  Bagaimana menurut pandangan gereja anda mengenai anak punk?


Baik yang teman saya di Jawa maupun di Sumatera melihat bahwa anak punk merupakan komunitas pemberontak yang dekat dengan drugs,sex, kriminal, kemiskinan dan beberapa pendapat yang memperburuk gambaran mengenai anak punk.

Selain itu yang menarik ketika muncul pertanyaan bagaimana anak punk dengan kekristenan di gereja dalam bentuk pelayanan yang diberikan kepada mereka. Memang banyak jawaban yang mengarah kepada yang positif dimana mereka melihat anak punk pantas untuk mendapatkan tempat dalam gereja. Selain itu, mereka juga harus diperhatikan karena pandangan jemaat yang sudah terlanjur berpandangan buruk terhadap keberadaan mereka. Tapi banyak yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah hadir digereja dan tidak pernah aktif. Saya melihat dikarenakan mereka tidak merasa diterima di masyarakat dan gereja, sehingga kalaupun mau ke gereja mereka akan pilih tempat yang mereka rasa nyaman.




MUNCULNYA UNDERGOD SEBAGAI KERINDUAN UNTUK MELAYANI
Manusia memiliki sebuah sisi kerinduan untuk kembali kepada sang pencipta. Dimana dalam eksistensi menurut para filsuf semua manusia memiliki sisi religius dalam eksistensi manusia. Menurut Kierkegaard, eksistensi dibagi atas tiga bentuk. 
Yaitu 7
1. Eksistensi estetis menyangkut kesenian dan keindahan. Eksistensi ini berhubungan dengan manusia dimana sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang mendatangkan kenikmatan dalam sebuah pengalaman emosi dan nafsu.
2. Eksistensi Etis yang berhubungan dengan manusia yang menimbulkan keseimbangan antara hal yang konkret dan suasana batin manusia itu sendiri. Perilaku manusia seharusnya di tentukan oleh batinnya sehingga sesuai dengan norma-norma umum. Dalam perilaku yang demikian diharapkan adanya tanggung jawab.
3. Eksistensi Religius yang membahas hal yang paling dalam pada diri manusia, yang bergerak pada yang absolut yaitu Tuhan. Eksistensi ini terlihat dalam agama-agama manusia.
Dalam tiga eksistensi tersebut, mau tidak mau manusia akan mencapai sebuah titik dimana manusia akan merindukan dan bergerak menuju kepada yang absolut yaitu Tuhan. Walaupun sifat radikal, anarkis dan memberontak terdapat di budaya punk dari aliran musik keras (lebih sering dipanggil dengan komunitas Underground yang mencakup semua jenis aliran musik keras), akan ada suatu saat dimana anak punk kembali kepada Bapa. anak punk bukan ah anak-anak yang lahir dengan style berpakaian dan pemikiran sedemikian rupa. Sebelum ia memasuki sebuah komunitas pastilah ia memiliki latar belakang kehidupan yang pernah ia jalani sebelum masuk kedalam komunitas ini.
Begitu pula dengan Ribel8, seorang wanita dengan nama lengkap Asti Wahyuning Catur Sari. Saat ini Ribel berumur 28 tahun dengan pekerjaan wiraswasta. Ribel merupakan seorang anggota dari komunitas aliran musik keras ini. Ia juga mengikuti kehidupan komunitas ini, misalnya memakai tato, berpakaian hitam hitam dan hidup berkomunitas. Menurut pengakuan yang ia berikan ketika wawancara, ia mengakui bahwa komunitas ini merupakan sebuah pelarian dimana kondisinya ketika itu dalam kondisi meragukan keberadaan Tuhan. Bersama dengan budaya populer lainnya, seakan-akan membuat bahwa awalnya komunitas ini sebuah kenyamanan dan pemahaman baru tentang dunia.
Ribel menjalani semua kekacauan di hidupnya, dengan menyebut tindak tanduknya tersebut dengan kehidupan “bandel” yang memang tidak diungkapkannya bagaimana gaya hidupnya pada masa itu.Tetapi ada sebuah titik yang ia kembali merindukan Tuhan dan masa pelayanan yang ia lakukan sejak masa SMA dahulu.
Menurut pemaparan Ribel, ia adalah seorang yang hidup dikeluarga Kristen dan tumbuh di gereja dengan kehidupan yang tidak lepas dengan pelayanan di gereja. Ia sudah tidak asing lagi berhubungan dengan gereja, pelayanan di gereja apalagi ia juga tak asing dengan kehidupan orang Kristen. Tetapi seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, masa dia meragukan Tuhan adalah masa dimana ia balik kanan dari Tuhan dan gereja. Dimana ia meninggalkan rumah dan pelayanan dan masuk kedalam komunitas aliran musik keras.Sampai suatu ketika ia mencobai Tuhan dengan caranya sendiri dan Tuhan menantangnya dengan menjawab tantangan yang Ribel berikan. Ia pun kembali kepada Tuhan sebagai yang absolut.
Ia mendengar keberadaan sebuah komunitas dari aliran musik keras yang sesuai dengan kerinduannya untuk melayani. Komunitas ini bernama UnderGod, yang memiliki dasar berdirinya komunitas ini adalah pelayanan dan persekutuan. Tidak banyak yang mendengar kehidupan komunitas ini, karena menurut Ribel tidak banya anak-anak yang berkecimpung di aliran musik keras punya panggilan untuk melayani. UnderGod sendiri merupakan nama komunitas distrik Jogja dengan basic pelayanan yang berdiri antara Tahun 1999-2000. Bukan hanya di Jogja, di daerah lain seperti Bandung, Bali, Surabaya, Solo, Malang, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lain juga terdapat komunitas yang sama tetapi dengan nama yang berbeda.
UnderGod memang sebuah komunitas dengan dasar pelayanan dan persekutuan, namun bukan berarti mereka meninggalkan style mereka yang mencerminkan anak punk. Bukan berarti mereka memiliki sifat radikal, anarkis dan memberontak yang terdapat di budaya punk, tetapi lebih menerapkan nilai-nilai Kristen didalam mereka. Diantara mereka juga bukan hanya dari kalangan anak punk, namun juga dari anak-anak yang bukan bagian komunitas anak punk yang memiliki keinginan berbaur dengan komunitas ini untuk melakukan pelayanan. Memang kelompok ini baru terdiri dari 30 orang karena memang hanya beberapa yang terpanggil untuk pelayanan.
Mereka meninggalkan kehidupan mereka semula, drugs,sex bebas, dan kehidupan hura-hua lainnya. Menegur teman yang masih berkecimpung didalamnya dengan nasehat bukan paksaan. Komunitas ini memang mayoritas Kristen, bukan berarti mereka membuat gerakan kristenisasi dikalangan para anak punk tapi lebih kepada membangun diri dan membiarkan orang lain melihat dan belajar dari diri mereka. Dan beberapa orang melepaskan gaya hidup hura-hura mereka dari pengalaman mereka melihat kehidupan teman mereka sebagai orang Kristen dan ikut untuk pindah menjadi agama Kristen.
Pelayanan yang dilakukan oleh UnderGod sendiri adalah membentuk Band Rohani dengan aliran musik keras, persekutuan antar teman-teman UnderGod dan Underground, membuat event-event besar untuk menjangkau kerinduan anak punk lain dalam pelayanan. Pelayanan ini tidak mengganggu kehidupan anggota dari komunitas yang memiliki berbagai profesi, misalnya mahasiswa-mahasiswi, pegawai dan profesi lainnya.
Sifat radikal, anarkis dan memberontak yang terdapat di budaya punk sekarang dipandang Ribel sebagai sebuah propaganda dan hanya pendapat semata. Karena dalam kenyataan dan kehidupan sehari-hari tidak seperti yang dikatakan. Walau sosial sering memandang mereka dengan pandangan miring hanya melihat penampilan mereka dan memiliki stereotipe tersediri terhadap komunitas ini.
GEREJA DAN UNDERGOD
Gereja merupakan sebuah bukti penolakan kehadiran komunitas aliran musik keras ini di masyarakat. Anggota dari komunitas memang memiliki pengalaman mendapat pandangan sinis dari jemaat ketika masuk kedalam sebuah gereja dengan style yang mereka punya. Misalnya saja pengalaman Ribel yang mencoba memakai Jeans dan kaos kedalam salah satu GKJ tempatnya bergereja dari kecil. Ia mempertunjukkan tato yang ada di lengan kanan dan kirinya ketika masuk kedalam gereja, dan secara otomatis semua mata tertuju padanya dengan tatapan sinis. Pelayanan yang dilakukan oleh komunitasnya pun tidak pernah mendapat tempat untuk melakukan pelayanan
. “..Yah, mana ada yang percaya ya kalo anak-anak dengan kondisi kayak gini masuk gereja untuk pelayanan. Gereja sendiri punya pandangan bahwa ga mungkin juga kalo pelayanan, anak-anak kayak gini. Mungkin orang berpikir bahwa orang pelayanan itu bersih” tutur Ribel
Ada memang gereja yang menerima keadaan dan penampilan mereka apa adanya, dan menyediakan tempat khusus buat komunitas ini. Gereja Kemah Daud merupakan salah satu gereja yang menerima penampilan mereka apa adanya. Mereka dihargai dan dianggap memiliki saluran radio khusus membahas mereka.
Bagaimana dengan gereja-gereja lain? Apakah gereja hanya memandang dari Pakaian pembungkus hati mereka yang ingin melayani? Bukankah gereja berperan penting dalam membawa mereka kedalam kerajaan Allah, dan bukannya dengan mengasingkan mereka gereja malah membuat mereka jauh dari Kerajaan Allah.
Pandangan gereja tentang orang kristen memang masih sangat kuno, tidak melihat bahwa dunia ini bukan hanya sebatas pada orang kristen dan bangunan mereka. Walaupun gereja sendiri memakai alat dari zaman modern(LCD, speaker, komputer), kan tetapi pemikiran gereja belum melihat zaman modern tersebut.
KEBEBASAN YANG BERTANGGUNG JAWAB
Kebebasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan bebas ; merdeka.Dan pengertian bebas itu sendiri adalah lepas sama sekali, tidak terhalang sama sekali.
Apabila ingin dilihat manusia memiliki tiga jenis kebebasan yaitu:9
1. Kebebasan Jasmaniah
Kebebasan ini ingin melihat bahwa manusia memiliki kebebasan menggerakkan badannya kemanapun, dan tidak ada paksaan diatasnya.
2. Kebebasan kehendak
Manusia bebas untuk mengkehendaki sesuatu. Kebebasan akan terbentang luas, seluas pemikiran orang tersebut mengkehendakinya. Manusia bebas berpikir dan mengkehendaki apa saja.
3. Kebebasan Moral
Manusia dikatakan memiliki kebebasan morl ketika ia tidak dibawah ancaman, tekanan dan desakan hingga kekerasan fisik.
Anak-anak punk memang sering dideskripsikan dengan anak-anak yang memiliki hidup yang bebas tanpa aturan, misalnya aturan yang diberikan orang tua dalam keluarga. Kebebasan ini mereka dapatkan karena kehidupan mereka yang memang mereka dapatkan oleh karena keputusan mereka untuk menjauhkan diri dari rumah dan segala kehidupan masa lalunya. Kebebasan bersama komunitas yang juga berasal dari berbagai latar belakang ini menyebabkan kebebasan itu sendiri salah diartikan dan salah dalam penggunaannya. Kebebasan yang mereka pakai membuat mereka masuk kedalam pergaulan bebas yang berada dalam tingkat sex bebas, pemakaian obat dan minum-minuman keras.
Namun hal yang mau dipertanyakan dalam kehidupan mereka adalah dimana tanggung jawab mereka sebagai seorang manusia dalam pengambilan keputusan tersebut? Dalam kebebasan memang akan selalu ada yang namanya fakta kebebasan(negatif).10
Menurut Franz Magnis Suseno dalam kebebasan yang bertanggung jawab tidak mungkin ada tanggung jawab tanpa kebebasan, dan dalam tanggung jawab tersebut kebebasan mencapai seluruh pelaksanaannya.11 Dari perkataan ini saya melihat bahwa kita jangan pernah membicarakan tentang kebebasan tanpa membicarakan tentang tanggung jawab, dan jangan berharap mendapatkan kebebasan tanpa tanggung jawab.
Dalam bertindak dengan kebebasan membutuhkan sebuah tanggungjawab. Tanggung jawab yang pertama yang harus ditanggung adalah tanggung jawab kepada diri sendiri. Tanggung jawab ketika kebebasan tersebut memiliki akibat pada diri sendiri. Lalu bertanggung jawab pada keluarga dan juga sosial masyarakat.
Tanggungjawab merupakan kewajiban dalam kebebasan.12 Kewajiban bukan hanya dipandang sebagai sesuatu yang diwajibkan namun juga sebagai sesuatu yang hanya diwajibkan, namun ingin melihat nilai kebaikan yang dicapai dari sebuah kewajiban tersebut. Bertanggung jawab agar mendapat yang lebih baik dan bernilai pada diri sendiri. Orang itu bertanggung jawab ketika mampu memperbaiki, meringankan, membuat hidup manusia lebih baik.
Semakin bebas kehidupan akan semakin besar pula tanggung jawab yang akan ditopang. Semakin orang tua memberikan kebebasan kepada anak, maka anak akan mengemban sebuah tanggung jawab yang lebih besar, begitu pula sebaliknya. Tetapi banyak anak-anak muda yang belum mengerti akan besarnya tanggung jawab yang ditopangnya apabila orang tua memberi kebebasan sepenuhnya. Sehingga pemberontakan dilakukan anak untuk mendapat kebebasan yang dianggap tidak ia dapatkan.
Menurut saya orang tua memang harus memberi kebebasan sesuai dengan porsinya. Maksudnya orang tua memikirkan sebesar apa tangggung jawab yang mampu di emban sang anak. Tetapi juga dibarengi pengertian yang diberikan kepada anak, sehingga ia tidak merasa kurang perhatian, kurang bebas dan memberontak.




Perintah ke dua sama dengan yang pertama itu: Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri. (Mat 22:39 BIS)

Hampir semua orang kristen mengetahui hukum kasih ini. Bahkan mungkin banyak juga yang menganggap ayat ini sebagai sebuah ayat paling indah yang ada dalam injil Matius. Tetapi banyak yang hanya berkoar-koar menyampaikan tetapi hanya dibibir saja dan tanpa mempraktekkannya terlebih dahulu.
Pernah saya di tegur oleh seorang teman karena mengetahui saya telah menyampaikan khotbah di mimbar umum, dan saya mengatakan bahwa hal yang peling penting adalah yang disampaikan tetap firman Tuhan. Dan ia mengatakan, bahwa seni berkhotbah adalah ketika kita bisa melakukannya dan sudah melakukannya sebelum menyampaikannya pada jemaat.
Bukan hanya pendeta yang harus mempraktekkan firman tersebut, tapi juga setiap umat Tuhan di seluruh dunia. Bagaimana gereja dan umatnya mengasihi sesama manusia tetapi tidak menerima orang lain yang berbeda latar belakang untuk saling berdampingan bersama di gereja. Kita mengasihi diri kita dengan mendapat makanan rohani di gereja, namun mereka kita larang untuk mendapatkannya. Kita melakukan tiga tugas gereja yang salah satunya adalah melayani, namun kita mlarang mereka melakukan pelayanan. Apa hak kita untuk melarang mereka datang kerumah dan kepada Bapa? Siapakah kita yang memiliki status yang sama-sama manusia melarang mereka melayani Tuhan?
Membiarkan mereka untuk bergabung bersama-sama dengan kita dirumah Tuhan bukan sebuah kesalahan yang fatal, Bahkan itu merupakan suka cita buat mereka. Jangan menolak mereka dan membuat mereka lebih merasa tersingkir dan merasa hidupnya memang sudah tidak berguna.
Ibarat seorang yang jatuh di pinggir jalan, biarlah jangan kita malah menginjak mereka dan membuat mereka lebih merasa terhina lagi. tetapi marilah membantu mereka untuk bangkit dan bisa merasakan kasih yang mungkin dahulu tidak ia rasakan lagi.





Mengapa kalian melihat secukil kayu dalam mata saudaramu, sedangkan balok yang di matamu sendiri tidak kalian perhatikan? (Luk 6:41 BIS)

Dari kutipan ayat diatas saya melihat bahwa manusia seringkali menghakimi orang lain dahulu sebelum berkaca kepada dirinya sendiri. Memang penampilan mereka berbeda dengan orang lain pada umumnya, namun belum tentu mereka lebih buruk dari pada kita. Bahkan mungkin kita jauh lebih buruk dari pada mereka. Kita hanya melihat lukisan dan lubang yang ada di tubuhnya namun sadarkah kita bahwa mungkin ia memiliki hati yang jauh lebih putih mulus dari pada tubuh kita yang tidak bertato dan bertindik?.
Manusia memang cenderung melihat dengan kaca mata kuda yang hanya tertuju kedepan, kepada sesamanya saja sehingga membuat manusia hanya bisa memprotes dan menghakimi sesama tanpa memakai spion untuk melihat dirinya dan masa lalunya sendiri.
Saya teringat akan kisah Yesus ketika Ia menyuruh orang-orang melempari wanita yang kedapatan berzinah dengan syarat mereka adalah yang melempar adalah orang yang tidak berdosa sama sekali, tetapi tidak satupun mereka melemparkan batu kearah wanita itu. Ini merupakan sebuah contoh bahwa sejak dahulu kala hingga sekarang manusia memang tidak pernah sadar akan dosa-dosanya sendiri tetapi mencari kesalahan-kesalahan dan keburukan orang lain.
Melihat seseorang dari berbagai sisi kehidupannya merupakan sebuah proses dalam mengerti dan menghargai orang lain. Dan juga proses itu merupakan sebuah harapan bahwa orang lain juga mampu mengenal dan menghargai kita bukan hanya lewat sesuatu pada diri kita yang kasat mata.
BELAJAR MENGERTI DAN MEMAHAMI FENOMENA SOSIAL LEBIH DEKAT
Sebelum mengadakan sebuah wawancara dan mendapat informasi mengenai sebuah komunitas yang bernama UnderGod, saya juga tidak mengetahui keberadaan kelompok musik keras yang berlandaskan pelayanan ini. Pemikiran saya sebelumnya sama dengan teman-teman dan masyarakat ketika mendengar kata “anak punk”, saya bersyukur dan berterimakasih dengan ini saya bisa lebih memiliki pemikiran yang bisa mengetahui tidak hanya dari penampilan dan pemikiran kuno saja.
Memahami dan mengerti sebuah fenomena sosial lebih dekat merupakan suatu cara membuat kita mengerti mengapa fenomena ini terjadi dan bagaimana sisi lain dari fenomena ini.

DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Hikmat. 2002. Lubang Hitam Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisius
Dagun, Save M..1990.Filsafat Eksistensialis.Jakarta : Rineka Cipta
Poespoprodjo, W. 1986. Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Bandung : Remadja Karya CV
Rusbiantoro, Dadang. 2008. Generasi MTV. Yogyakarta : Jalasutra
Von Magnis, Franz. 1975. Etika Umum: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta : Kanisius
PENDAHULUAN
Dunia kini sudah berubah. Ruang dan waktu tidak lagi menjadi sebuah penghalang dalam menjalani kehidupan didunia ini. Hal-hal yang ada diluar negara tempat kita berdiam bisa kita ketahui dalam hitungan detik begitu juga dengan efeknya.
Dunia juga kini semakin sempit dan semakin global. Konsekuensi diatas semuanya itu adalah bertambahnya komunikasi dan interaksi antar negara,wilayah, ras, dan kebangsaan yang berbeda. Interaksi dengan latar belakang yang berbeda tersebut memiliki potensi gesekean, konflik dan pengaruh-pengaruh yang besar pula.
Konflik-konflik yang muncul tersebut berawal dari ketidaktahuan dan salah tafsir akan sebuah budaya, kebiasaan dan tradisi tertentu. Salah satunya ketika memandang sebuah aliran musik keras sebagai sebuah komunitas sesat dan menganggap bahwa metal merupakan sebuah ideologi yang salah. Pendapat ini di juga memunculkan pandangan sinis terhadap orang-orang yang menjadi bagian dari komunitas ini.
Latar belakang pokok pembahasan ini dikarenakan banyaknya kaum dari kalangan anak-anak dengan pakaian dan penampilan yang berbeda merasa terasing gereja dan masyarakat. Masyarakat dan gereja yang memandang sisnis membuat mereka juga enggan untuk berbaur dengan sesama. Pandangan gereja dan masyarakat yang tergolong kuno dan tergolong tidak melihat perkembangan zaman juga membuat munculnya stereotipe baru kepada mereka yang dianggap sebagai sampah masyarakat.
Paper ini mencoba untuk mengangkat realitas yang ada dengan menghadirkan seseorang yang menjadi bagian dari komunitas aliran musik keras ini dan bagaimana Ia berhubungan dengan gereja. Paper ini juga melihat realita kehidupan sebuah komunitas kecil yang merupakan bagian dari komunitas besar tersebut di tengah-tengah kekristenan.
Paper ini akan diakhiri dengan tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap orang karena kebebasan yang merupakan hakekatnya. Melihat dengan pandangan theologis terhadap jemaat dan juga masyarakat sekitar.



SEJARAH KOMUNITAS MUSIK PUNK1
Di Indonesia, terdapat banyak komunitas yang didasari oleh musik. Misalnya saja Underground dari aliran musik yang meliputi beberapa musik keras dari beberapa kalangan. salah satu musik tersebut adalah jenis musik punk, dan pengikut ataupun anggota komunitas musik ini sering dinamakan dengan anak punk.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, punk adalah pemuda yang ikut gerakan menentang masyarakat yang mapan, dengan menyatakannya lewat musik , gaya berpakaian dan gaya rambut yang khas.2
Komunitas musik punk memiliki sejarah tersendiri di aliran musik. Komunitas ini berasal dari perkampungan kumuh London melawan kemapanan musik Rock yang muncul tahun 60-an dari Liverpool dan Manchester.Komunitas punk melihat musik rock yang terlalu komersial, pertunjukan yang selalu diadakan di arena, bergelimang kejayaan. Perlawanan ini dilakukan dengan menciptakan gaya musik yang kasar dan memakai kode gaya berpakaian yang anarkis. Berpakaian yang terkadang memakai aksesoris yang tidak wajar seperti peniti, silet, jepitan pakaia dan beberapa benda yang tidak wajar lainnya sampai corak darah di baju yang dipakai oleh “anak punk” ini.3 Gaya rambut yang aneh juga merupakan ciri-ciri khas mereka.
Dalam musik aliran ini, mereka menyerukan kritik sosial dan lirik-lirik yang berbau politis. teapi semua ini tenggelam ketika muncul sebuah acara televisi yang membuat aliran musik dengan band yang memainkan musik dan kostum yang sama.
post-Punk muncul aliran Glam rock yang berpakaian dan make up seperti wanita. Pengaruh glam rock hingga mempengaruhi musik gothic. Gothic memiliki cara berpakaian sendiri yaitu pakaian serba hitam, aksesoris perak atau timah, gaun dan korset, jaring ikan, make up yang lebih gelap dan horor. Aliran ini berbeda dengan isi musik punk. Gaya Gothic dipengaruhi oleh aliran kesusastraan yang lebih tua sepeti horor, romantisme, filsafat eksistensialisme, dan nihilisme.
Pada tahun 80-an muncul sebuah aliran musik yaitu Hair Metal. Mereka dikenal dengan gaya hidup yang penuh dengan pesta, rambut sasak, menggunakan make up yang feminim, mengenakan celana dan jaket kulit yang ketat, sisi kejantanan ditunjukkan dengan tato yang ada ditubuhnya.
Jenis-jenis musik ini merupakan aliran musik keras, dan komunitas yang dimenampung semua jenis dari musik ini dinamakan Underground. Dan aliran musik keras –seperti yang sudah dipaparkan diatas –sangat berhubungan erat dengan masalah kostum dan penampilan.
INDONESIA IKUT SERTA MEMANDANG KOMUNITAS PUNK
Dari pengertian yang diberikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia yang telah dipaparkan tersebut, maka terlihatlah bahwa bangsa Indonesia berpandangan negatif terhadap komunitas musik punk ini. Padahal disadari atau tidak anak-anak muda Indonesia banyak yang terpengaruh bahkan menjadi anggota dari komunitas musik punk.
Bukan hanya kelompok musik punk yang sangat mempengaruhi anak anak muda pada abad 20 . Hal ini dimulai dari perkembangan budaya dan peliputan perkembangan oleh media massa. Bukan hanya di tiru, namun media juga membuat acara yang sama dengan jenis acara yang diminati tinggi oleh orang muda tersebut. Contohnya Indonesian Idol yang di tiru dari acara American Idol pada tahun 2002, AFI(Akademi Fantasi Indonesia) yang di tiru dari acara di Meksiko yang bernama La Academia. 4
Peniruan-peniruan ini kerap kali dilakukan sehingga Indonesia dinamai dengan bangsa plagiat yang tidak memiliki identitas yang jelas dan selalu mudah dipengaruhi oleh budaya luar yang masuk. Anehnya, peniruan yang dilakukan adalah sesuatu dari sisi negatif sebuah budaya baru tersebut. Misalnya Indonesia bukannya meniru sisi demokratis, perkembangan ilmu pengetahuan, kebebasan berbicara, keberanian atau kemajuan tekhnologi yang ada di kebudayaan barat, tapi meniru sisi negatif seperti free sex,pornografi, budaya komsumtif dan hidup hura-hura. Sehingga Indonesia tidak lagi bisa melestarikan budaya asli luhur Indonesia misalnya nilai-nilai luhur, adat-istiadat, kearifan lokal atau kesenian tradisional, tetapi ketika salah satunya menghilang karena diakui negara lain sebagai nilai luhur dari negaranya barulah Indonesia menjerit-jerit melawan negara itu.5
Keadaan ini juga serta-merta sangat dipengaruhi juga oleh keadaan orde baru, dimana mulai munculnya berbagai produk kultural baru yang mengancam nilai-nilai budaya tradisional dari pada memperkayanya.6 Sehingga budaya tradisional mulai tergantikan oleh budaya barat dan identitas bangsa Indonesia hilang terkikis olehnya.
Terkikisnya budaya dipengaruhi juga oleh era globalisasi yang menghilangkan batas wilayah, agama dan budaya yang membuat budaya luar bisa masuk dengan enaknya ke Indonesia. Kita mengadopsi budaya-budaya tersebut karena memang kita kehilangan akar budaya kita, bukannya kita berontak namun kita malah cenderung menikmatinya. Sehingga wajar ketika banyak peniruan-peniruan yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia.
Salah satunya merupakan meniru sebuah komunitas musik yang beraliran keras beserta gaya hidup dan cara berpakaiannya. Hal ini dapat kita lihat ketika kita pergi ke kota dan melihat anak-anak muda maupun mudi yang memakai baju tanpa mode, serba hitam, bertindik, merokok, rambut yang di cat, memakai eye liner yang tebal dan berbagai aksesoris warisan dari aliran musik keras abad 60-an hingga 70-an, salah satunya adalah komunitas musik punk.
Namun bukan hanya cara berpakaian yang mereka tiru, tetapi hal-hal negatif lainnya seperti yang telah diungkapkan sebelumnnya. Sifat radikal, anarkis dan memberontak yang terdapat di budaya punk juga diikuti dan di terapkan di Indonesia. Hal-hal ini yang menyebabkan banyak orang yang berciri-ciri sebagai anak “punk” di berikan stereotipe oleh masyarakat sebagai warga yang radikal, anarkis, dan pemberontak. Sering juga muncul sebuah pendapat yang terlontar karena sikap mereka dengan mengatakan mereka sebagai “sampah masyarakat”.
Komunitas ini memang cukup setia dengan sesama anggota komunitas mereka, mereka menjaga satu dengan yang lain. Bahkan mereka memiliki jaringan yang luas, sehingga ketika mereka pergi ke suatu tempat mereka bisa mendapatkan tempat tinggal dengan menemui anak yang sama dengan mereka. Hal ini juga yang membuat komunitas ini tidak berkurang, tetapi malah bertambah.nAnak-anak muda yang merasa kurang perhatian misalnya, merasa nyaman apabila sudah masuk kedalam komunitas ini.
Namun efek negatif tersebut hanya marak ketika tahun-tahun awal masuknya budaya tersebut ke Indonesia. Hal ini dapat saya katakan karena banyak muncul komunitas yang lahir dari komunitas musik punk yang mendasari komunitasnya pada nilai Kristen dan pelayanan serta persekutuan. Sehingga salah apabila masyarakat dan gereja hanya memandang pemuda-pemudi dengan penampilan punk dengan berpandangan bahwa mereka kaum radikal yang anarkis dan pemberontak.
Buruknya sejarah kehidupan memang sangat mempengaruhi baik buruknya masa depan seseorang. Begitu pula dengan komunitas yang memiliki sejarah perjalanan yang buruk namun ada anggota yang sadar bahwa yang dilakukan oleh komunitas adalah salah dan ia berusaha melakukan hal yang lebih mengarahkan komunitasnya kepada arah yang positif. Walaupun usaha begiru keras dilakukan namun nama yang dipengaruhi oleh sejarah sudah terlalu buruk. Membuat stereotipe orang lain kepada komunitas ini pun sulit untuk di ubah, bahwa komunitas ini setidaknya tidak lagi bertindak separti tindakan ketika awal mereka terbentuk.
TERLANJUR BURUK
Saat saya menulis paper ini, saya sempat mengirimkan pesan kepada beberapa orang teman saya di berbagai daerah dan suku, mengenai pendapat mereka mengenai anak punk. Jangkauan umur yang mendapatkan pesan saya antara 19-22 tahun dan sungguh mengejutkan lebih dari setengah mereka memandang negatif akan keberadaan komunitas musik punk ini.
Pandangan negatif ini terlihat dari jawaban yang mereka kirim kepada saya yang juga lewat pesan pendek dalam menjawab pertanyaan yang saya berika yaitu:
1. Apa yang anda ketahui tentang anak punk?
2. Bagaimana pendapat anda tentang anak punk?
3. Menurut anda apa yang biasa dilakukan oleh anak punk?
4. Menurut anda apakah melayani itu?
5. Bagaimana pandangan anda mengenai anak punk yang melakukan pelayanan.?
6. Bagaimana menurut pandangan gereja anda mengenai anak punk?
Baik yang teman saya di Jawa maupun di Sumatera melihat bahwa anak punk merupakan komunitas pemberontak yang dekat dengan drugs,sex, kriminal, kemiskinan dan beberapa pendapat yang memperburuk gambaran mengenai anak punk.
Selain itu yang menarik ketika muncul pertanyaan bagaimana anak punk dengan kekristenan di gereja dalam bentuk pelayanan yang diberikan kepada mereka. Memang banyak jawaban yang mengarah kepada yang positif dimana mereka melihat anak punk pantas untuk mendapatkan tempat dalam gereja. Selain itu, mereka juga harus diperhatikan karena pandangan jemaat yang sudah terlanjur berpandangan buruk terhadap keberadaan mereka. Tapi banyak yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah hadir digereja dan tidak pernah aktif. Saya melihat dikarenakan mereka tidak merasa diterima di masyarakat dan gereja, sehingga kalaupun mau ke gereja mereka akan pilih tempat yang mereka rasa nyaman.




MUNCULNYA UNDERGOD SEBAGAI KERINDUAN UNTUK MELAYANI
Manusia memiliki sebuah sisi kerinduan untuk kembali kepada sang pencipta. Dimana dalam eksistensi menurut para filsuf semua manusia memiliki sisi religius dalam eksistensi manusia. Menurut Kierkegaard, eksistensi dibagi atas tiga bentuk. Yaitu 7
1. Eksistensi estetis menyangkut kesenian dan keindahan. Eksistensi ini berhubungan dengan manusia dimana sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang mendatangkan kenikmatan dalam sebuah pengalaman emosi dan nafsu.
2. Eksistensi Etis yang berhubungan dengan manusia yang menimbulkan keseimbangan antara hal yang konkret dan suasana batin manusia itu sendiri. Perilaku manusia seharusnya di tentukan oleh batinnya sehingga sesuai dengan norma-norma umum. Dalam perilaku yang demikian diharapkan adanya tanggung jawab.
3. Eksistensi Religius yang membahas hal yang paling dalam pada diri manusia, yang bergerak pada yang absolut yaitu Tuhan. Eksistensi ini terlihat dalam agama-agama manusia.
Dalam tiga eksistensi tersebut, mau tidak mau manusia akan mencapai sebuah titik dimana manusia akan merindukan dan bergerak menuju kepada yang absolut yaitu Tuhan. Walaupun sifat radikal, anarkis dan memberontak terdapat di budaya punk dari aliran musik keras (lebih sering dipanggil dengan komunitas Underground yang mencakup semua jenis aliran musik keras), akan ada suatu saat dimana anak punk kembali kepada Bapa. anak punk bukan ah anak-anak yang lahir dengan style berpakaian dan pemikiran sedemikian rupa. Sebelum ia memasuki sebuah komunitas pastilah ia memiliki latar belakang kehidupan yang pernah ia jalani sebelum masuk kedalam komunitas ini.
Begitu pula dengan Ribel8, seorang wanita dengan nama lengkap Asti Wahyuning Catur Sari. Saat ini Ribel berumur 28 tahun dengan pekerjaan wiraswasta. Ribel merupakan seorang anggota dari komunitas aliran musik keras ini. Ia juga mengikuti kehidupan komunitas ini, misalnya memakai tato, berpakaian hitam hitam dan hidup berkomunitas. Menurut pengakuan yang ia berikan ketika wawancara, ia mengakui bahwa komunitas ini merupakan sebuah pelarian dimana kondisinya ketika itu dalam kondisi meragukan keberadaan Tuhan. Bersama dengan budaya populer lainnya, seakan-akan membuat bahwa awalnya komunitas ini sebuah kenyamanan dan pemahaman baru tentang dunia.
Ribel menjalani semua kekacauan di hidupnya, dengan menyebut tindak tanduknya tersebut dengan kehidupan “bandel” yang memang tidak diungkapkannya bagaimana gaya hidupnya pada masa itu.Tetapi ada sebuah titik yang ia kembali merindukan Tuhan dan masa pelayanan yang ia lakukan sejak masa SMA dahulu.
Menurut pemaparan Ribel, ia adalah seorang yang hidup dikeluarga Kristen dan tumbuh di gereja dengan kehidupan yang tidak lepas dengan pelayanan di gereja. Ia sudah tidak asing lagi berhubungan dengan gereja, pelayanan di gereja apalagi ia juga tak asing dengan kehidupan orang Kristen. Tetapi seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, masa dia meragukan Tuhan adalah masa dimana ia balik kanan dari Tuhan dan gereja. Dimana ia meninggalkan rumah dan pelayanan dan masuk kedalam komunitas aliran musik keras.Sampai suatu ketika ia mencobai Tuhan dengan caranya sendiri dan Tuhan menantangnya dengan menjawab tantangan yang Ribel berikan. Ia pun kembali kepada Tuhan sebagai yang absolut.
Ia mendengar keberadaan sebuah komunitas dari aliran musik keras yang sesuai dengan kerinduannya untuk melayani. Komunitas ini bernama UnderGod, yang memiliki dasar berdirinya komunitas ini adalah pelayanan dan persekutuan. Tidak banyak yang mendengar kehidupan komunitas ini, karena menurut Ribel tidak banya anak-anak yang berkecimpung di aliran musik keras punya panggilan untuk melayani. UnderGod sendiri merupakan nama komunitas distrik Jogja dengan basic pelayanan yang berdiri antara Tahun 1999-2000. Bukan hanya di Jogja, di daerah lain seperti Bandung, Bali, Surabaya, Solo, Malang, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lain juga terdapat komunitas yang sama tetapi dengan nama yang berbeda.
UnderGod memang sebuah komunitas dengan dasar pelayanan dan persekutuan, namun bukan berarti mereka meninggalkan style mereka yang mencerminkan anak punk. Bukan berarti mereka memiliki sifat radikal, anarkis dan memberontak yang terdapat di budaya punk, tetapi lebih menerapkan nilai-nilai Kristen didalam mereka. Diantara mereka juga bukan hanya dari kalangan anak punk, namun juga dari anak-anak yang bukan bagian komunitas anak punk yang memiliki keinginan berbaur dengan komunitas ini untuk melakukan pelayanan. Memang kelompok ini baru terdiri dari 30 orang karena memang hanya beberapa yang terpanggil untuk pelayanan.
Mereka meninggalkan kehidupan mereka semula, drugs,sex bebas, dan kehidupan hura-hua lainnya. Menegur teman yang masih berkecimpung didalamnya dengan nasehat bukan paksaan. Komunitas ini memang mayoritas Kristen, bukan berarti mereka membuat gerakan kristenisasi dikalangan para anak punk tapi lebih kepada membangun diri dan membiarkan orang lain melihat dan belajar dari diri mereka. Dan beberapa orang melepaskan gaya hidup hura-hura mereka dari pengalaman mereka melihat kehidupan teman mereka sebagai orang Kristen dan ikut untuk pindah menjadi agama Kristen.
Pelayanan yang dilakukan oleh UnderGod sendiri adalah membentuk Band Rohani dengan aliran musik keras, persekutuan antar teman-teman UnderGod dan Underground, membuat event-event besar untuk menjangkau kerinduan anak punk lain dalam pelayanan. Pelayanan ini tidak mengganggu kehidupan anggota dari komunitas yang memiliki berbagai profesi, misalnya mahasiswa-mahasiswi, pegawai dan profesi lainnya.
Sifat radikal, anarkis dan memberontak yang terdapat di budaya punk sekarang dipandang Ribel sebagai sebuah propaganda dan hanya pendapat semata. Karena dalam kenyataan dan kehidupan sehari-hari tidak seperti yang dikatakan. Walau sosial sering memandang mereka dengan pandangan miring hanya melihat penampilan mereka dan memiliki stereotipe tersediri terhadap komunitas ini.
GEREJA DAN UNDERGOD
Gereja merupakan sebuah bukti penolakan kehadiran komunitas aliran musik keras ini di masyarakat. Anggota dari komunitas memang memiliki pengalaman mendapat pandangan sinis dari jemaat ketika masuk kedalam sebuah gereja dengan style yang mereka punya. Misalnya saja pengalaman Ribel yang mencoba memakai Jeans dan kaos kedalam salah satu GKJ tempatnya bergereja dari kecil. Ia mempertunjukkan tato yang ada di lengan kanan dan kirinya ketika masuk kedalam gereja, dan secara otomatis semua mata tertuju padanya dengan tatapan sinis. Pelayanan yang dilakukan oleh komunitasnya pun tidak pernah mendapat tempat untuk melakukan pelayanan
. “..Yah, mana ada yang percaya ya kalo anak-anak dengan kondisi kayak gini masuk gereja untuk pelayanan. Gereja sendiri punya pandangan bahwa ga mungkin juga kalo pelayanan, anak-anak kayak gini. Mungkin orang berpikir bahwa orang pelayanan itu bersih” tutur Ribel
Ada memang gereja yang menerima keadaan dan penampilan mereka apa adanya, dan menyediakan tempat khusus buat komunitas ini. Gereja Kemah Daud merupakan salah satu gereja yang menerima penampilan mereka apa adanya. Mereka dihargai dan dianggap memiliki saluran radio khusus membahas mereka.
Bagaimana dengan gereja-gereja lain? Apakah gereja hanya memandang dari Pakaian pembungkus hati mereka yang ingin melayani? Bukankah gereja berperan penting dalam membawa mereka kedalam kerajaan Allah, dan bukannya dengan mengasingkan mereka gereja malah membuat mereka jauh dari Kerajaan Allah.
Pandangan gereja tentang orang kristen memang masih sangat kuno, tidak melihat bahwa dunia ini bukan hanya sebatas pada orang kristen dan bangunan mereka. Walaupun gereja sendiri memakai alat dari zaman modern(LCD, speaker, komputer), kan tetapi pemikiran gereja belum melihat zaman modern tersebut.
KEBEBASAN YANG BERTANGGUNG JAWAB
Kebebasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan bebas ; merdeka.Dan pengertian bebas itu sendiri adalah lepas sama sekali, tidak terhalang sama sekali.
Apabila ingin dilihat manusia memiliki tiga jenis kebebasan yaitu:9
1. Kebebasan Jasmaniah
Kebebasan ini ingin melihat bahwa manusia memiliki kebebasan menggerakkan badannya kemanapun, dan tidak ada paksaan diatasnya.
2. Kebebasan kehendak
Manusia bebas untuk mengkehendaki sesuatu. Kebebasan akan terbentang luas, seluas pemikiran orang tersebut mengkehendakinya. Manusia bebas berpikir dan mengkehendaki apa saja.
3. Kebebasan Moral
Manusia dikatakan memiliki kebebasan morl ketika ia tidak dibawah ancaman, tekanan dan desakan hingga kekerasan fisik.
Anak-anak punk memang sering dideskripsikan dengan anak-anak yang memiliki hidup yang bebas tanpa aturan, misalnya aturan yang diberikan orang tua dalam keluarga. Kebebasan ini mereka dapatkan karena kehidupan mereka yang memang mereka dapatkan oleh karena keputusan mereka untuk menjauhkan diri dari rumah dan segala kehidupan masa lalunya. Kebebasan bersama komunitas yang juga berasal dari berbagai latar belakang ini menyebabkan kebebasan itu sendiri salah diartikan dan salah dalam penggunaannya. Kebebasan yang mereka pakai membuat mereka masuk kedalam pergaulan bebas yang berada dalam tingkat sex bebas, pemakaian obat dan minum-minuman keras.
Namun hal yang mau dipertanyakan dalam kehidupan mereka adalah dimana tanggung jawab mereka sebagai seorang manusia dalam pengambilan keputusan tersebut? Dalam kebebasan memang akan selalu ada yang namanya fakta kebebasan(negatif).10
Menurut Franz Magnis Suseno dalam kebebasan yang bertanggung jawab tidak mungkin ada tanggung jawab tanpa kebebasan, dan dalam tanggung jawab tersebut kebebasan mencapai seluruh pelaksanaannya.11 Dari perkataan ini saya melihat bahwa kita jangan pernah membicarakan tentang kebebasan tanpa membicarakan tentang tanggung jawab, dan jangan berharap mendapatkan kebebasan tanpa tanggung jawab.
Dalam bertindak dengan kebebasan membutuhkan sebuah tanggungjawab. Tanggung jawab yang pertama yang harus ditanggung adalah tanggung jawab kepada diri sendiri. Tanggung jawab ketika kebebasan tersebut memiliki akibat pada diri sendiri. Lalu bertanggung jawab pada keluarga dan juga sosial masyarakat.
Tanggungjawab merupakan kewajiban dalam kebebasan.12 Kewajiban bukan hanya dipandang sebagai sesuatu yang diwajibkan namun juga sebagai sesuatu yang hanya diwajibkan, namun ingin melihat nilai kebaikan yang dicapai dari sebuah kewajiban tersebut. Bertanggung jawab agar mendapat yang lebih baik dan bernilai pada diri sendiri. Orang itu bertanggung jawab ketika mampu memperbaiki, meringankan, membuat hidup manusia lebih baik.
Semakin bebas kehidupan akan semakin besar pula tanggung jawab yang akan ditopang. Semakin orang tua memberikan kebebasan kepada anak, maka anak akan mengemban sebuah tanggung jawab yang lebih besar, begitu pula sebaliknya. Tetapi banyak anak-anak muda yang belum mengerti akan besarnya tanggung jawab yang ditopangnya apabila orang tua memberi kebebasan sepenuhnya. Sehingga pemberontakan dilakukan anak untuk mendapat kebebasan yang dianggap tidak ia dapatkan.
Menurut saya orang tua memang harus memberi kebebasan sesuai dengan porsinya. Maksudnya orang tua memikirkan sebesar apa tangggung jawab yang mampu di emban sang anak. Tetapi juga dibarengi pengertian yang diberikan kepada anak, sehingga ia tidak merasa kurang perhatian, kurang bebas dan memberontak.




Perintah ke dua sama dengan yang pertama itu: Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri. (Mat 22:39 BIS)

Hampir semua orang kristen mengetahui hukum kasih ini. Bahkan mungkin banyak juga yang menganggap ayat ini sebagai sebuah ayat paling indah yang ada dalam injil Matius. Tetapi banyak yang hanya berkoar-koar menyampaikan tetapi hanya dibibir saja dan tanpa mempraktekkannya terlebih dahulu.
Pernah saya di tegur oleh seorang teman karena mengetahui saya telah menyampaikan khotbah di mimbar umum, dan saya mengatakan bahwa hal yang peling penting adalah yang disampaikan tetap firman Tuhan. Dan ia mengatakan, bahwa seni berkhotbah adalah ketika kita bisa melakukannya dan sudah melakukannya sebelum menyampaikannya pada jemaat.
Bukan hanya pendeta yang harus mempraktekkan firman tersebut, tapi juga setiap umat Tuhan di seluruh dunia. Bagaimana gereja dan umatnya mengasihi sesama manusia tetapi tidak menerima orang lain yang berbeda latar belakang untuk saling berdampingan bersama di gereja. Kita mengasihi diri kita dengan mendapat makanan rohani di gereja, namun mereka kita larang untuk mendapatkannya. Kita melakukan tiga tugas gereja yang salah satunya adalah melayani, namun kita mlarang mereka melakukan pelayanan. Apa hak kita untuk melarang mereka datang kerumah dan kepada Bapa? Siapakah kita yang memiliki status yang sama-sama manusia melarang mereka melayani Tuhan?
Membiarkan mereka untuk bergabung bersama-sama dengan kita dirumah Tuhan bukan sebuah kesalahan yang fatal, Bahkan itu merupakan suka cita buat mereka. Jangan menolak mereka dan membuat mereka lebih merasa tersingkir dan merasa hidupnya memang sudah tidak berguna.
Ibarat seorang yang jatuh di pinggir jalan, biarlah jangan kita malah menginjak mereka dan membuat mereka lebih merasa terhina lagi. tetapi marilah membantu mereka untuk bangkit dan bisa merasakan kasih yang mungkin dahulu tidak ia rasakan lagi.





Mengapa kalian melihat secukil kayu dalam mata saudaramu, sedangkan balok yang di matamu sendiri tidak kalian perhatikan? (Luk 6:41 BIS)

Dari kutipan ayat diatas saya melihat bahwa manusia seringkali menghakimi orang lain dahulu sebelum berkaca kepada dirinya sendiri. Memang penampilan mereka berbeda dengan orang lain pada umumnya, namun belum tentu mereka lebih buruk dari pada kita. Bahkan mungkin kita jauh lebih buruk dari pada mereka. Kita hanya melihat lukisan dan lubang yang ada di tubuhnya namun sadarkah kita bahwa mungkin ia memiliki hati yang jauh lebih putih mulus dari pada tubuh kita yang tidak bertato dan bertindik?.
Manusia memang cenderung melihat dengan kaca mata kuda yang hanya tertuju kedepan, kepada sesamanya saja sehingga membuat manusia hanya bisa memprotes dan menghakimi sesama tanpa memakai spion untuk melihat dirinya dan masa lalunya sendiri.
Saya teringat akan kisah Yesus ketika Ia menyuruh orang-orang melempari wanita yang kedapatan berzinah dengan syarat mereka adalah yang melempar adalah orang yang tidak berdosa sama sekali, tetapi tidak satupun mereka melemparkan batu kearah wanita itu. Ini merupakan sebuah contoh bahwa sejak dahulu kala hingga sekarang manusia memang tidak pernah sadar akan dosa-dosanya sendiri tetapi mencari kesalahan-kesalahan dan keburukan orang lain.
Melihat seseorang dari berbagai sisi kehidupannya merupakan sebuah proses dalam mengerti dan menghargai orang lain. Dan juga proses itu merupakan sebuah harapan bahwa orang lain juga mampu mengenal dan menghargai kita bukan hanya lewat sesuatu pada diri kita yang kasat mata.
BELAJAR MENGERTI DAN MEMAHAMI FENOMENA SOSIAL LEBIH DEKAT
Sebelum mengadakan sebuah wawancara dan mendapat informasi mengenai sebuah komunitas yang bernama UnderGod, saya juga tidak mengetahui keberadaan kelompok musik keras yang berlandaskan pelayanan ini. Pemikiran saya sebelumnya sama dengan teman-teman dan masyarakat ketika mendengar kata “anak punk”, saya bersyukur dan berterimakasih dengan ini saya bisa lebih memiliki pemikiran yang bisa mengetahui tidak hanya dari penampilan dan pemikiran kuno saja.
Memahami dan mengerti sebuah fenomena sosial lebih dekat merupakan suatu cara membuat kita mengerti mengapa fenomena ini terjadi dan bagaimana sisi lain dari fenomena ini.

DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Hikmat. 2002. Lubang Hitam Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisius
Dagun, Save M..1990.Filsafat Eksistensialis.Jakarta : Rineka Cipta
Poespoprodjo, W. 1986. Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Bandung : Remadja Karya CV
Rusbiantoro, Dadang. 2008. Generasi MTV. Yogyakarta : Jalasutra
Von Magnis, Franz. 1975. Etika Umum: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta : Kanisius

SEJARAH GEREJA DARI SUMATERA MENUJU RIAU


Pendahuluan
Gereja saat ini sudah banyak dibangun di berbagai daerah dan di Indonesia gereja juga sudah mulai dibangun di desa yang sangat terpencil sekalipun. Di dirikannya sebuah gereja di suatu daerah bukan hanya berdasarkan keinginan dari orang-orang yang ada di daerah itu, tetapi juga orang-orang yang datang ke daerah tersebut dengan maksud untuk melakukan penginjilan.
Dalam melihat sejarah didirikannya sebuah gereja, dasar dan asal pemikiran ini juga terkadang dilupakan sehingga jarang sekali terlihat pada buku-buku sejarah dimana sejarah sebuah gereja di hubungkan dengan daerah asal penginjilan. Sehingga sulit apabila ingin melihat perkembangan kekristenan dengan melihat pertumbuhan dari awal mula penginjilan tersebut.
Jarangnya hal diatas terjadi membuat saya tertarik untuk menuliskan hubungan tersebut dari daerah awal tempat penginjilan pada masa lampau hingga perkembangannya saat ini. Perkembangan yang dibahas dalam paper ini adalah bagaimana penginjilan awal mula dan bagaimana sejarah terus berlanjut hingga penginjilan. Buluh Awar merupakan tempat penginjilan awal tersebut sampai kedaerah Pekanbaru dan menjadi klasis baru. Dan dalam perjalanan sejarah tersebut, dalam paper juga dibahas bagaimana setiap hambatan dan faktor pendukung dalam pengabaran Injil tersebut.

SEJARAH BERDIRINYA GBKP1
Dengan menggunakan buku mengenai masuknya kekristenan ke tanah Karo saya membuat gambaran mengenai masuknya keKristenan tersebut. Dalam buku Benih yag tumbuh 4 yang juga menuliskan bagaimana terbentuknya GBKP yang juga akan saya paparkan.
Tanah Karo Simalem merupakan sebuah nama lengkap untuk Tanah Karo. Simalem yangberarti damai merupakan kondisi Tanah Karo, yang dimana tanahnya yang subur. Kebudayaan dan adat istiadat yang ada dan mengatur kehidupan itu dijalankan sedemikian rupa hingga muncul sebuah keadaan damai disana.
Sumber daya alam merupakan sebuah penyebab ketika pada tahun 1822 seorang residen Belanda datang ke Sumatera Utara. Pada masa itu, pohon tembakau merupakan tanaman yang di tanam di daerah tanah Karo dan sekitarnya. Selain itu Tanah Karo juga penghasil tembakau yang terbaik ketika masa itu.
Pemerintahan saat itu dipegang oleh seorang Sultan yang menjabat di daerah Deli, Sumatera Utara. Ketika Belanda memiliki rencana untuk memebeli tanah dan menanam tembakau juga di daerah tersebut, Sultan mendukung rencana itu. Dan atas dukungan sultan pula maka bertambah banyak pabrik tembakau Tanah Karo dan sekitarnya atas nama Belanda.
Namun bukan bersikap ramah kepada penduduk Karo, Belanda membuat orang-orang Karo menjadi budak mereka yang dipekerjakan secara paksa. Paksaan tersebut semakin parah ketika belanda menggunakan rantai dan bole besi yang dikaitkan dikakai para budak dan bekerja tanpa henti.
Usaha dalam membuka lahan untuk menanam tembakau gencar dilakukan belanda. Belanda mulai sampai ke daerah buluh awar dan membuka sebuah tempat pembibitan dan perkebunan tembakau disana. Perampasan tanah-tanah rakyat juga tidak luput dari daftar usaha belanda dalam memperluas tanah perkebunan milik belanda.
Ketidak adilan dan penyiksaan yang terus menerus di terima oleh orang-orang Karo membuat mereka memberontak dan mulai melakukan aksi. Aksi tersebut dilakukan dengan cara merusak perkebunan tembakau milik belanda dengan merusak tanamannya dan juga merusak setiap jalan tempat lintasan keluar masuk buluh awar juga dirusak oleh orang-orang Karo.
Sama seperti masa sekarang yang memiliki julukan tuan tanah, Pada masa tersebut juga banyak terdapat orang-orang belanda yang mendapat julukan tuan besar perkebunan yang memiliki kebun tembakau yang luas. Salah satunya adalah J.T Cremer yang juga merasa ketakutan ketika orang-orang Karo beraksi dan menghancurkan tembakau. Ia berpikir bahwa dalam menghentikan dan mencegah penghancuran tersebut hanya dengan Kristenisasi terhadap orang-orang Karo.
Pada masa itu, Islam lebih dahulu datang di daerah Sumatera Utara. Sultan juga salah satu orang yang menganut agama ini. Tetapi banyak orang Karo yang tidak bergama karena merasa tidak cocok dan nyaman dengan agama Islam. Orang-orang Karo saat itu memang tidak beragama namun memiliki kepercayaan perbegu(penyembah setan, begu = setan).
Peng-Kristenisasian ini dimulai ketika Cremer menghubungi para zendeling yaitu pihak Nederlandch Zendeling Genootschap(NZG). Karena ketakutan Cremers bahwa pengerusakan itu akan semakin meluas, maka ia pun bersedia membayar biaya NZG untuk melakukan penginjilan pada orang-orang Karo.
Utusan NZG menginjakkan kaki di pelabuhan belawan pada tanggal 18 April 1890. Para penginjil ini terdiri dari Pdt H.C. Kruyt dan seorang guru injil dari minahasa yang bernama Nicolas Pontoh. Keikutsertaan guru injil ini dikarenakan sebelumnya Kruyt melakukan penginjilan di Minahasa dan membutuhkan tenaga Nicolas untuk membantu penginjilannya.
Penginjilan yang awalnya untuk mencegah kerusuhan dan pengerusakan ini malah membuat orang-orang Karo semakin tak terkendali sehingga membuat banyak kebun yang rusak parah dan gulung tikar. Kesulitan dan penurunan pendapat ini membuat NZG tidak lagi mendapatkan dana dari pihak manapun.
Buluh Awar merupakan tempat dimana belum pernah tersentuh niali Kristen sama sekali. Hal ini yang membuat Kruyt dan Nicholas harus bekerja ekstra dalam melaksanakan penginjilannya.
Awal penginjilan, memang orang-orang Karo masih menaruh curiga kepada para penginjil. Hal ini dikarenakan Kruyt yang merupakan bagian dari Belanda yang ditakuti oleh orang Karo. Pendekatan-pendaketan yang digunakan oleh Kruyt adalah dengan mempelajari bahasa dan budaya Karo sehingga bisa berbaur dengan orang-orang Karo.Kepercayaan orang-orang Karo bertambah oleh karena perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan Kruyt. Perbuatan ini berupa pemberian pendidikan kepada anak-anak dan juga pelayanan kesehatan secara sederhana.
Karya yang dilakukan oleh Kruyt hanya dua tahun saja dan ia kembali ke Belanda. Dan karya penginjilannya tersebut dilanjutkan oleh empat guru injil yang diutus dari Minahasa, yaitu Benjamin Wenas, Hendrik Paceek, Johan Pinontoan dan juga Nicholas Pontoh yang sebelumnya sudah berada disana sebelumnya.
NZG tidak membiarkan tunas keKristenan ini bertumbuh sendiri, namun NZG Belanda mengirim pengganti Kruyt yang bernama Pdt J.K. Wijngaarden pada tanggal 3 Desember 1892. Sepeninggal Kruyt ke Belanda, belum ada orang-orang Karo yang berhasil dibabtis olehnya. Namun pada tanggal 20 Agustus 1893, Wijngaarden berhasil membaptis 6 orang penduduk buluh awar.
Pelayanan dan karya penginjilan Wijngaarden tidaklah berlangsung lama, dikarenakan pada tanggal 21 September 1894 Wijngaarden meninggal dunia dan ia meninggalkan seorang isteri yang melanjutkan misi penginjilan wijngaarden hingga kedatangan penginjil baru kesana.
Kematian Wijngaarden membuat Pdt. Joustra pada bulan Februari-Maret tahun 1895 menginjakkan kakinya di Buluh awar. Pemahaman akan budaya dan bahasa yang dimiliki Pdt Joustra sangatlah cepat, hal inilah yang membuat orang-orang Karo merasa tertarik padanya dan Joustra juga cepat akrab dengan orang-orang Karo.
Pada tahun 1900 digantikan Pdt Joustra oleh salah seorang penginjil bernama J.H. Neumann yang melakukan penginjilan di daerah Sibolangit. Berbagai usaha juga dilakukan Neumann bersama dengan E. J. Van den Berg dalam melakukan penginjilan disana. Pada masa-masa ini, mereka menterjemahkan Alkitab kedalam bahasa Karo dan melayani dibidang kesehatan dengan membangun rumah sakit zending pada tahun 1905.
Tabel pertumbuhan jemaat Kristen masa zending
NO
Tahun
Jumlah jemaat Dibaptis
1
1893
6 orang
2
1900
25 orang
3
1926
1500 orang
4
1976
5000 orang

GBKP menjadi sinode yang berdiri sendiri sendiri pada 23 Juli 1941 ketika dilakukannya sidang pertama dengan ketua sinode pertama kali dijabat oleh Pdt. J. Van Muylwijk. Dan pada tahun itu juga di tahbiskanlah Th. Sibero dan P. Sitepu menjadi pendeta GBKP pertama kali. Sejak disahkan menjadi sebuah sinode yang berdiri sendiri, usaha penyebaran Kristen tidak berhenti sampai disana. Banyak usaha yang juga masih dilakukan dalam pengabaran injil tersebut.
GBKP juga masuk kedalam keanggotaan DGI(Dewan Gereja di Indonesia) pada tahun 1950-an. Perkembangan GBKP juga terlihat ketika menjelang 1980 jumlah anggota yang meningkat menjadi 110.000 orang.
Pertumbuhan ini membuat Sinode memang butuh untuk mengadakan penginjilan dengan membentuk jemaat-jemaat baru. Hal ini dilakukan agar ada sebuah kepengurusan yang dapat di kontrol perkembangannya. Penginjilan ini dilakukan pada mulanya oleh pengurus-pengurus sinode, tetapi dalam perkembangannya penginjilan dilakukan juga oleh gereja dan jemaat yang sudah berdiri dan mampu mengadakan penginjilan.
DARI SUMATERA UTARA KE RIAU2
Saya menggunakan sumber dari buku sejarah GBKP Pekanbaru. Hal ini dikarenakan oleh Pekanbaru yang menjadi titik mulanya perkembangan GBKP di Riau.
Sejak GBKP berdiri sendiri menjadi salah satu sinode, maka penyebaran injil dan pembangunan gereja-gereja GBKP juga terus menerus dilakukan. Terlihat sekarang dimana di Sumatera hingga di Jawa, Kalimantan, dan Bali GBKP sudah mengembangkan karyanya. Salah satu tempat dimana GBKP melakukan penginjilan adalah di daerah Riau yang memiliki ibu kota Pekanbaru.
Hal ini dimulai sejak ibu kota Provinsi Riau dipindah dari tanjung pinang ke Pekanbaru yang menyebabkan banyak orang Karo yang datang ke Pekanbaru semakin bertumbuh setiap tahunnya.Kedatangan mereka umumnya memiliki tujuan yang sama yaitu masalah pekerjaan. Orang-orang Karo yang berada di Pekanbaru menamakan diri mereka dengan “Orang Karo Perantau”. Pekerjaan yang umumnya dijalani mereka adalah pegawai negeri, pegawai swasta dan wiraswasta.
Kerinduan untuk membuat sebuah perkumpulan di tanah perantauan pun muncul disetiap hati orang-orang Karo. Dimana biasanya mereka hidup dengan budaya berkelompok, tetapi kini harus terpisah dan disibukkan dengan pekerjaan. Pada tahun 1963 terbentuklah sebuah lembaga organisasi dengan nama PERSADA KARO PEKANBARU sebagai perwujudan dari sebuah kerinduan. Dalam lembaga ini, bukan hanya terdiri dari orang Karo yang beragama Kristen namun juga yang beragama Islam. Beberapa bidang sejak terbentuknya lembaga ini mulai dibentuk. Salah satunya adalah bidang persekutuan yang dibentuk pada tahun 1972, kegiatan yang dibentuk oelh bidang ini berupa kebaktian oikumene bagi yang beragama Kristen dan pewiridan bagi yang beragama Islam.
Pada kebaktian oikumene ini memang terdiri dari orang-orang yang dulunya berlatar belakangkan gereja yang berbeda-beda sebelumnya. Tetapi dalam kebaktian itu, muncul keinginan dari jemaat itu sendiri untuk mengadakan kebaktian dengan bahasa Karo. Tidak ada kejelasan mengenai tahun berapa diadakan ibadah dengan berbahasa Karo di Pekanbaru tetapi keinginan ini diwujudnyatakan. Kebaktian ini sudah menggunakan buku nyanyian GBKP yang biasa digunakan di banyak GBKP.
Bahasa ibu akan membuat orang-orang lebih nyaman dan merasa dirumah sendiri. Mungkin hal ini juga yang membuat kebaktian oikumene menggunakan bahasa Karo semakin diminati oleh para anggota lembaga. kebaktian ini terus berkembang, terlihat dari mulai diadakannnya natal bersama dengan berbahasa Karo dan mengundang pendeta dari Sumatera Utara. Pada tahun 1973, pendeta sumatera utara yang datang adalah Pdt Selamat Barus, untuk memimpin kebaktian natal. Kedatangan pendeta ini juga sebagai kerinduan orang Karo untuk mendirikan gereja sendiri dengan pimpinan GBKP selaku sinode.
Dalam perkembangan kekeristenan ini tidak terlepas dari peran Lembaga Persada Karo Pekanbaru itu sendiri. Peran lembaga ini terlihat ketika lembaga ini memakai uang persembahan dan khas untuk membeli sebidang tanah dengan luas 2 Ha yang terletak di Rumbai. Tanah yang dibeli oleh lembaga ini, direncanakan akan dibangun mesjid, jambur(balai pertemuan untuk acara-acara tertentu misalnya acara adat).
Pada tahun 1984 terdapat pembicaraan mengenai pembangunan GBKP di Pekanbaru ketika ada kebaktian oikumene.
NO
BULAN & TAHUN
PERKEMBANGAN
1.
Maret 1984
Dibicarakan rencana pembentukan gereja secara umum
2.
April 1984
Dibicarakan pembentukan panitia persiapan pembangunan GBKP
3.
Mei 1984
dilakukan acara adat dengan diberikannya bena benih( Indonesia: bibit awal) oleh orang tua kepada GBKP
4.
Desember 1984
Kebaktian pertama dengan berlandaskan GBKP
5.
Oktober 1984
Diresmikan menjadi majelis lengkap GBKP

Selain itu terdapat enam hal yang tercatat menjadi faktor pendukung didirikannya GBKP Pekanbaru.
1) Sinode GBKP telah menyetujui dan mendukung berdirinya GBKP di Pekanbaru dengan dikirimnya surat pada tanggal 15 Juni 1984
2) Terdapat dukungan yang datang dari Klasis Lubuk Pakam dengan kedatangan Pdt Bebas Ginting untuk membantu selama beberapa hari di Pekanbaru,
3) Sambutan dari gereja sekitar. Hal ini terlihat dari sambutan positif Pdt. Susetyo dari GPIB
4) Sudah mendapat kemungkinan untuk mendapat izin peminjaman gedung GPIB dan juga HKBP sebagai tempat ibadah sementara,
5) Tenaga khotbah sudah disetujui dari gereja-gereja sekitar dengan cara mengundang pendeta tersebut.
6) Kerinduan yang sangat dari jemaat sendiri untuk memulai ibadah sendiri, terlihat dari kemauan untuk membentuk majelis GBKP Pekanbaru.
Namun terdapat faktor yang menghambat didirikannya GBKP
I. Dalam membangun gereja, dana dan segala perlengkapannya sudah dapat memulai kegiatan pembangunan, tetapi izin mendirikan bangunan dari pemerintah belum dikeluarkan.
II. Pada masa itu, agama masih merupakan sebuah masalah karena ada sebuah pembedaan. sehingga warga tidak setuju dalam pembangunan sebuah Gereja dilokasi yang dipilih.
III. Agama juga yang yang membuat masyarakat sulit dalam mencari tempat tinggal di Pekanbaru (kota), sehingga harus mencari tempat tinggal yang lebih jauh.
Pada awalnya, ibadah yang dilakukan di gereja HKBP dan GPIB Pekanbaru karena pada tahun 1989-1990 hanya dapt membuat sebuah lelang-lelang untuk mengumpulkan dana. Dan setelah mendapat izin dari pemerintah, barulah gedung gereja dibangun pada tahun 1991. Barulah ketika telah dirasa bisa melakukan ibadah di gedung ini, maka ibadah GBKP tidak lagi menumpang ke gereja tetangga.
Seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa kebaktian ini berasal dari kebaktian yang di laksanakan secara oikumene oleh Persada Karo.Tetapi dalam perkembangannya kebaktian oikumene ini mulai tidak dilakukan lagi tepatnya sejak tahun 1985. Dan sejak itu pula lembaga ini mulai mengalami penyurutan kegiatan. Pada tahun 1993 tepatnya tanah yang pernah dibeli oleh lembaga Persada Karo dijual atas persetujuan anggota yang dimana hasil penjualannya digunakan untuk membantu pembangunan gereja dan mesjid yang ada.
Pada periode tahun 1989-1994 orang Karo di Riau sudah mulai meninggat pesat. Hal ini dikarenakan jalan raya Lintas sumatera anatara medan dan riau sudah dibangun dan sudah dapat dilewati. Perkebunan-perkebunan juga sudah mulai dibuka di Riau, sehinggap para perantau tertarik untuk datang ke Riau. Hal ini juga yang membuat GBKP Pekanbaru tertarik untuk melakukan penginjilan-penginjilan mereka ke tempat yang lebih pelosok di Riau yang dimana dapat terdeteksi kelompok orang Karo.
Pada Periode ini juga lah GBKP Pekanbaru membuka pelayannya di daerah Kandis,Sei Tapung, Terantam, Perawang dan Batam yang dilakukan dengan cara penginjilan yang sama. Cara penginjilan yang dilakukan umumnya bertamu dan menanyakan keadaan orang Karo yang ada didaerah tersebut sehingga dimungkinkan untuk melakukan penginjilan berupa persekutuan. Apabila dimungkinkan untuk melakukan persekutuan setelah mendapat izin, maka persekutuan diadakan dirumah warga. Penginjilan ini dilakukan juga dengan pengadaan-persekutuan berkala misalnya sekali dalam sebulan yang dipimpin oleh pendeta atau majelis dari Pekanbaru. Bukan hanya mengadakan persekutuan, namun GBKP Pekanbaru juga membimbing persekutuan hingga menjadi sebuah gereja dan dikontrol perkembangannya pada awal setelah peresmiannya.
Namun dalam penginjilan ke tempat lain, GBKP Pekanbaru memiliki halangan-halangan dalam rupa tenaga pelayan yang kurang sehigga sulit memenuhi kebutuhan jemaat yang bertumbuh pesat di Riau.. Karena jarak jemaat satu dengan yang lain begitu jauh sehingga membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan pada saat itu transportasi yang sulit walaupun lintasan sudah baik.
PEKANBARU KOTA MENUJU KE PELOSOK RIAU
Pembangunan Provinsi Riau sudah mulai membaik, dibangun pula jalan Lintas Sumatera yang memperlancar kedatangan orang-orang Karo dari sumatera utara kesana. Muncul pula pabrik dan perkebunan kelapa sawit yang menarik minat orang-orang untuk mencari pekerjaan di Riau, sehingga bertambah juga orang-orang Karo yang berdomisili di Riau walaupun masih bisa dikatakan pelosok.
Salah satu kebun dan pabrik yang ada di Riau adalah Pabrik dan Perkebunan Sei Tapung. Terletak 4 jam dari Kota Pekanbaru dengan penduduk awal mayoritas bersuku Minang dan beragama Islam.
Secara umum masyarakat di Sei Tapung terdiri banyak suku bukan hanya suku Karo. Suku yang berdomisili disana mulai dari suku Jawa, Minang, dan batak. Pada awalnya keadaan perekonomian memang masih tergolong tingkat perekonomian yang sederhana kebawah, dan mayoritas penduduk sebagai karyawan dan petani.
Sei Tapung pada masa tersebut orang-orang Karo sudah mulai ada disana sejak tahun 1991 atau beberapa tahun sebelumnya sebagai karyawan disana. Latar belakang dan tujuan yang sama adalah alasan mereka berkumpul di Sei Tapung. Mayoritas perantau yang datang ke Sei Tapung terdiri dari para pemuda-pemudi. Biasanya yang sering mengadakan pertemuan dengan mengadakan arisan Merga Silima.3 Arisan ini di tujukan kepada orang-orang Karo baik yang beragama Kristen maupun islam. Selain arisan, mereka juga biasanya mengadakan pesta adat bersama salah satu contohnya perkawinan dengan acara adat.
Pada masa ini sudah terdapat sebuah gereja oikumene milik PTP V, dan gereja yang memakainya adalah HKBP. Orang karo yang beragama kristen masuk menjadi anggota jemaat HKBP. HKBP saat itu memang berdiri jauh lebih lama, sehingga sudah memiliki program yang lengkap. Kelengkapan ini terlihat ketika mereka sudah memiliki tenaga pelayan sendiri, Sekolah minggu, dan persekutuan kategorial lainnya.
Keberadaan orang karo di sei tapung lama kelamaan bertambah cukup banyak untuk menjadi sebuah jemaat. Keberadaan orang-orang Karo yang yang semakin lama semakin banyak ini, terdengar hingga ke Pekanbaru kota yang telah memiliki gereja sendiri. Sehingga GBKP Pekanbaru membuka wilayah pekabaran injilnya di Sei Tapung. Pekabaran injil ini dilakukan dengan cara membentuk persekutuan-persekutuan di rumah-rumah warga Karo yang beragama Kristen. Penginjilan ini juga dilaksanakan dengan datangnya majelis-majelis GBKP Pekanbaru secara bergantian ke Sei Tapung untuk mengadakan persekutuan. Izin dari pengadaan persekutuan ini awalnya tidak lepas dari pera seorang staf Adm di Kebun Sei Tapung yaitu A. Perangin Angin.
Merantau dan diterimanya seorang sarjana Pendidikan Agama Kristen ke Sei Tapung yang bernama Drs. Jusup Surbakti memperlancar penginjilan yang dilakukan oleh GBKP Pekanbaru. Drs Jusup Surbakti berperan dalam pengadaan persekutuan dan juga mengambil peran dalam membina jemaat saat itu.
Dalam masa penginjilan, sebuah penghalang tidak terlalu lihat menjadi penghalang pembangunan gereja. Tidak terlalu sulit untuk mengadakan penginjilan di Seitapung, dikarenakan oleh jemaat yang sudah tersedia(terkumpul karena kompleks perumahan) dan juga keberadaan persekutuani di kompleks PTP V sehingga perizinan dan hal-hal yang terkait tidak sulit untuk mengurusnya. Pada tanggal 26 Mei 1991 di resmikan lah GBKP Sei Tapung yang peresmiannya dipimpin oleh Pdt. D.S Pandia yang juga disaksikan oleh jemaat Pekanbaru.4 GBKP Sei memiliki jemaat awal sekitar 25 kepala keluarga. GBKP memang tidak memiliki bangunan sendiri untuk mengadakan ibadah, tetapi GBKP mengadakan kebaktian di gedung gereja Oikumene milik PTP V Sei Tapung . Gereja ini yang terletak di kompleks PTP V sehingga dapat di jangkau masyarakat di kompleks tersebut.
Pada masa berdirinya GBKP Sei Tapung, kendala sebagai gereja baru memang ada. GBKP yang memang hingga sekarang kekurangan pendeta , pada masa ini juga pendeta datang paling cepat sekali dalam sebulan. Hal ini yang membuat sehingga ada tenaga detaser yang di datangkan dari sinode untuk membantu. Detaser yang dikiri pada masa ini adalah Elli Enjelita Br. Ketaran.
Dalam menjalankan sistem di gereja pada masa itu terdapat pelayan Khusus di majelis jemaat. Pelayan khusus ini terdiri dari empat orang, 3 orang penatua dan 1 orang diaken. Keempat orang tersebut adalah Joni Ginting, Simon Singarimbun, Jusup Surbakti selaku penatua dan Perkumpulen Karo-Karo selaku Diaken untuk periode kemajelisan 1991-1994 yang seharusnya 1989-1994. Pada periode 1995-1999 kepengurusan majelis GBKP Sei Tapung berubah menjadi 5 orang yang dimana Joni Ginting, Simon Singarimbun, Jusup Surbakti selaku penatua dan Perkumpulen Karo-Karo, Rinaldi Sembiring selaku Diaken.
Pada periode ini, GBKP Sei Tapung masuk kedalam runggun5 Pekanbaru. Namun pada tahun 1999 berdasarkan keputusan ini berdasarkan sidang GBKP tanggal 22-23 Oktober 1999 di Batam, diadakan pemekaran GBKP Pekanbaru menjadi dua :
1) GBKP Runggun Pekanbaru : Jemaat Pekanbaru, Sei Tapung,Lubuk Dalam, Sei Buatan, Pangkalan Kerinci, Terantam, dan Dalu-Dalu.
2) GBKP Runggun Perawang : Jemaat Muara Fajar, Perawang dan Minas.
Namun terjadi Perubahan dimana sesuai sidang Klasis pada 24 Februari 2001 di Perbaungan terjadi Pemekaran lagi yaitu menjadi 3 runggun:
1) Runggun Pekanbaru : Jemaat Pekanbaru
2) Runggun Siak Pelalawan : Jemaat Lubuk Dalam, Sei Buatan, Pangkalan Kerinci
3) Rokan Hulu : Terantam, dalu-dalu dan Sei Tapung
Menurut catatan, pemekaran ini bertujuan untuk mendewasakan dalam pelayanan dan berdasarkan anggota jemaat yang setiap tahun bertambah. Selain itu pada tahun 2000 klasi Lubuk Pakam mekar menjadi dua klasis yaitu Klasis Lubuk Pakam dan Klasis Riau Sumbar yang dimana Runggun Pekanbaru, Runggun Siak Pelalawan, Runggun Rokan Hulu masuk kedalam klasis Riau Sumbar.
Daerah Penginjilan6
GBKP Sei Tapung merupakan karya penginjilan GBKP Pekanbaru yang merupakan karya penginjilan dari Sumatera Utara yang merupakan asal Penginjilan GBKP. GBKP juga melakukan tugasnya sebagai gereja. Hal ini dilihat penting karena pertumbuhan orang Karo yang meningkat. Peningkatan ini akibat banyaknya lahan yang dibuka menjadi perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang menarik perhatian perantau dari luar Riau. Sehingga didaerah yang lain juga terdapat kumpulan orang Karo dengan kerinduan masing-masing daerah yang ingin membuat kebaktian sendiri berbahasa Karo.
Melihat keadaan ini, GBKP Sei Tapung mengadakan penginjilan sebagai programnya. Menurut wawancara terdapat tiga daerah penginjilan.
i. Sungai Intan
Sungai Intan merupakan sebuah jemaat hasil penginjilan GBKP Sei Tapung. Penginjilan dilakukan pertama kali pada tahun 2002 oleh salah satu penatua GBKP Sei Tapung yaitu Simon Singarimbun. Penginjilan dilakukan dengan cara persekutuan yang diadakan di rumah salah seorang jemaat. Pada masa itu jemaat di Sungai Intan berjumlah 10 kepala keluarga. Kesulitan yang dialami pada penginjilan ini adalah jarak tempat tinggal yang berjauhan, jemaat umumnya adalah pegawai sehingga memiliki ikatan dinas yang tidak dapat meninggal pekerjaan mereka, keadaan ekonomi jemaat yang masih sulit. Pada perkembangannya saat ini jemaat Sungai Intan sekitar 15 Kepala Keluarga.

ii. Ujung Batu
Ujung Batu merupakan gereja yang terletak hampir dikatakan dekat dengan jalan sehingga tidak sulit menjangkaunya. Penginjilan dilakukan oleh Pdt. Masada Sinukaban dan didukung para majelis GBKP Sei Tapung. Jemaat ini terbentuk pada tahun 2007 yang juga penginjilan dilakukan dengan persekutuan. Awalnya jemaat di Ujung Batu terdiri dari 12 kepala keluarga. Kesulitan yang dialami juga tidak jauh berda dengan Sungai Intan, hanya jemaat Ujung Batu mayoritas pedagang. Banyaknya pendatang dan suku Karo di ujung batu yang mengetahui keberadaan GBKP ujung batu, maka jemaat kini berjumlah 25 kepala keluarga. Jemaat bukan hanya terdiri dari keluarga dalam arti suami dan istri dari suku Karo, namun juga ada yang salah satunya bersuku Karo namun yang lainnya bersuku lain. Sehingga unik bahwa ibadah di GBKP Ujung batu menggunakan Bahasa Indonesia yang bergantian dengan Bahasa Karo setiap minggu.
iii. Koto Kampar(Kokar)
Jemaat ini juga merupakan jemaat yang hidup didaerah kompleks pabrik kelapa sawit. Sebelum penginjilan diadakan dari GBKP Sei Tapung mereka menjadi anggota gereja katolik dan gereja kesukuan yang ada di kompleks tersebut. Pada tahun 2009 Pdt. Jaya Abadi Tarigan mengadakan penginjilan kesana bersama penatua dari GBKP Sei Tapung. Jemaat yang ada pada saat itu sekitar 15 kepala keluarga. Tidak jauh beda dengan penginjilan yang dilakukan sebelumnya, penginjilan di Kokar juga dilakukan dengan persekutuan. Pada saat penginjilan di Kokar kesulitan memang tidak terlihat karena berada dilingkungan perkebunan. Hingga pada tahun 2010 jemaat kokar diresmikan oleh GBKP menjadi jemaat yang baru. Pertumbuhan jemaat di Kokar sangat pesat karena memang banyak penduduk disini yang bersuku Karo yang kemudian bergabung di GBKP sehingga sekarang jemaat berjumlah 40 Kepala keluarga.

SEI TAPUNG SEKARANG
GBKP Sei Tapung saat ini telah berkembang sedikit demi sedikit sejak peresmiannya. Perkembangan ini pun bukan hanya mengembangkan diri sendiri namun juga sesama, terlihat melalui penginjilan yang dilakukan oleh gereja.
Pada saat ini jemaat telah berjumlah 35 Kepala keluarga. Pertambahan ini dikarenakan bertambah juga karyawan PTP V yang bersuku Karo dan masuk menjadi jemaat GBKP Sei Tapung. Namun pengurangan jarang terjadi karena mereka merupakan karyawan tetap yang jarah pindah dinas. Selain itu mereka akan pindah domisili apabila sudah pensiun dan harus pindah karena rumah tempat mereka tinggal merupakan rumah perusahaan.
GBKP Sei Tapung sudah memiliki komisi-komisi sendiri, yaitu komisi yang mengurus hal-hal yang berkaitan dengan KA-KR (Kebaktian Anak-Kebaktian Remaja), MORIA(Ibu-ibu), MAMRE(bapak-bapak).
GBKP Sei Tapung saat ini juga semakin memfasilitasi jemaat dengan mengadakan PA (pemahaman Alkitab), Kursus, dan juga pelatihan kepada jemaat. Selain itu gereja juga melihat kebutuhan orang-orang sekitar dengan pemberian bantuan dana untuk sekolah maupun kuliah untuk mereka yang kurang mampu.
Merga Silima yang menjadi awal perkumpulan orang Karo di Sei Tapung sampai sekarang tidak hilang, karena dalam perkembangan hingga sekarang pertemuan, arisan Merga Silima masih dilakukan. Sehingga walaupun sudah ada GBKP tempat untuk yang beragama Kristen, tapi hubungan antara agama dalam satu suku masih dijalin dengan adanya perkumpulan Merga Silima ini.


KESIMPULAN
Melihat perkembangan dan perjalanan GBKP dari masa Zending, terlihat banyak sekali faktor yang menjadi halangan dan dukungan dalam penginjilannya. Berkmbangnya agama kristen di orang Karo juga menunjukkan sebuah perkembangan kekristenan di Indonesia. GBKP juga bukan hanya bekerja sendiri dengan membangun jemaat sendiri. Hal ini dibuktikan dengan melihat dua gereja hasil penginjilan ini selalu melakukan penginjilan juga di daerah lain. Memakai Firman Tuhan Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul karena Aku, Aku berada di tengah-tengah mereka." (Mat 18:20 BIS) yang menjadi dasar untuk melakukan penginjilan dengan cara melakukan persekutuan. Dalam bersekutu ini barulah akan dibicarakan dan didiskusikan tentang sebuah pembangunan jemaat.
Kesamaan lainnya dimana setiap orang kristen pasti memiliki kerinduan untuk bersekutu dalam persekutuan. Hal ini terlihat di daerah penginjilan bahwa mereka juga merindukan adanya penginjilan dan pembentukan jemaat di tempat mereka. Dan hal ini memberikan sebuah pelajaran dalam diri saya sebagai penulis bahwa nilai sejarah merupakan sebuah nilai yang tak ternilai. Sejarah merupakan sesuatu yang tidak bisa dihapuskan dari sebuah kehidupan.
SUMBER :
Rinaldi Sembiring adalah Seorang Pegawai PTP V sejak tahun 1991 dan berdomisili di Sei Tapung.Dapat dikatakan bahwa ia merupakan saksi hidup perkembangan GBKP Sei Tapung. Ia juga menjadi seorang diaken dalam kepengurusan di Sei tapung sejak periode 1995-1999. Ia membidangi dan mendukung setiap penginjilan. Hanya satu periode ia lepas dari kepengurusan tetapi setelah itu masih terpilih hingga pernah menjadi Ketua Majelis Jemaat.
DAFTAR PUSTAKA
Cooley, Frank L dan tim peneliti. 1973. Benih Yang Tumbuh IV : Suatu Suvey Mengenai Gereja Batak Karo Protestan. Jakarta
Tarigan, Wagito, Salomo Sinuraya dan Jansen Barus. Ulih Latih Merdang GBKP Runggun Pekanbaru Dahulu- Kini Dan Harapan Kedepan. Pekanbaru